Without You
“ Aku tak bisa hidup tanpamu...” – Yoon Ka Young
...
Author : Oh EKRiRyeo (@Idhoot_)
Genre : Romance, sadness
Length : Oneshoot
Main Cast :
Moon Jongup as Jongup
Ridha Siti Nurjanah as Yoon Ka Young
Other Cast :
B.A.P
Yoon Ka Young POV~~
Rajahari
sudah menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamarku. Badanku masih
terselimuti tebal karena cuaca yang sedang sangat dingin. Meskipun aku
tersinari matahari, tetap saja rasanya sangat dingin. Untuk keluar dari selimut
saja aku malas. Apalagi dengan kegiatan lainnya, pasti akan sangat membuatku
malas.
“
Noona... Ireona...” Ucap seorang tepat di telingaku.
“
Mr. Moon! Sejak kapan kau ada di kamarku?” aku tersentak sedikit ketika ia
memelukku.
“
Sejak... Tadi.” Ucapnya polos.
Aku
menutup mataku dan tertidur lagi. Aku ingin kembali ke ambangku, dan tertidur
pulas lagi. Kalian tahu? Mr. Moon malah menggodaku? Menjahiliku, menggangguku,
sehingga aku tidak bisa terpulas tidur lagi.
“
Noona...” Ucapnya manja sambil memelukku. “ Aku minta satu hal kepadamu.
Jebal.” Ia makin merapatkan pelukannya padaku.
DEG.
Ini bukanlah dirinya yang biasanya. Tidak biasanya ia bermanja-manjaan
denganku, apalagi menjadi sedekat ini. Biasanya ia akan menjadi orang yang
pemalu, bahkan untuk memegangku saja ia sampai menundukan kepalanya. Ada apa denganmu, Mr. Moon? Ucapku
sendiri di dalam hati.
“
Mwo? Apa yang harus kulakukan kepadamu?” Aku tersenyum di balik dirinya yang
masih memelukku dalam posisi kami yang sama-sama tiduran ini.
Moon Jongup POV~~
Aku
berjalan masuk ke rumah Ka Young Noona. Aku memang mempunyai kunci rumahnya,
karena aku ini memang namjachingunya. Memang umur kami terpaut sangat jauh.
Sangat amatlah jauh. Umur kami berbeda enam tahun. Umurnya memang lebih tua
dariku. Tapi aku tetap mencintainya.
Ka
Young Noona memang menjadi sangat dekat denganku setelah Bang membawanya dan
memperkenalkannya dengan kami. Dari situ, memang aku sudah tertarik padanya.
Noona itu sangat cantik, imut, dewasa, dan casual di mataku. Dibalik itu semua,
aku merasa nyaman jika bersamanya.
“
Mwo? Apa yang harus kulakukan kepadamu?” dia menjawab apa yang kukatakan tadi.
Aku
langsung terhenyak dari lamunanku. Aku terduduk dan menatap Ka Young Noona
sayu. “ Noona, aku minta sekali ini saja. Temani aku untuk seharian ini.” Aku
berbicara dengan napas yang sudah sangat sesak.
“
Mwoya? Ada apa denganmu?” Ka Young ikut menatapku.
Aku
menghela napasku, aku tidak sanggup untuk cerita sekarang. Mungkin lain kali
orang lain yang akan menceritakannya. Aku menatapnya dan hanya memasang senyum
saja. Noona, jika tidak karena Noona, aku bisa dengan mudahnya meninggalkan
dunia ini.
~***~
Noona
sudah terduduk manis di kursi taman. Taman yang selama ini akan menjadi tempat
favoritku. Taman yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Walau aku meninggalkan
dunia ini sekalipun.
Aku
menatap Noona lagi, aku tidak pernah merasa setenang ini jika bersamanya.
Sekarang, aku benar-benar merasa Ka Young milikku. Bukan milik yang lain. Aku
menggenggam tangannya erat, seakan-akan aku tidak akan melihatnya esok.
Seakan-akan aku tidak bisa menggenggam tangannya lagi di lain waktu.
“
Appayo?” Ucapnya sambil menatapku. “ Tanganmu sangat dingin.” Lagi-lagi ia
berkata dengan tatapan rasa khawatirnya.
“
Aniyo. Mungkin karena aku tidak memakai sarung tangan sepertimu, Noona.
Kekeke~” Ucapku dengan senyuman miris.
“
Aigooo.” Ka Young melepaskan sarung tangannya, kemudian memasangkannya kepadaku.
“ Pakai saja, walaupun itu akan kekecilan.” Ka Young menggenggam tanganku
hangat.
Aku
menatapnya terpaku. dia masih menggosok-gosokan tangannya ke tanganku. Hangat,
sangat hangat. Ada cinta di setiap genggamannya itu. Rasanya sangat hangat.
“
Hey, Mr. Moon... Apa kita hanya akan berdiam diri seperti ini saja?” Ucapnya
dengan memasang ‘Aegyo’.
“
Noona... Aku tidak suka wajahmu ketika menggunakan ‘Aegyo’ itu.” Ucapku sedikit
manja. “ Ah, bagaimana kalau kita berjalan mengelilingi taman ini?” Ucapku
setelahnya sembari menggenggam tangannya lagi.
Ia
mengangguk. Lalu kami berjalan mengelilingi taman ini. Seperti dulu, tidak ada
orang yang berlalu lalang di sini. aku bisa menghabiskan waktuku berdua. Hanya
berdua saja. Mungkin Noona masih memendam rasa ingin tahunya kenapa aku begini
padanya. Tapi aku tetap mengunci mulutku untuk memberi tahu apa yang terjadi padaku
sebenarnya.
“
Kau ingat telepon umum ini?” Ucapnya di tengah lamunanku sendiri.
## Flashback On##
Aku
terduduk di balik hujan yang deras ini. Di balik telepon umum ini, aku
berlindung dari air yang terus datang bergerombolan. Hanya ada aku dan Ka
Young. Berdua di dalam telepon umum, di tengah hujan, bersama.
“
Mr. Moon...” Ucapnya lesu.
“
Waeyo, Noona?” Aku menatap matanya lagi.
“
Apa kau tidak merasa dingin?” Ucapnya sambil menggosok-gosokan tangannya
sendiri.
Aku
langsung melepas jaketku ketika melihat dirinya yang terus menerus kedinginan.
Hari ini ia memang hanya memakai dress merah jambu yang pendek. Kami berniat pergi
ke cafe karena cuaca yang mendukung. Tapi saat arah jalan pulang, tiba-tiba
hujan turun dengan sangat derasnya. Benar-benar jauh dari perkiraan.
“
Noona, gwaenchanayo?” Aku melihat dirinya lagi yang semakin menggigil.
“
Nan gwaenchana...” Ucapnya sedikit berbohong.
CHU~
satu kecupan hangat aku jatuhkan di mulutnya. Aku tahu dia kedinginan, sehingga
aku melakukannya karena hatiku saja.
“
Merasa baikan?” Aku menatap matanya lagi.
“
Ne...” Ia tersenyum.
Wajahnya
memerah malu. Memang terlalu tiba-tiba aku menciumnya. Tapi sudah lama pula,
aku merindukan dirinya. Aku sangat merindukan dirinya yang penuh kehangatan
itu.
##Flashback Off##
“
Aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Noona.” Ucapku sangat jujur.
Lagi-lagi
jantungku berdetak lebih cepat saat bersamanya. Sama seperti saat kita pertama
kali bertemu.
Ka
Young menarikku ke dalam telepon umum itu. aku sangat terhentak ketika ia
tampak mencari-cari suatu tulisan. Matanya terus mencari ke sekeliling telepon
umum. Akupun ikut mencari karena melihatnya begitu. ‘Saranghaeyo, Mr. Moon~^^’
“
Inikah yang kau cari?” kataku menunjuk tulisan yang tadi kubaca.
“
Eodi?” Ia mengernyitkan matanya.
Ia
asyik melihat tulisan yang telah lama berbekas di tempat ini. Matanya
seolah-olah tidak mau berpaling dari tulisan itu. Aku merasa tidak
diperhatikan, sehingga aku hanya menatap lurus ke depan.
CHU~
sebuah ciuman hangat jatuh di pipiku. Aku tersentak kaget ketika Ka Young
menciumku. Sangat lembut.
“
Saranghaeyo, Mr. Moon...” Ucapnya lagi.
“
Nadoya, Noona...” Aku menatap wajahnya sepolos mungkin.
Ka
Young mengajakku berjalan ke tempat lain, dia benar-benar bisa mengerti
keadaanku. Keadaan yang tidak bisa digambarkan. Yang seharusnya tidak terjadi
padaku. Tidak terjadi.
Kami
berjalan mengitari taman lagi, menatap indahnya salju ketika turun. Menatap
indah senyum yang terulas dari bibir Ka Young yang bisa membuatku lupa cara
bernapas.
Yoon Ka Young POV~~
Aku
menatap wajahnya yang sangat pucat. Bibirnya yang pucat juga, matanya yang agak
sayu menatap datar salju-salju yang turun. Dari pagi tadi, memang dia bersikap
agak aneh. Sangat manja, bersifat seperti anak kecil, aneh sekali. Dia tidak
biasanya sedekat ini denganku.
“
Yeoboseyo...” Aku mengangkat telepon dari seseorang.
“
Yeoboseyo... Ka Young-ssi...” Ucap
seseorang di seberang telepon.
“
Ne... Ada apa Yong Guk?” Balasku.
“
Jongup! Dia... Dia masuk rumah sakit.”
Yong Guk berbicara agak ngawur.
“
Aniyo. Dia sedang bersamaku.” Aku terkejut ketika mendengarnya.
“
Justru kami di sini bersama Jongup. Dia
koma, Ka Young...” Yong Guk meyakinkanku.
“
Mwo? Bersamamu? Koma? Aku akan bertanya pada Jongup langsung.” Aku menghentikan
teleponku dengan Yong Guk.
“
Mianhada.” Ucapnya sedikit bergetar.
“
Mwo?” Aku terkejut mendengarnya berbicara sambil menangis itu.
Aku
menatap dirinya semakin serius. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku sangat bingung
dengan itu.
Moon Jongup POV~~
Aku
menghela napas panjang, walau sebenarnya tidak ada oksigen yang memasuki
paru-paruku itu.
“
Mwo?” Ia terkejut saat melihatku menangis.
Aku tertabrak kemarin malam. Tepat setelah
aku bermain dari rumah Jung Hong. Aku menaiki taksi, dan taksi itu terhantam
bus sangat kencang. Aku ada di dalamnya, dan aku korbannya. Lalu aku dilarikan
ke rumah sakit, tapi ketika aku baru menaiki ambulance, aku merasa masuk ke
dunia lain. Dunia yang sangat gelap tidak ada apa-apa. Lalu ada seseorang yang
berdiri di sana, dengan cahaya yang menerangi tempat gelapku. Dia berkata, “
Apa permintaan terakhirmu, sebelum aku menjemputmu?” aku bingung dengan
perkataannya itu.
Aku menatapnya lagi meminta
penjelasan. Namun apa yang dikatakannya tetap sama, “ Apa permintaan
terakhirmu, sebelum aku menjemputmu?” aku masih tidak mengerti. Tetapi, mulutku
terus memaksaku untuk menyebut namamu. Hanya namamu. “ Yoon Ka Young.” Ucapku
sedikit bergetar ketakutan.
Dia hanya mengizinkanku agar hanya
kau yang bisa melihatku. Aku tidak bisa kembali ke ragaku, untuk bersamamu. Dan
aku hanya diberi waktu selama dua puluh empat jam. Oleh karena itu, aku sudah
menunggumu sejak pagi tadi. Aku hanya ingin memanfaatkan kesempatan emas itu.
Setelah aku menjalani hari ini
berdua bersamamu, aku baru mengerti dengan apa yang dikatakannya. Aku harus
mengucapkan selamat tinggal kepadamu sebelum aku pergi jauh meninggalkanmu. Sebelum
aku pergi meninggalkanmu tanpa mengucapkan apa-apa padamu.
“
Yoon Ka Young, saranghaeyo...” Ucapku menatap matanya dalam.
“
Aniyo. kau tidak mungkin meninggalkanku sendiri di sini. Tidak!” Noona berusaha
melepaskan genggaman tanganku.
“
Noona, dengarkan aku dulu. Kumohon.” Ucapku menarik tangannya lagi.
“
Aniyo. Kau tidak akan meninggalkanku, Mr. Moon! Anijyo!!” Noona berteriak dalam
tangisnya.
“
Noona, ini perkataanku di akhir hidupku. Mianhada, saranghaeyo.” Aku mengucapkannya.
Ka
Young langsung membalikan badannya, dan menatap sungai datar. Dia enggan
melihatku. Noona, mianhamnida. Aku
berjalan menjauhi dia dan melihat ke langit. Seseorang yang ditutupi cahaya
itupun turun lagi.
“
Waktumu sudah habis. Ayo.” Ucapnya
lagi.
Aku
mengangguk, dan menatap punggung Ka Young Noona yang masih menatap danau.
Yoon Ka Young POV~~
“
Waktumu sudah habis. Ayo.” Ucap
seseorang samar-samar di kupingku.
Aku
masih menatap danau lurus, aku masih tidak siap dengan kepergian Jongup. Itu terlalu
tiba-tiba untukku, dia tidak mungkin bisa meninggalkanku.
“
Moon...” Aku menghentikan ucapku ketika melihat Mr. Moon sudah berjalan menuju
pintu bercahaya. “ Moon Jongup!!!” Teriakku sekencang mungkin.
Jongup
tidak bisa mendengarku walaupun aku sudah berteriak sangat kencang. Aku
menitikan air mataku, aku masih terus berteriak memanggil nama Jongup
“
Moon Jongup!! I Can’t live without you!!! Don’t leave me!” Ucapku berteriak
sambil menangis.
“
Mr. Moon. Saranghaeyo.” Ucapku pelan dan lirih.
Tapi
dengan ucapan terakhirku, akhirnya Jongup menatapku juga. Ia hanya tersenyum
miris kepadaku, lalu berlalu pergi begitu saja.
“
Yeoboseyo...” Ucapku masih sedikit sesenggukan.
“
Ka Young, cepat ke sini! Jongup sadar!
Ppalli!” Ucap Yong Guk di telepon.
Aku
yang mendegarnya langsung berlari ke arah rumah sakit.
~ Hospital ~
“
Noona...” Ucapnya terengah-engah.
“
Ne, waeyo?” ucapku menggenggam tangannya erat.
“
Pergilah ke taman, nanti kau akan menemukan sesuatu di situ.” Lagi-lagi dia
berusaha keras untuk bernapas.
“
Pasti, pasti aku akan ke sana!” Ucapku menggenggam tangannya lebih erat lagi.
“
Jangan menangisi kepergianku, Noona... Biarkan aku pergi.” Ucapnya sambil
berusaha melepas genggamanku. “ Kau do’akan yang terbaik saja untukku di atas
sana.” Ucapnya lagi.
Aku
dibuat menangis ketika ia mengucapkan kata-kata itu. berarti, ia tidak
berbohong padaku. Ia benar-benar harus pergi meninggalkanku. Aku menangis
sejadinya.
“
Noona, mianhada...” Ucapnya dengan genggaman yang tidak sekuat tadi. Ia melemah
tiba-tiba.
Matanya
tertutup lagi. Ia benar-benar menutup mata. Aku takut, aku menggenggam
tangannya. Aku menggenggamnya erat, aku tidak ingin melepaskan kepergiannya.
Aku menangis di dadanya yang bidang. Yang sudah tidak bergerak seperti tadi.
“
Suster!! Suster!!” Teriak Yong Guk memanggil suster.
“
Ada apa?” Suster memasuki ruangan dan diikuti dokter di belakangnya.
Aku
masih tidak ingin melepas tangannya, aku masih terus memeganginya. Berharap
Jongup bisa membuka matanya lagi. Mengulaskan senyumannya yang terhangat lagi.
Piiippp~~
Yong
Guk merangkulku keluar, membiarkan dokter melakukan apapun yang bisa ia
lakukan. Tapi aku tahu, dokter bukan Tuhan. Ia tidak bisa memastikan kehidupan
Jongup.
“
Noona, gwaenchanta.” Ucap Jung Hong memegang pundakku.
“
Apanya yang tidak apa-apa! Aku tidak ingin ditinggal Jongup! Aniyo!
ANDWAEYO!!!” Aku berteriak sedikit sambil menahan tangisanku.
“
Noona, kau pasti terpukul. Aku juga sama, jika kau merasa sakit akan
kepergiannya, kami juga merasakan yang sama denganmu.” Jung Hong sedikit
menitikan air matanya.
“
MWO? KALIAN TIDAK SEDEKAT AKU DENGAN JONGUP! KALIAN TAHU, DIA SELALU ADA DI
SETIAP DERU NAPASKU? EOH?!!” Aku berteriak lagi.
“
Ka Young, tenangkan dirimu dulu. Gurrae?” Yong Guk menatapku.
Aku
terdiam melihat Yong Guk, Jung Hong, DaehYoon, Himchan, Youngjae, yang
sama-sama menunggu kepastian keadaan Jongup juga. Aku terlalu takut untuk
kehilangan Jongup. Aku tidak mau. Tidak.
“
Dokter...” Yong Guk langsung berdiri ketika dokter keluar.
“
Mianhamnida. Tuan Jongup, sudah meninggalkan dunia ini~” Ucap dokter lirih.
Aku
langsung berlari ke dalam ruangan dan menggenggam tangan Jongup lagi. Aku tidak
bisa hidup tanpamu, aku tidak mungkin bisa menghirup udara jika tidak ada kamu.
Jongup, apa kau sejahat itu padaku.
~***~
Aku
berlari ke balkon gedung. Dalam keadaan gelap ini, aku hanya bisa berteriak.
Memanggil nama Jongup sambil menitikan air mataku begitu saja.
“
MR. MOON! AKU TIDAK MUNGKIN HIDUP TANPAMU! JONGUP, MUNGKIN DENGAN CARA INI AKU
BISA BERTEMU DENGANMU!” Aku menaiki tiang yang ada di balkon ini.
Aku
menarik napasku, dan aku~ aku melompat dari atas gedung ini.
~***~
“
Mr. Moon, aku tidak bisa pergi ke taman. Dan melihat apa yang kau maksud itu.
Mianhada. Tapi, kita pasti akan bertemu di sana.”
~~FINISH~~
No comments:
Post a Comment