Saturday 17 August 2013

Without You






Without You
“ Aku tak bisa hidup tanpamu...” – Yoon Ka Young
...




Author : Oh EKRiRyeo (@Idhoot_)
Genre : Romance, sadness
Length : Oneshoot
Main Cast :
*     Moon Jongup as Jongup
*     Ridha Siti Nurjanah as Yoon Ka Young
Other Cast :
*     B.A.P


Yoon Ka Young POV~~
            Rajahari sudah menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamarku. Badanku masih terselimuti tebal karena cuaca yang sedang sangat dingin. Meskipun aku tersinari matahari, tetap saja rasanya sangat dingin. Untuk keluar dari selimut saja aku malas. Apalagi dengan kegiatan lainnya, pasti akan sangat membuatku malas.
            “ Noona... Ireona...” Ucap seorang tepat di telingaku.
            “ Mr. Moon! Sejak kapan kau ada di kamarku?” aku tersentak sedikit ketika ia memelukku.
            “ Sejak... Tadi.” Ucapnya polos.
            Aku menutup mataku dan tertidur lagi. Aku ingin kembali ke ambangku, dan tertidur pulas lagi. Kalian tahu? Mr. Moon malah menggodaku? Menjahiliku, menggangguku, sehingga aku tidak bisa terpulas tidur lagi.
            “ Noona...” Ucapnya manja sambil memelukku. “ Aku minta satu hal kepadamu. Jebal.” Ia makin merapatkan pelukannya padaku.
            DEG. Ini bukanlah dirinya yang biasanya. Tidak biasanya ia bermanja-manjaan denganku, apalagi menjadi sedekat ini. Biasanya ia akan menjadi orang yang pemalu, bahkan untuk memegangku saja ia sampai menundukan kepalanya. Ada apa denganmu, Mr. Moon? Ucapku sendiri di dalam hati.
            “ Mwo? Apa yang harus kulakukan kepadamu?” Aku tersenyum di balik dirinya yang masih memelukku dalam posisi kami yang sama-sama tiduran ini.

Moon Jongup POV~~
            Aku berjalan masuk ke rumah Ka Young Noona. Aku memang mempunyai kunci rumahnya, karena aku ini memang namjachingunya. Memang umur kami terpaut sangat jauh. Sangat amatlah jauh. Umur kami berbeda enam tahun. Umurnya memang lebih tua dariku. Tapi aku tetap mencintainya.
            Ka Young Noona memang menjadi sangat dekat denganku setelah Bang membawanya dan memperkenalkannya dengan kami. Dari situ, memang aku sudah tertarik padanya. Noona itu sangat cantik, imut, dewasa, dan casual di mataku. Dibalik itu semua, aku merasa nyaman jika bersamanya.
            “ Mwo? Apa yang harus kulakukan kepadamu?” dia menjawab apa yang kukatakan tadi.
            Aku langsung terhenyak dari lamunanku. Aku terduduk dan menatap Ka Young Noona sayu. “ Noona, aku minta sekali ini saja. Temani aku untuk seharian ini.” Aku berbicara dengan napas yang sudah sangat sesak.
            “ Mwoya? Ada apa denganmu?” Ka Young ikut menatapku.
            Aku menghela napasku, aku tidak sanggup untuk cerita sekarang. Mungkin lain kali orang lain yang akan menceritakannya. Aku menatapnya dan hanya memasang senyum saja. Noona, jika tidak karena Noona, aku bisa dengan mudahnya meninggalkan dunia ini.
~***~
            Noona sudah terduduk manis di kursi taman. Taman yang selama ini akan menjadi tempat favoritku. Taman yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Walau aku meninggalkan dunia ini sekalipun.
            Aku menatap Noona lagi, aku tidak pernah merasa setenang ini jika bersamanya. Sekarang, aku benar-benar merasa Ka Young milikku. Bukan milik yang lain. Aku menggenggam tangannya erat, seakan-akan aku tidak akan melihatnya esok. Seakan-akan aku tidak bisa menggenggam tangannya lagi di lain waktu.
            “ Appayo?” Ucapnya sambil menatapku. “ Tanganmu sangat dingin.” Lagi-lagi ia berkata dengan tatapan rasa khawatirnya.
            “ Aniyo. Mungkin karena aku tidak memakai sarung tangan sepertimu, Noona. Kekeke~” Ucapku dengan senyuman miris.
            “ Aigooo.” Ka Young melepaskan sarung tangannya, kemudian memasangkannya kepadaku. “ Pakai saja, walaupun itu akan kekecilan.” Ka Young menggenggam tanganku hangat.
            Aku menatapnya terpaku. dia masih menggosok-gosokan tangannya ke tanganku. Hangat, sangat hangat. Ada cinta di setiap genggamannya itu. Rasanya sangat hangat.
            “ Hey, Mr. Moon... Apa kita hanya akan berdiam diri seperti ini saja?” Ucapnya dengan memasang ‘Aegyo’.
            “ Noona... Aku tidak suka wajahmu ketika menggunakan ‘Aegyo’ itu.” Ucapku sedikit manja. “ Ah, bagaimana kalau kita berjalan mengelilingi taman ini?” Ucapku setelahnya sembari menggenggam tangannya lagi.
            Ia mengangguk. Lalu kami berjalan mengelilingi taman ini. Seperti dulu, tidak ada orang yang berlalu lalang di sini. aku bisa menghabiskan waktuku berdua. Hanya berdua saja. Mungkin Noona masih memendam rasa ingin tahunya kenapa aku begini padanya. Tapi aku tetap mengunci mulutku untuk memberi tahu apa yang terjadi padaku sebenarnya.
            “ Kau ingat telepon umum ini?” Ucapnya di tengah lamunanku sendiri.
## Flashback On##
            Aku terduduk di balik hujan yang deras ini. Di balik telepon umum ini, aku berlindung dari air yang terus datang bergerombolan. Hanya ada aku dan Ka Young. Berdua di dalam telepon umum, di tengah hujan, bersama.
            “ Mr. Moon...” Ucapnya lesu.
            “ Waeyo, Noona?” Aku menatap matanya lagi.
            “ Apa kau tidak merasa dingin?” Ucapnya sambil menggosok-gosokan tangannya sendiri.
            Aku langsung melepas jaketku ketika melihat dirinya yang terus menerus kedinginan. Hari ini ia memang hanya memakai dress merah jambu yang pendek. Kami berniat pergi ke cafe karena cuaca yang mendukung. Tapi saat arah jalan pulang, tiba-tiba hujan turun dengan sangat derasnya. Benar-benar jauh dari perkiraan.
            “ Noona, gwaenchanayo?” Aku melihat dirinya lagi yang semakin menggigil.
            “ Nan gwaenchana...” Ucapnya sedikit berbohong.
            CHU~ satu kecupan hangat aku jatuhkan di mulutnya. Aku tahu dia kedinginan, sehingga aku melakukannya karena hatiku saja.
            “ Merasa baikan?” Aku menatap matanya lagi.
            “ Ne...” Ia tersenyum.
            Wajahnya memerah malu. Memang terlalu tiba-tiba aku menciumnya. Tapi sudah lama pula, aku merindukan dirinya. Aku sangat merindukan dirinya yang penuh kehangatan itu.
##Flashback Off##
            “ Aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Noona.” Ucapku sangat jujur.
            Lagi-lagi jantungku berdetak lebih cepat saat bersamanya. Sama seperti saat kita pertama kali bertemu.
            Ka Young menarikku ke dalam telepon umum itu. aku sangat terhentak ketika ia tampak mencari-cari suatu tulisan. Matanya terus mencari ke sekeliling telepon umum. Akupun ikut mencari karena melihatnya begitu. ‘Saranghaeyo, Mr. Moon~^^
            “ Inikah yang kau cari?” kataku menunjuk tulisan yang tadi kubaca.
            “ Eodi?” Ia mengernyitkan matanya.
            Ia asyik melihat tulisan yang telah lama berbekas di tempat ini. Matanya seolah-olah tidak mau berpaling dari tulisan itu. Aku merasa tidak diperhatikan, sehingga aku hanya menatap lurus ke depan.
            CHU~ sebuah ciuman hangat jatuh di pipiku. Aku tersentak kaget ketika Ka Young menciumku. Sangat lembut.
            “ Saranghaeyo, Mr. Moon...” Ucapnya lagi.
            “ Nadoya, Noona...” Aku menatap wajahnya sepolos mungkin.
            Ka Young mengajakku berjalan ke tempat lain, dia benar-benar bisa mengerti keadaanku. Keadaan yang tidak bisa digambarkan. Yang seharusnya tidak terjadi padaku. Tidak terjadi.
            Kami berjalan mengitari taman lagi, menatap indahnya salju ketika turun. Menatap indah senyum yang terulas dari bibir Ka Young yang bisa membuatku lupa cara bernapas.

Yoon Ka Young POV~~
            Aku menatap wajahnya yang sangat pucat. Bibirnya yang pucat juga, matanya yang agak sayu menatap datar salju-salju yang turun. Dari pagi tadi, memang dia bersikap agak aneh. Sangat manja, bersifat seperti anak kecil, aneh sekali. Dia tidak biasanya sedekat ini denganku.
            “ Yeoboseyo...” Aku mengangkat telepon dari seseorang.
            Yeoboseyo... Ka Young-ssi...” Ucap seseorang di seberang telepon.
            “ Ne... Ada apa Yong Guk?” Balasku.
            Jongup! Dia... Dia masuk rumah sakit.” Yong Guk berbicara agak ngawur.
            “ Aniyo. Dia sedang bersamaku.” Aku terkejut ketika mendengarnya.       
            Justru kami di sini bersama Jongup. Dia koma, Ka Young...” Yong Guk meyakinkanku.
            “ Mwo? Bersamamu? Koma? Aku akan bertanya pada Jongup langsung.” Aku menghentikan teleponku dengan Yong Guk.
            “ Mianhada.” Ucapnya sedikit bergetar.
            “ Mwo?” Aku terkejut mendengarnya berbicara sambil menangis itu.
            Aku menatap dirinya semakin serius. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku sangat bingung dengan itu.

Moon Jongup POV~~
            Aku menghela napas panjang, walau sebenarnya tidak ada oksigen yang memasuki paru-paruku itu.
            “ Mwo?” Ia terkejut saat melihatku menangis.
            Aku tertabrak kemarin malam. Tepat setelah aku bermain dari rumah Jung Hong. Aku menaiki taksi, dan taksi itu terhantam bus sangat kencang. Aku ada di dalamnya, dan aku korbannya. Lalu aku dilarikan ke rumah sakit, tapi ketika aku baru menaiki ambulance, aku merasa masuk ke dunia lain. Dunia yang sangat gelap tidak ada apa-apa. Lalu ada seseorang yang berdiri di sana, dengan cahaya yang menerangi tempat gelapku. Dia berkata, “ Apa permintaan terakhirmu, sebelum aku menjemputmu?” aku bingung dengan perkataannya itu.
            Aku menatapnya lagi meminta penjelasan. Namun apa yang dikatakannya tetap sama, “ Apa permintaan terakhirmu, sebelum aku menjemputmu?” aku masih tidak mengerti. Tetapi, mulutku terus memaksaku untuk menyebut namamu. Hanya namamu. “ Yoon Ka Young.” Ucapku sedikit bergetar ketakutan.
            Dia hanya mengizinkanku agar hanya kau yang bisa melihatku. Aku tidak bisa kembali ke ragaku, untuk bersamamu. Dan aku hanya diberi waktu selama dua puluh empat jam. Oleh karena itu, aku sudah menunggumu sejak pagi tadi. Aku hanya ingin memanfaatkan kesempatan emas itu.
            Setelah aku menjalani hari ini berdua bersamamu, aku baru mengerti dengan apa yang dikatakannya. Aku harus mengucapkan selamat tinggal kepadamu sebelum aku pergi jauh meninggalkanmu. Sebelum aku pergi meninggalkanmu tanpa mengucapkan apa-apa padamu.
            “ Yoon Ka Young, saranghaeyo...” Ucapku menatap matanya dalam.
            “ Aniyo. kau tidak mungkin meninggalkanku sendiri di sini. Tidak!” Noona berusaha melepaskan genggaman tanganku.
            “ Noona, dengarkan aku dulu. Kumohon.” Ucapku menarik tangannya lagi.
            “ Aniyo. Kau tidak akan meninggalkanku, Mr. Moon! Anijyo!!” Noona berteriak dalam tangisnya.
            “ Noona, ini perkataanku di akhir hidupku. Mianhada, saranghaeyo.” Aku mengucapkannya.
            Ka Young langsung membalikan badannya, dan menatap sungai datar. Dia enggan melihatku. Noona, mianhamnida. Aku berjalan menjauhi dia dan melihat ke langit. Seseorang yang ditutupi cahaya itupun turun lagi.
            Waktumu sudah habis. Ayo.” Ucapnya lagi.
            Aku mengangguk, dan menatap punggung Ka Young Noona yang masih menatap danau.

Yoon Ka Young POV~~
            Waktumu sudah habis. Ayo.” Ucap seseorang samar-samar di kupingku.
            Aku masih menatap danau lurus, aku masih tidak siap dengan kepergian Jongup. Itu terlalu tiba-tiba untukku, dia tidak mungkin bisa meninggalkanku.
            “ Moon...” Aku menghentikan ucapku ketika melihat Mr. Moon sudah berjalan menuju pintu bercahaya. “ Moon Jongup!!!” Teriakku sekencang mungkin.
            Jongup tidak bisa mendengarku walaupun aku sudah berteriak sangat kencang. Aku menitikan air mataku, aku masih terus berteriak memanggil nama Jongup
            “ Moon Jongup!! I Can’t live without you!!! Don’t leave me!” Ucapku berteriak sambil menangis.
            “ Mr. Moon. Saranghaeyo.” Ucapku pelan dan lirih.
            Tapi dengan ucapan terakhirku, akhirnya Jongup menatapku juga. Ia hanya tersenyum miris kepadaku, lalu berlalu pergi begitu saja.
            “ Yeoboseyo...” Ucapku masih sedikit sesenggukan.
            Ka Young, cepat ke sini! Jongup sadar! Ppalli!” Ucap Yong Guk di telepon.
            Aku yang mendegarnya langsung berlari ke arah rumah sakit.
~ Hospital ~
            “ Noona...” Ucapnya terengah-engah.
            “ Ne, waeyo?” ucapku menggenggam tangannya erat.
            “ Pergilah ke taman, nanti kau akan menemukan sesuatu di situ.” Lagi-lagi dia berusaha keras untuk bernapas.
            “ Pasti, pasti aku akan ke sana!” Ucapku menggenggam tangannya lebih erat lagi.
            “ Jangan menangisi kepergianku, Noona... Biarkan aku pergi.” Ucapnya sambil berusaha melepas genggamanku. “ Kau do’akan yang terbaik saja untukku di atas sana.” Ucapnya lagi.
            Aku dibuat menangis ketika ia mengucapkan kata-kata itu. berarti, ia tidak berbohong padaku. Ia benar-benar harus pergi meninggalkanku. Aku menangis sejadinya.
            “ Noona, mianhada...” Ucapnya dengan genggaman yang tidak sekuat tadi. Ia melemah tiba-tiba.
            Matanya tertutup lagi. Ia benar-benar menutup mata. Aku takut, aku menggenggam tangannya. Aku menggenggamnya erat, aku tidak ingin melepaskan kepergiannya. Aku menangis di dadanya yang bidang. Yang sudah tidak bergerak seperti tadi.
            “ Suster!! Suster!!” Teriak Yong Guk memanggil suster.
            “ Ada apa?” Suster memasuki ruangan dan diikuti dokter di belakangnya.
            Aku masih tidak ingin melepas tangannya, aku masih terus memeganginya. Berharap Jongup bisa membuka matanya lagi. Mengulaskan senyumannya yang terhangat lagi.
            Piiippp~~
            Yong Guk merangkulku keluar, membiarkan dokter melakukan apapun yang bisa ia lakukan. Tapi aku tahu, dokter bukan Tuhan. Ia tidak bisa memastikan kehidupan Jongup.
            “ Noona, gwaenchanta.” Ucap Jung Hong memegang pundakku.
            “ Apanya yang tidak apa-apa! Aku tidak ingin ditinggal Jongup! Aniyo! ANDWAEYO!!!” Aku berteriak sedikit sambil menahan tangisanku.
            “ Noona, kau pasti terpukul. Aku juga sama, jika kau merasa sakit akan kepergiannya, kami juga merasakan yang sama denganmu.” Jung Hong sedikit menitikan air matanya.
            “ MWO? KALIAN TIDAK SEDEKAT AKU DENGAN JONGUP! KALIAN TAHU, DIA SELALU ADA DI SETIAP DERU NAPASKU? EOH?!!” Aku berteriak lagi.
            “ Ka Young, tenangkan dirimu dulu. Gurrae?” Yong Guk menatapku.
            Aku terdiam melihat Yong Guk, Jung Hong, DaehYoon, Himchan, Youngjae, yang sama-sama menunggu kepastian keadaan Jongup juga. Aku terlalu takut untuk kehilangan Jongup. Aku tidak mau. Tidak.
            “ Dokter...” Yong Guk langsung berdiri ketika dokter keluar.
            “ Mianhamnida. Tuan Jongup, sudah meninggalkan dunia ini~” Ucap dokter lirih.
            Aku langsung berlari ke dalam ruangan dan menggenggam tangan Jongup lagi. Aku tidak bisa hidup tanpamu, aku tidak mungkin bisa menghirup udara jika tidak ada kamu. Jongup, apa kau sejahat itu padaku.
~***~
            Aku berlari ke balkon gedung. Dalam keadaan gelap ini, aku hanya bisa berteriak. Memanggil nama Jongup sambil menitikan air mataku begitu saja.
            “ MR. MOON! AKU TIDAK MUNGKIN HIDUP TANPAMU! JONGUP, MUNGKIN DENGAN CARA INI AKU BISA BERTEMU DENGANMU!” Aku menaiki tiang yang ada di balkon ini.
            Aku menarik napasku, dan aku~ aku melompat dari atas gedung ini.
~***~
            “ Mr. Moon, aku tidak bisa pergi ke taman. Dan melihat apa yang kau maksud itu. Mianhada. Tapi, kita pasti akan bertemu di sana.”
~~FINISH~~

No comments:

Post a Comment