Wednesday 4 December 2013

This Love

This Love
Author            : JongYi Hope Angel
Title                : This Love
Genre             : Romance-sad
Length            : Oneshoot
Main Cast      :
o   Jung Hoseok
o   Yoon Ka Young
Other Cast     :
o   Sung Seol Li
Rating            : T
Disclaimer      : wanna copast? Just take it out with full credit! Do you know inspiration                         isn’t come easily! Thanks^^
“ Bahuku selalu siap menjadi tumpuan rasa sedihmu walaupun aku tidak bisa bertumpu di bahumu~” – Yoon Ka Young

Yoon Ka Young POV
            Aku mengusap pelan rambut namja yang masih berseragam itu. namja yang masih duduk di kelas SMU, yang memang sangat dekat denganku. Entahlah, apa yang terjadi dengannya sehingga selalu ingin dekat bersamaku.
            Aku dan dia, entah hubungan yang kami jalin ini. Tapi yang aku tahu, setiap kali bersamanya aku akan merasa nyaman, jantungku seolah terus memompa darah sangat cepat, dunia berasa berputar sangat cepat. Aku tak yakin, anak ini juga merasakan hal yang sama denganku ataupun tidak.
            Headset yang memak sejak tadi sudah dipasang di telingaku dan juga telinganya. Walaupun aku kurang menyukai lagu ini, tapi dia bilang lagu ini selalu membuatnya bisa tertidur pulas. Tertidur seperti merasakan pelukan dari ibunya. Ibunya yang telah lama meninggalkannya.
            “ Noona.” Panggilnya ketika matanya terbuka.
            “ Wae? Ada sesuatu yang mengganggumu?” Tanyaku merapikan poninya yang masih terus menutupi matanya.
            “ Apa kau mempunyai seorang namja yang sangat kaucintai?” Dia malah balik bertanya sambil tersenyum manis.
            Tampan. Itu yang pertama kali terlintas di pikiranku. Wajahnya sangat tampan seperti seorang malaikat yang memang turun untuk membuatku senang.
            “ memang kenapa?” Aku membalas senyumannya.
            “ Namja itu sangat beruntung bisa memilikimu.” Jawabnya. “ Tapi aku cemburu dengan namja itu, siapa dia?” lanjutnya masih tidak terbangun dari pangkuanku.
            “ Siapa dia? Itu Kau Jung Hoseok.” Tuturku menyentuh hidungnya.
            Aku tertawa melihat tingkahnya yang sangat manis di mataku. Aku selalu berharap dia adalah namja yang akan berdiri denganku di atas altar nanti. dan aku selalu berdoa, walaupun itu waktu sekalipun, aku tak ingin terpisahkan dengannya. Berharap sekali bukan? Aku tahu, tapi apa salahnya jika aku mengharapkannya.
            “ Noona-ya, bagaimana  rasanya jatuh cinta?” Tanyanya mengelus tanganku yang masih mengelus pipinya.
            Ingin sekali aku menjawab jatuh cinta itu perasaan yang selalu muncul ketika aku bersamamu. Ketika kau bermanja-manja seperti ini, ketika kau berkata tidak ingin meninggalkan setiap detikpun tidak bersamaku, segalanya tentangmu, itu jatuh cinta. Tapi sayang, selama ini yang kau tahu aku adalah seorang kakak yang siap menjadi tumpuan adiknya.
            Walaupun umurku hanya berbeda satu tahun dengannya, aku tidak ingin dianggap noona olehnya. Aku ingin lebih, sudah terlalu lama aku memendam rasa ini sendiri. Kalaupun aku ingin bercerita padamu, kurasa kau tidak akan mampu mendengarnya.
            “ Noona-ya, jawab aku.” Dengusnya kecil.
            “Jatuh cinta itu, jantungmu serasa akan terlepas dari tempatnya. Ketika kau menatap orang itu, duniamu terasa jungkir balik. Ketika kau menggenggam tangannya, detik waktupun terasa tidak berjalan.” Jelasku panjang lebar. Sebenarnya aku sedang menceritakan saat-saat aku bersama Hoseok.
            “ Sepertinya aku merasakan apa yang kau katakan tadi.” Dia langsung terbangun dari pangkuanku.
            “ Ne? Dengan siapa kau merasakan jatuh cinta?” aku berdoa itu adalah aku.
            “ Sung Seol Li.” Jawabannya singkat, tapi kata-kata itu membuatku ingin menangis sendiri.
            Jadi selama ini rasaku tidak sampai juga padamu. Haruskah aku berlari dan bersembunyi? Bersembunyi dan menutupi segala perasaan yang semakin hari semakin menutupi hati yang kosong ini.
            Atau aku harus berteriak di atas jurang sana? Meminta angin untuk menyampaikan setiap untaian kata yang  aku keluarkan kepada orang-orang di dunia ini.
            “ waktu itu kali pertama aku merasakan ini. Di perpustakaan berdua. Tatapannya membuat waktuku terasa berhenti. Bahkan oksigen tidak sampai ke dalam paru-paruku. Apa itu jatuh cinta, Noona?” Dia terus menceritakan perasaannya yang membuatku benar-benar ingin menitikan air mata.
            “ Iya, itu jatuh cinta.” Jawabku singkat dengan suara yang sangat bergetar.
            “ Apa aku harus memilikinya?” Tanyanya lagi.
            Pertanyaannya kali ini bagaikan tombak yang menusuk tepat di tempatnya. Air mataku keluar, air mata ini keluar tepat di hadapan Hoseok. Aku tidak bisa menahan air mataku sama sekali.
            “ Noona, gwaenchana?” Dia bertanya lagi sambil mengelus pipiku yang memang sudah basah dengan air mata. “ Mianhae. Maafkan aku jika pertanyaan itu menyinggung perasaanmu.” Lanjutnya masih terus mengelus pipiku.
            “ gwaenchana. Ini sudah sore, paman akan mencarimu. Aku juga harus melanjutkan pekerjaanku.” Aku tersenyum singkat. “ Aku pergi.” Aku langsung berjalan meninggalkannya sendirian.
            Sung Seol Li, kau yeoja yang beruntung bisa memiliki Hoseok. Sung Seol Li jagalah Hoseok, jaga perasaannya, jaga jiwanya,  jagalah dia dengan penuh kasih sayang. Aku serahkan Hoseok padamu, walau aku tak tahu kau yeoja yang pantas untuknya atau tidak.
            Aku masih terus bekerja di depan mesin uang ini, meskipun sedari tadi pekerjaanku tidaklah benar. Kalau tidak salah memberikan uang kembali, aku salah memberikan roti, atau aku tidak memberikannya bon melainkan tisu yang kugunakan untuk membersihkan air mataku.
            “ Young-ssi, pulanglah. Sepertinya kau sakit, aku yang akan menangani ini.” Tawar Suga ramah.
            “ Ah, ani.” Aku berbohong.
            “ Pulanglah, aku tahu bagaimana kau itu. tenang saja, pekerjaanmu aku yang tangani. Ka!” Usirnya dengan meulut sedikit mengerucut.
            Aku mengangguk lalu mengambil tasku. Aku pulang dengan jalan sedikit sempoyongan. Kenapa aku pusing? Ini terlalu mendadak. Aku tak mungkin ke dokter sekarang, mungkin penyakitnya belum terdeteksi.
            Akhirnya aku terus berjalan pulang meskipun agak sedikit gontai dan penglihatanku agak kabur.
            “ Astaga, ada apa dengan orang ini?” aku masih bisa mendengar seseorang berteriak.
Jung Hoseok POV
            Aku sebal dengan sifat paman yang aneh itu. jika bukan karena nilaiku yang jelek, mana mau aku pergi ke tempat les semalam ini. Tapi kalau diingat sekali lagi, Seol Li juga les di tempatku. Syukur-syukur aku bisa bertemu dengannya.
            Aku bingung sendiri melihat orang-orang yang berlari. Sepertinya ada sesuatu yang aneh di depanku. Feeling-kupun sangat mengganggu. Ada apa ini? Aku ikut penasaran dan berlari melihat orang yang ada di depanku.
            “ Noona?” aku bertanya sendiri ketika Young Noona terjatuh di depanku.
            “ Dia noonamu?” tanya seseorang dari dalam tokonya.
            “ ah, ne.” Aku merundukan badanku.
            Ya, bagiku Young adalah Noonaku. Noona yang bisa mendengar setiap curahan hati adiknya. Yang dengan setia duduk di sampingku ketika aku menangis. Walau kutahu, dia bukan Noonaku yang sesungguhnya.
            “ Cepat bawa dia pulang. Sepertinya dia sangat kelelahan.” Ucap orang tadi.
            “ Ah ne, gomapseumnida.” Aku langsung berusaha menggendong Young.
            Badannya cukup berat, jadi aku menggendongnya di belakang. Aku merasa seperti di drama-drama yang aku tonton. Dan ini gila, aku melihat Seol Li sedang berjalan menuju tempat les juga.
            “ Seol Li-ssi.” Panggilku menyadarkan lamunannya.
            “ Hoseok-ssi?” jawabnya menatap Young. “ siapa dia?” dia bertanya dengan senyuman yang sedikit memancar.
            “ Dia Young Noona. Dia tak sadarkan diri.” Aku tersenyum.
Yoon Ka Young POV
            Aku menatap gadis yang berdiri di samping Hoseok. Meskipun aku masih berpura-pura pingsan, aku masih bisa mendengar dan melihat siapa gadis itu. dia Seol Li, gadis manis yang membuat Hoseok ‘jatuh cinta’.
            “ Bisakah kau bicara pada Oh sonsaengnim? Aku harus izin hari ini.” Pinta Hoseok.
            “ Wae?” tanyanya lagi.
            “ Aku harus menjaga Noona.” Jawabnya.
            “ Aku akan bicara padanya.” Lanjutnya lagi.
            “ Hmmm, hari Minggu nanti, bisakah kita jalan bersama?” Ucap Hoseok menambahkan.
            “ Ne. Kutunggu di taman kota.” Jawabnya, dibalik sini terlihat dia berjalan menjauhi Hoseok.
            Mendengarnya saja hatiku serasa ditimpa oleh bebatuan bertubi-tubi. Dan entahlah, sebenarnya ada apa denganku ini.
            “ Noona, apa kau bisa mendengarku sekarang?” tanyanya sambil terus berjalan menggendongku. “ Apa tindakanku benar? Harus kuakui aku benar-benar jatuh cinta dengannya. Noona, maukah kau membantuku?” Lanjutnya sambil terus menggendongku.
            Kau tahu bagaimana keadaanku sekarang? Aku menangis. Aku menangis di balik bahunya. Hati ini, jiwa ini, semuanya, terasa akan terlepas dari tempatnya. Aku takut, sangat takut kehilangan dirinya jika dia sudah bersama gadis lain.
            “ Noona, aku tahu bagaimana keadaanmu sekarang. Kali ini saja, dengarkan apa yang kukatakan. Beristirahatlah. Eoh?” Kukira dia bisa membaca pikiranku dan dia tahu aku rapuh sekarang.
            Aku memeluknya erat dibalik sini, aku tak ingin melepasnya kepada wanita lain. Hoseok, aku hanya ingin kau di sini, bersamaku, tidak bersama yeoja lain. Aku mohon.
***
            Aku tertidur di kasur empukku. Hoseok meneylimutiku dengan selimut berwarna pink yang tebal ini.
            “ Noona, aku keluar dulu ya.” Pamitnya. Tanganku dengan cepat menyentuh tangannya yang sedang berjalan berbalik dari arahku.
            “ Hoseok, aku mohon tetap di sini.” aku berpura-pura tersenyum walau ini sangat berat untukku.
            “ Noona, aku hanya akan mengambilkan susu hangat untukmu.” Hoseok tersenyum hangat.
            “ Ani. Sini, duduklah di sini.” jawabku mempererat peganganku padanya.
            “ Kenapa kau menjadi seperti ini? kau rindu padaku?” Hoseok sedikit bercanda.
            Aku tertawa kecil, “ Aniyo. aku hanya takut sendirian, arra?” jawabku mengelak.
            Hoseok aku memang sangat rindu padamu. Apa kau tidak bisa menangkap sinyal yang berkali-kali kuberikan padamu. Aku bodoh karena telah mencintaimu walau kutahu kau tidak mungkin mencintaiku.
            Aku masuk ke dalam mimpi penuh arti ini. di dalam sini, aku merasa seperti terbelunggu dengan api cintamu. Di mimpi ini, aku melihatmu di atas altar sana. Tapi siapa yeoja itu? itu bukan aku. Berharap sekali aku bisa berdiri di atas sana bersamamu. Aigoo.
Jung Hoseok POV
            Noona, apa aku sudah bisa menjadi adik yang baik untukmu? Tadi aku hebat bukan, aku sudah menyelamatimu dari kesengsaraan. Aku sudah menjadi pahlawan untukmu kan? tapi sebenarnya ini kali pertama aku membantumu. Aku merasa bukan namja jadinya.
            Sekali lagi, aku akan mengatakan ini. noona, aku nyaman selama berada di sampingmu. Aku ingin selalu bersamamu, walaupun suatu saat nanti kami sudah bertemu dengan salah satu sayapnya, aku tetap ingin berada di sampingmu. Aku sangat menyayangimu, Noona.
            “ Noona, saranghaeyo.” Ucapku sambil mengelus lembut rambut Young noona.
            “ Nado saranghae Hoseok~” Jawabnya singkat dibalik selimutnya.
            Tiba-tiba muncul bayangan Seol Li di pikiranku, jantungku langsung berdebar setelahnya. Hanya membayangkan senyumnya saja sudah membuatku merasa bisa menghentikan waktu. Ini jatuh cinta. Katanya.
            Astaga! Aku bodoh atau apa? Aku belum mengerjakan tugas, besok ada ujian bahasa Inggris. Aduh bagaimana ini? aku juga tidak membawa bukuku. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku pergi meninggalkan rumah Young diam-diam?
            “ Ada apa denganmu?” tanyanya yang sepertinya melihat kegelisahanku.
            “ Noona, aku belum mengerjakan tugasku. Besok aku juga ada ujian bahasa Inggris.” Jawabku masih dengan wajah panik.
            Tiba-tiba dia mengelus pipiku, anehnya jantungku berdetak lebih cepat. Mungkin karena efek terlalu panik. “ Aku akan membantumu. Apa tugasmu? Apa kau ingat?” Jawabnya langsung bangun dari tidurnya.
            Aku langsung menjelaskan soal yang sangat kuingat itu. kenapa aku ingat? Karena aku tidak menyukai pelajaran itu. menjelaskannya saja sudah membuatku mual sendiri. Dasar pelajaran menyebalkan.          
            “ Aku akan menuliskan tugas itu untukmu. Belajar bahasa Inggris dengan bukuku saja. Carilah bukunya di lemari bukuku.” Ucapnya sambil tersenyum dan berjalan menuju meja belajarnya.
            Satu jam, dua jam, tiga jam. Masih saja dia mengerjakan tugas. Aku tahu tugas itu sangat susah. Tapi aku lebih parah, buku bahasa Inggrisnya terselip di bagian paling bawah. Jadi susah sekali untuk mendapatkannya.
            “ Noona, bukunya jauh dari jangkauanku.” Ucapku mengeluh tetapi tanganku masih di dalam lemari.
            Ah, gotcha. Aku mendapatkannya, tapi kertas apa ini? ah, mungkin surat cinta dari penggemarnya.
            Eh, itu namaku bukan? Ternyata surat untukku yang telah lama dia simpan untukku? Tapi dari siapa ini? aku sedikit penasaran lalu membaca surat itu.

Dear Hoseok,
Aku tak tahu harus mulai darimana, tapi aku Seol Li teman sekelasmu. Haruskah aku mengatakannya padamu sekarang? Tapi sepertinya harus.
Aku menyimpan rasa padamu, tapi jika aku menyatakannya secara terang-terangan di depan murid lainnya, aku malu sendiri. Rasaku muncul begitu saja setelah kejadian di perpustakaan kota waktu itu. ah, aku malu. Yang penting, Hoseok saranghaeyo.

Sung Seol Li
            Sung Seol Li? Dia jatuh cinta padaku? Tapi kenapa Noona terus menyimpannya tanpa memberikannya padaku.
            “ Noona~” Panggilku lemah.
            “ Mwoya?” Jawabnya lembut.
            “ Ini apa?” tanyaku. “ Ini surat dari Seol Li kan? kenapa kau menyimpannya? Kenapa tak kauberikan saja? Noona, wae?” Lanjuutku setengah berteriak.
            “ M, m, m, mianhae~” Jawabnya merundukan kepala.
            Aku menarik kepala Young agar tetap melihatku. Aku ingin jawaban yang sejujurnya darinya. Aku tidak ingin menyimpan rasa kesalku sendiri. “ Waeyo? Noona, wae?” aku menggoncangkan badannya. “ Noona-ya! Jawab aku! Wae?” aku masih terus memarahinya.
            “ Arra, aku aka menjelaskannya!” Jawabnya membalas teriakanku. “ Nan, jeoneun~ aku mencintaimu! Aku tidak ingin kau bersama yeoja lain! Aku cemburu! Eoh? Aku sangat cemburu! Waeyo?” Lanjutnya mengeluarkan air mata.
            “ Noona-ya!” Aku berteriak membuat badannya semakin bergetar. “ Noona, aku juga cinta padamu! Gurrae wae?” Aku terus mengguncang badannya.
            “ Mian~” Dia menangis sampai jatuh berlutut di kakiku.
            Aku sudah kesal sendiri. Jadi aku langsung pergi meninggalkan dia yang sudah rubuh, aku tidak bisa memedulikannya lagi. Bagiku, ini sudah keterlaluan.
Yoon Ka Young POV
            Aku takut. Hoseok marah padaku karena tindakan bodohku. Kupikir aku masih bisa menutupinya, jadi aku dan Hoseok tetap bersama. Namun dampak dari tindakan bodohku itu terlalu bodoh. Aku rapuh. Hoseok mian.
Jung Hoseok POV
            Ini hari Minggu, aku akan berjalan ke taman kota bersama Seol Li. Tapi rasanya ada yang hilang dalam kehidupanku. Sepertinya ini karena Young Noona, aku kehilangan dia. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku sudah biasa selalu bersamanya, bagaimana mungkin aku bisa serapuh ini. aku takut, aku sedih, aku rapuh, aku tak bisa menggambarkan perasaanku lagi. Noona, kembalilah.
            Mandipun rasanya seperti tak terkena air sedikitpun. Sikat gigipun, aku tak bisa. Aku menyesal telah memahari Young Noona, aku yakin sebenarnya bukan dia yang salah.
            Aku berangkat dengan berjalan kaki, lagipula taman sangat dekat dengan rumahku. Di perjalanan, aku berpapasan dengan Young Noona. Namun sayang, kini senyumnya lentur. Dia tidak tersenyum sedikitpun padaku. Aku salah, aku mengakuinya.
            Taman kota ini malah mengingatkanku dengan Young Noona. Dulu aku selalu bercerita dengannya di kursi di bawah pohon rindang. Ah aku benci dengan ini, bunuh saja aku Tuhan.
            “ Annyeong Hoseok.” Sapa Seol Li di belakangku.
            “ Young Noona?” Ucapku berbalik dan kulihat itu Seol Li. “ Ah, mian.” Aku menggaruk leherku yang tidak gatal.
            “ Gwaenchana.” Seol Li tersenyum. “ Tapi maaf, aku menemuimu di sini hanya akan memberikan buku latihan dari tempat les kita. Aku ada janji dengan kekasihku, mian.” Serasa petir langsung menyambar tubuhku.
            Dia mempunyai kekasih? “ Seol Li, aku baru membaca surat yang baru kau tuliskan.” Aku bertanya sedikit ketakutan.
            “ Ah itu, lupakan saja. Itu akuu sedang merasakan cinta monyet. Jangan tanggapi itu.” Ucapnya, dan sekali lagi aku mau menangis saja.
            “ Ah, ne. Aku pamit.” Untuk saat ini, aku ingin bertemu dengan Noona. Tapi aku ingat aku bukan siapa-siapanya lagi. Noona, maafkan aku.
***
            Aku berjalan memasuki cafe tempat Young Noona bekerja. Bodohnya aku, hari ini aku mendatangi klub yang terkenal di sekolahku itu. rasanya aku sepetri terbang ke langit ketujuh karena minuman itu.
            “ Ya! Hoseok-ssi, wae?” bopong seorang namja yang merupakan teman dari Young Noona.
            “ Suga Hyung. Aku sakit di sini. eoh, sakit sekali.” Ucapku sedikit melindur.
            “ YA! Umurmu masih sangat muda, kenapa kau mabuk? Eoh? Babo.” Ucap Suga hyung masih terus membopongku.
            “ Young Noona eodie?” Tanyaku setengah sadar.
            “ Dia sakit, jadi tidak bisa masuk. Tidurlah dulu di sini, eoh?” tawarnya membuatku duduk di kasurnya.
            Young Noona sakit karenaku? Maafkan aku.
Yoon Ka Young POV
            Aku sakit? Kenapa baru ketahuan? Kenapa tiba-tiba sudah mencapai stadium akhir? Penyakit tulang? Apa katanya tadi? Ini tidak mungkin.
            Penyakit ini menyerang bagian-bagian sendi, stadium akhir biasanya hanya tinggal menunggu waktu. Kata dokter, awalnya aku hanya akan mengalami kelumpuhan. Lalu aku menunggu akhir waktuku. Akhir waktuku harus kumanfaatkan untuk tetap bersama Hoseok. Ah bodoh, aku dengannya sedang bertengkar. Aigoo.
            “ yoboseyo?” Tanyaku mengangkat telepon.
            “ YA! Hoseok sedang berada di cafe! Dia mabuk, apa kau yang mngajarkan minum kepadanya?” Ucap Suga terus-terusan menyemburku dengan perkataannya.
            “ Aniyo. mwo? Dia di cafe? Aku akan ke sana sekarang!” ucapku sambil menutup telepon.
            Aku berlari, tapi kakiku rasanya sangat sakit. Ah, mungkin karena penyakitku. Masa bodoh, aku harus bertemu dengan Hoseok
***
            Aku membopong Hoseok ke rumah paman sendiri. Kakiku sakit lagi. Rasanya aku tidak membopong badanku sendiri. Aku jatuh, aku tidak kuat.
            Badanku rasanya tidak bisa digerakan. Mungkin saja ini hanya kecapekan, atau hal yang paling parah penyakit itu benar-benar menyerangku. Ah, tidak boleh. Aku masih harus bekerja,  aku harus terus bersama Hoseok.
            “ Noona, gwaenchanayo?” Ucap Hoseok denggan suara masih seperti orang mabuk.
            “ Ah, kakiku hanya sakit. Sedikit.” Aku berbohong padahal rasanya kaki ini ingin terlepas dari tempatnya.
            “ YA! Kalian berdua, bilang saja padaku kalau kalian berdua sama-sama sakit. Aish, aku akan mengantarkan kalian dengan mobilku.” Suga datang tiba-tiba seperti sesosok setan.
            Aku yakin, Suga bukan manusia. Dia selalu datang di saat yang tepat secara tiba-tiba. Atau dia seorang malaikat yag jatuh ke bumi untuk dihukum? Ah tidak, khayalan yang berlebihan.
            Suga sudah siap dengan mobilnya yang terhenti di bahu jalan. Saat Hoseok sudah masuk ke dalam mobil, aku masih berusaha menggerakan badanku. Sial, aku masih tidak bisa bergerak.
            “ Young-ssi, gwaenchanayo? Haruskah aku menggendongmu ke dalam mobil?” tawarnya menjulurkan tangannya padaku.
Jung Hoseok POV
            Sepertinya Suga Hyung dan Young Noona pasangan yang serasi. Tapi bukankah Noona cinta padaku? Harus kuakui aku cemburu. Tidak mungkin aku cemburu kepada Noonaku sendiri.
            “ Berhubung aku tak tahu dimana rumah Hoseok, aku akan mengantarkanmu ke rumah Young. Eoh?” Suga Hyung menatap kami berdua yang sama-sama lemas.
            Noona, kau sakit? Kalau begitu, aku akan mengurusmu. Aku akan terus di sampingmu, aku akan terus bersamamu. Aku menggenggam tangan Young, dan aku tersenyum kepadanya ketika ia melihat aku yang menggenggam tangannya.
            “ Aku tidak bisa bertumpu padamu, tapi kau harus bertumpu dan menumpahkan rasa kesalmu padaku.” Young berbicara sambil terus mengembangkan senyumnya.
            Aku menggiring kepala Young agar tertidur di bahuku. Jika sebelumnya  selalu aku yang menangis dan tidur di bahunya, sekarang saatnya dia yang kujaga. “ Noona, biasanya kau yang melakukan ini, sekarang aku akan terus bersamamu.” Aku terus mengelus rambutnya dan menangis.
            Aku tidak menangis karena Young Noona, aku menangis karena ingat kejadian di taman tadi. Seol Li, aku sakit mendengar kata-katamu. Tapi kau juga harus tahu, aku lebih sakit jika aku harus kehilangan Young Noona.
            “ Aku jadi ingin bertemu dengan istriku di rumah.” Suga Hyung sepertinya mmenatap kami berdua yang amat dekat.
            “ Hyung, kau tidak bilang padaku sudah menikah!” Aku protes padanya. “ Aku sempat cemburu padamu, Hyung!” Aku berteriak bercanda.
            “ aku dengan Young? Aniyo.” Dia bercanda sambil tertawa dan matanya menghilang di balik ketawanya.
***
            Kami lalui setiap harinya berdua, walau ku tak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Penyakit apa yang ia rasakan. Aku tidak peduli, yang penting Young Noona akan terus bersamaku.
            “ Hoseok-ahh, ambillah bukuku. Bacakan itu untukku.” Ucap Young sambil menunjukan bukunya di atas meja belajarnya.
            Hoseok-ahh, sudah berapa umurmu sekarang? 20 tahun? Umur yang dewasa untukku. Jika aku pergi, kau mengijinkanku kan? aku yakin, kau sudah bisa menjaga dan melindungi dirimu sendiri.
    Aku ingin kau menyimpan buku ini. simpan ini untukku, jangan pernah baca halaman paling belakang apabila kamu belum menyelesaikan cerita di buku ini. jika kau melanggar perjanjian ini, aku tidak akan pernah memaafkanmu.
    Baca ini dalam hati, resapi kata-kata ini.
    “ Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo, Hoseok saranghaeyo,”
    Aku minta kau terus menyebut namaku, dan lihatlah keadaanku sekarang. Sebutkan namaku, kumohon.
           
            Aku benar-benar mengucapkan nama Young, terus terusan bahkan sampai air mataku mengalir tidak bisa aku hentikan. Apa maksud keinginannya? Jika aku mengatakannya sampai seratus kali atau lebih, apa yang akan Young Noona lakukan?
            Aku mengucapkan nama Young terus tetapi sekarang aku melihatnya. Kedua matanya tertutup, tangannya terus menggenggam tanganku. Dia tersenyum, tapi aku tahu dia tidak tertidur. Perlahan, tangannya mulai dingin, gerak badannyapun kaku. Apa dia meninggalkanku? Aniyo.
            “ Noona, ireona.” Bisikku lembut. “ Noona~” Aku terus membisikan kata-kata itu di telinganya.
            Akhirnya aku takut sendiri, aku langsung menelepon Suga hyung. Aku meminta bantuan padanya, dan dengan bangga hati ia langsung mendatangi rumah Young Noona.
***
            “ Josoahamnida~ Kami hanyalah dokter, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika dia memang pergi meninggalkan kita.
            Kata-kata itu menghantuiku di setiap malam. walau sekarang ini sudah hari keseratus aku tidak bersamanya lagi, aku masih tidak bisa melepasnya. Ya, sepuluh lembar lagipula, aku bisa melihat akhir cerita dari buku ini.
10 days left
            Akhirnya aku bisa membaca halaman terakhir. Dan aku bingung, hanya ini saja? Tidak ada yang lain?

     Saranghaeyo Hoseok-ahh~ Maafkan aku, aku tidak bisa menyampaikan kata lainnya, putarlah DVD ini untukku

            Aku memutar DVD itu di DVD playerku, sosok Young di dalam camera itu terus menatap camera.
            “ Hoseok, jaga dirimu ya? Aku yakin kau bisa hidup tanpaku. Seol Li akan selalu bersamamu kan? atau tidak? Kalau dia tidak ada untukmu, datangilah Suga, dia sosok kakak yang sangat hangat. Jika paman memarahimu, ceritakan semuanya di buku yang sudah aku sediakan ini. eoh? Hoseok, tetap tersenyum, aku cinta padamu!” Kata-kata itu selalu mengakhiri apapun yang dia buat untukku.
            Noona, jadi kau sudah tahu bahwa aku akan meninggalkanmu? Jadi kau memang ingin meninggalkanku? Kau benci padaku kan? kau tidak mencintaiku, jangan berbohong.
            Noona, terima kasih atas bahumu, pangkuuamu, dan segala apapun yang kau berikan padaku. Aku akan selalu mengingatnya. Walau aku merasa sakit setiap aku mengingat setiap detik yang kita lewati bersama.

            Why did I think of you? The only thing that finds me is pity for myself.

Saturday 17 August 2013

Coffee Shop


Coffee Shop
Author                 : Oh EKRiRyeo
Title                     : Coffee Shop
Genre                   : Romance, sadness
Length                 : Oneshoot
Sudut Pandang   : orang pertama (ber-aku), 1 POV
Main Cast            :
*    Choi Jung Hong as Zelo
*    Zulfa Nabilah M as Lee Soon Ji
Other Cast           :
*    B.A.P (Yongguk, Himchan, Youngjae, Daehyun, Jongup)
*    Yoon Ka Young (Youngie)
Rating                  : T
“ Kedai kopi yang biasa kita kunjungi~ kedai kopi kita~ Aku sendirian di sini, dimana aku bisa mencium aromamu~” – Choi Jung Hong

            Cahaya mentari mulai memasuki celah-celah jendelaku yang masih tertutup rapat. Ditambah lagi, aku masih terpeluk hangat oleh selimut kesayanganku. Mataku juga masih tertempel rapat, tanpa mau diganggu sedikitpun.
            Aku masih ingin memasuki dunia mimpiku lagi. Menatap kapas-kapas putih yang terus bergumul berkejaran di langit yang biru cerah sana. Dan itu terasa tak ingin kuhentikan ketika kau datang dan menatap langit bersama. Saling bergenggaman tangan berdua, memberikan rasa cinta satu sama lainnya. Kutatap dua buah bola matanya, aku berharap tidak akan pernah keluar dari dalam mimpiku. Ingin sekali lagi, aku merasakan itu bersamamu. Kenapa cantik? Kenapa kau bisa melihatku dengan keadaan hati yang teriris dan tidak bisa diperbaiki lagi?
            Tanganku mulai bergerak-gerak mencari ponselku. Ponsel yang bisa kugunakan untuk mengalirkan seluruh rasa rindu di hatiku. Menyalurkan semua cerita yang sangat ingin kuceritakan, sudah pasti cerita-cerita itu tidak akan pernah bisa kupendam lama. Dulu, aku selalu melakukan ini bersamamu. Bercerita, menciummu, memelukmu, menatap kedua bola matamu. Waktu itu, waktu dimana aku tidak ingin waktu berputar. Sekarang aku berpikir aku perlu mesin waktu.
***
            Aku hanya menatap cangkir mochacinoku, aku tidak meminumnya sama sekali. Tanganku mulai mendekati tanganmu, tangan dengan jari-jari yang lentik bagiku. Sangat indah di mataku, tangan mungil yang tidak ingin aku lepaskan. Sedikitpun aku tidak ingin membiarkannya lepas dari genggaman tanganku. Aku mempererat genggaman tanganku, erat tapi hangat.
            “ Waeyo?” senyum simpulnya tersungging di bibir tipisnya.
            “ SoonJi-ahh, kau tahu aku sangat mencintaimu kan? aku tidak ingin kau pergi, tetap bersamaku ya? Jebal~” aku menatap kedua buah bola matanya yang sudah memberikan jawaban untukku. “ Ya, aku tahu. Aku bertanya yang aneh padamu kan? entahlah, aku merasa akan kehilanganmu~” lanjutku dengan senyuman yang terulas tiba-tiba.
            Kini, kita sama-sama terdiam. Terdiam menatap cangkir berisikan kopi ini. Bau cappucino kesukaannya menyeruak menyentuh hidungku. Aku akan mengingat benar aroma ini. Kalau aku benar-benar melupakan aroma ini, aku berjanji aku akan tetap mencintai SoonJi sepenuh hatiku. Walaupun aku benar-benar akan kehilangan SoonJi.
            “ Kau benar-benar menggunakan kemeja yang kubelikan?” SoonJi menatapku dari bawah sampai atas. “ Kau terlihat tampan, apa kau suka?” Ia menyentuh kerah bajuku.
            “ Tentu. Sangat bagus.” Aku menatap diriku sendiri.
            “ Hari sudah cukup malam, boleh kita pulang?” SoonJi menarik bibirnya untuk tersenyum hangat. Dari pertanyaannya itu, tanpa aba-aba aku langsung menganggukan kepalaku.
            Malam ini cukup dingin, padahal tadi sore cuacanya cukup hangat. Aku merangkul badannya yang sudah sangat kedinginan. Rangkulan yang kuberikan untuk menghangatkan badannya. Bagaimana kalau dia sakit? Aku tidak ingin melihatnya terbaring lemah di sana.
***
            Aku bergegas mengganti kemejaku. Sudah jelas tadi malam aku tidak mengganti kemejaku. Aku memakai kemeja baruku sekenanya, tanpa ada dandanan yang rapi. Tapi itu sudah menjadi gayaku. Berantakan tapi terlihat keren. Gaya andalanku yang bisa membuat SoonJi marah-marah menyuruhku merapikan kemejaku. Ya, walaupun ujung-jungnya pasti SoonJi akan merapikan kemejaku.
            Achim haessare nuneul tteugo~ Handeupon sigyereul bogo~ Eoji junbihan oseul ipgoseo~ Seodulleo jibeul naseojyo~~
            Sendiri aku berjalan menyusuri gedung-gedung ini. Mengenang saat-saat kita bersama. Saat-saat kita selalu berjalan, bernyanyi, dan menari bersama. Waktu itu, kau hanya menatapku menari, tanpa mengikutiku. Lalu tiba-tiba kau bergabung, dan semuanya menjadi terasa indahnya. Tanpa bisa kutahan lagi, air mataku mengalir begitu saja. Air mata rindu yang benar-benar sudah lama kutahan.
            “ Zelo-ahh!” teriak Jongup dan merangkulku.
            “ Wae?” Aku hanya berjalan tanpa membalas rangkulannya.
            “ Ingin ke kedai kopi lagi?” aku mengangguk sekilas. “ aku ikut ya! Lagipula, sekarang Youngie bekerja di kedai itu.” Jongup tersenyum tidak jelas.
            Dari dulu ia memang sangat menyukai Youngie. Entahlah, kapan perasaannya bisa terbalaskan. Tapi aku mulai menatap diriku sendiri. Jongup beruntung, ia masih berhak menyukai orang yang sangat dicintainya. Sedangkan aku? Mengingatnya sekalipun, seharusnya sudah tidak berhak lagi aku lakukan. Harusnya aku mulai menyadari itu.
            SoonJi, dia sudah bertunangan. Tiga hari yang lalu Youngie memberikan kabar itu kepadaku. Bagai bebatuan menimpaku di tengah padang pasir yang tandus, aku hanya menatap undangan tunangan itu. sebelum itu, dia tidak sedikitpun mengatakan hal ini. Tidak sepatah katapun.
            “ Ya~ Mianhae~ Kau masih merindukan SoonJi? Itu perasaan yang wajar kok.” Jongup tersenyum kecil di tengah perjalanan kami.
            Ingin sekali aku berkata, aku benar-benar merindukan SoonJi. Tapi rasanya sangat aneh, mulutku seperti terkunci sangat rapat. Jawabannya mengalir begitu saja dari air mataku yang terus bergulir.
            “ Zelo-ahh, menurutku kau harus belajar melupakannya.” Jongup mulai dengan kata-katanya yang sangat menggelikan.
            Entahlah, apapun yang dikatakan Jongup selalu saja membuatku ingin tertawa tanpa henti. Aku benar-benar tertawa ketika ia berkata seperti itu. Apa dia memikirkan dengan apa yang ia katakan? Mana mungkin aku bisa melupakan SoonJi begitu saja.
            “ Aku serius! Selalu saja, ketika aku menasihati orang aku selalu ditertawakan. Aish~” curhatnya yang membuatku sangat geli.
            “ ayo kita ke kedai~ jangan banyak bicara~” aku melangkah mendahului Jongup.
@Coffee Shop
            Aku menatap cappucino yang kupesan hambar. Sekali kutatap cappucino ini, bayanganmu hadir di dalam cangkir itu. tiba-tiba air mataku mengalir lagi dari mataku. Apa aku bodoh? Sebodoh inikah aku tidak bisa melupakan SoonJi? Kalau dipikir lebih panjang lagi, sebenarnya SoonJi sudah mengkhianatiku. Membiarkanku terluka melihatnya bahagia dengan yang lain. Bukankah itu sangat menyakitkan? Aku mencerna kata-kata yang Jongup katakan tadi. Mungkin, aku benar-benar harus melupakan SoonJi. Ya, itu cara terbaik yang harus kulakukan.
            “ Minum Cappucinomu! Atau kau ingin aku yang meminumnya?” Jongup hampir mengambil cangkirku.
            “ YA! Aku akan meminumnya!” Aku menjadi diriku yang seperti biasanya lagi. Ya walaupun sebenarnya aku masih merasa sangat sakit. Sakit luar biasa.
            SoonJi, aku akan membiarkanmu bahagia. Jadi, aku akan mulai melupakanmu dengan sebisa mungkin. Dan aku tahu, rasanya itu akan sangat menyakitkan. Kau tahu pisau? Ya pisau, hatiku rasanya seperti tertusuk pisau. Sangat tajam.
            “ Aku akan melupakan SoonJi~” ucapku lirih tapi terdengar oleh Jongup.
            “ Ne?” Jongup terkejut sendiri dengan ucapanku tadi.
            “ Aniyo~” aku tersenyum kecil.
***
>> Monday (Winter)<<
            Aku hanya menatap air yang jatuh di kaca-kaca kamar. Secara perlahan, aku mulai terbiasa hidup tanpa SoonJi. Minggu lalu, aku memutuskan untuk membuat sebuah novel. Novel yang menceritakan tentang kehidupanku, sebelum, ketika, dan setelah aku hidup bersama SoonJi.
            Waktu itu salju mulai turun membasahi bumi Korea Selatan ini. Waktu itu pula, aku mulai menyadari perasaanku mulai tumbuh kepadamu. Perasaanku yang tidak bisa kutahan sama sekali, sekarang perlahan mekar menjadi bunga cinta yang perlahan akan layu. Layu akan waktu yang terus bergulir hingga akhir nanti. Dan saat rasa itu semakin berkembang, aku mulai tidak menyadari waktu ini pasti berjalan. Sebesar apapun usahaku menghentikan waktu yang sedang berjalan ini, tetap saja aku terbawa dengan jalannya. Aku ikut berjalan bersama waktu.
            Hingga tanpa kuinginkan, cintaku itu bertumbuh semakin besar. Pohon cintaku sudah hampir mencapaimu. Dengan menyiapkan seluruh keberanian yang ada di dalam hatiku, aku merangkai kata-kata semanis gula. Kata-kata yang sampai akhir waktupun tidak akan berubah, akan tetap manis walau sudah terpisah jarak. Aku mengingat tatapan matamu, sehingga dari hatiku aku bisa menjadikan kata-kata itu menjadi buliran air yang keluar dari matamu. “ saat aku tatap matamu itu, kau tahu apa yang ingin kulakukan? Aku ingin menghentikan waktu. Kenapa? Karena aku tidak ingin tatapan itu menghilang, menghilang tanpa bisa kulupakan. Jika seandainya aku bisa menjadi payung merah yang biasanya kau pakai di saat hujan, aku akan melindungimu dari apapun itu. Entah hujan, panas, apapun itu.” saat senyumanmuu menyungging indah, aku mengumpulkan kata-kata yang aku simpan di otakku dengan cepat, “Bolehkah aku meminta sesuatu? Aku ingin kau menjadi jaketku. Jaket yang selalu memelukku hangat, melindungiku tanpa ada rasa pamrih. Bolehkah?”
            Aku sudah mendapatkan jawabanmu dari pelukan hangat yang kauberikan. Aku yakin, hingga waktu kita habis nanti, kita akan selalu rekat satu sama lainnya. Tidak ada perpisahan yang berujung luka. Tidak ada awan putih yang berujung mendung dengan hujan yang nantinya akan terjatuh.
            Tapi sayang, waktu itu aku tidak memikirkan ini. Sebagus apapun sebuah jaket, perlahan-lahan benang-benang itu akan terlepas pula. Akankah perasaanmu itu juga memudar seiring dengan terlepasnya benang-benang itu? kuharap tidak. Aku ingin kita menjadi sepasang merpati putih yang selalu bersama. Tiada akhir, tanpa perlu memedulikan waktu.
            Satu hal yang akan kuingat darimu. Tatapan matamu itu.
            Aku menatap ketikan novel baruku, ya sejauh ini novelku baru mencapai dua puluh lima halaman. Itu baru kuceritakan saat kami berkenalan, sampai kami menjadi sepasang kekasih.
            “ Apa yang kauketik? Eoh?” Yongguk dengan suara besarnya menatapku yang terus mengetikan cerita.
            “ hanya perjalanan hidupku.” Aku mulai membuka permainan yang ada di laptopku.
            “ Kudengar kau sudah mulai melupakan SoonJi, kau yakin dengan keputusanmu?” Sekarang Daehyun yang menatapku.
            “ Apa kau pikir aku lelaki yang tidak bisa melupakan seorang wanita? Aish?”
***
>> Tuesday (Winter)<<
            Mulai saat itu, tempat yang paling kami suka kunjungi adalah sebuah Kedai Kopi. Kedai kopi ini seperti saksi cintaku kepada SoonJi yang sangat besar. Saksi bisu yang bisa menceritakan seluruh perasaan kami yang saling menyatu di cappucino ini.
            Tapi pada saat itu juga, aku menyadari sebuah keganjalan. Tapi aku tidak pernah tahu keganjalan itu.
            Aku berhenti mengetik dahulu, ketika membaca tentang keganjalan itu. keganjalan yang sampai saat ini belum terjawabkan olehnya. Aku hanya menatap tulisan-tulisan itu. aku sudah tidak tahu apa yang akan kuketikan lagi.
            “ Ikut aku ke kedai. Ada yang harus diceritakan.” Tiba-tiba Jongup sudah muncul di kamarku dan langsung menarik tanganku.
>> Friday (Winter)<<
            Aku mencerna kata-kata Yougie. Semalaman aku tidak bisa tidur karena kata-kata itu terus terngiang di kupingku. Kenyataan yang sebenarnya dari SoonJi. Kenyataan pahit yang harus kudengar darinya. Apa aku terlalu jahat? Menganggapnya jahat kepadaku?
            Padahal, perlahan aku sudah melupakan SoonJi. Menghapus beberapa memori dari ingatanku. Tapi kini? Semua itu muncul kembali dalam ingatanku yang sempit ini. Perasaanku yang hampir pudar, tiba-tiba berkembang kembali. Ah, aku terjerat dalam cintanya iyu.
            “ Bagaimana keadaanmu?” Himchan memasuki kamarku dengan secangkir susu di tangannya.
            “ Maksudmu?” Aku menatap cangkir susu itu.
            “ Kau sakit~ Babo~” Himchan menatapku sinis.
            “ Hyung, haruskah aku menemui SoonJi? Haruskah aku meminta maaf padanya? Aku merasa sangat bersalah dengannya. Dan, aku masih sangat menyayanginya. Aku memang orang terbodoh di dunia ini kan? iya kan?” aku tidak bisa menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutku. Buliran air mata juga sudah keluar dengan jelas dari mataku ini.
            “ Arrasseo. Jangan salahkan dirimu sendiri.” Himchan langsung  merangkul badanku yang akan ambruk ini.
            “ Apa kami harus mengantarkanmu menemui SoonJi?” Tiba-tiba Daehyun, Jongup, Yongguk, dan Youngjae memasuki kamarku.
            Aku hanya menatap satu per satu mata mereka. Kepala mereka mengangguk agar aku menyetujui permintaan mereka. Kepalaku langsung menunduk. Dari tatapan mereka, mereka tampak kecewa kepadaku. Namun, kepalaku langsung kuangkat dan mengangguk mantap. Tatapa itu berubah menjadi lebih baik lagi.
            “ Kapan kau akan pergi?” Daehyun yang sekarang menatapku.
            “ Besok, paling lambat lusa.” Aku meneguk susu yang dibawakan Himchan tadi.
            “ Gurrae, besok kita berkumpul di sini. Aku akan membawa mobilku.” Yongguk menatap kami satu per satu. Dengan anggukanpun, sudah cukup menjawabnya.
***
>> Saturday (Winter)<<
            Aku tidak percaya, hari ini juga aku akan menemui SoonJi. Sudah cukup lama aku memimpikan hal ini. Bertemu dengan SoonJi, dan memeluk badannya. Kusalurkan seluruh rasa rinduku yang sudah sangat menggebu ini. Ah, jeongmal.
            “ YA! Kau mengajak Youngie?” Tiba-tiba Youngjae berteriak menatap Jongup datang berdua dengan Youngie.
            “ Apa tidak boleh?” Jongup mendengus kesal. Dengusannya membuat kami langsung tertawa terbahak-bahak tanpa henti.


            Aku menatap rumah kecil yang berada di antara dedaunan sana. Kata Youngie, itu tempat tinggal SoonJi sekarang. Kupikir, dia tidak akan betah berada di rumah itu. bagaimanapun juga, rumah itu terlalu kecil untuk ditinggali.
            “ Cepat temui dia.” Himchan menepuk-nepuk pundakku.
            “ Ne. Gomawo, Hyung.” Aku menunduk 90o dan langsung berlari.
            “ Ah, kita akan menunggumu di penginapan.” Himchan mengingatkanku.
            Tidak terlalu susah memang untuk sampai ke rumah itu. hanya dengan berjalan, rumah itu kini sudah di depan mata.
            Aku ketuk pintu sekali dua kali. Tapi tidak ada yang membalas ketukan pintu itu. sekali lagi kuketuk pintu itu, tetap sama. Jadi, dengan sangat terpaksa, aku memasuki rumah itu tanpa permisi. Lagipula, pintunya tidak terkunci.
            “ SoonJi~ Kaukah di situ?” aku menatap sebuah ruangan kecil yang terkenai sinar matahari itu.
            “ Choi Jung Hong?” Suaranya terdengar lirih di balik tirai sana.
            “ Lee Soon Ji?” Air mata itu mengallir begitu saja. Aku berlari memasuki ruangan itu, dan dengan gerakan cepat aku sudah mendekap badannya yang lemas.
            Badannya terlihat lebih kurus, pipinya juga tirus, wajahnya pucat, tatapannya berubah menjadi tatapan nanar. “ Apa kau sakit?” aku menggenggam tangannya erat.
            “ Mian. Aku tidak memberitahumu.” Ucapnya lirih.
            “ Wae? Kukira, aku benar-benar akan kehilanganmu.” Aku meneteskan air mata lagi.
            “ Aku hanya tidak ingin kau menangis karenaku. Jadi, kupikir lebih baik merahasiakannya.” Lagi-lagi air mataku ini mengalir.
            “ Kau tidak tahu betapa ambruknya aku? Betapa ambruknya aku ketika kudengar kau bertunangan.” Aku terisak. “ seharusnya kau memberi tahuku yang sebenarnya~ Aku pasti akan menjagamu!” aku masih menangis.
            “ Mianhada~” Dia mengelus pipiku yang penuh dengan air mata ini. “ Bisa kau ambilkan sebuah buku di laciku?” Dia menunjukan lacinya.
            “ Ne.” Aku berjalan mendekati laci itu.
            Kuambil buku yang dikatakannya itu. terlihat sudah lusuh tapi kuyakin penuh makna. Kuusap-usapkan buku itu di tanganku.
            “ Tolong bacakan itu~” SoonJi menatapku.
            “ Ini? Baiklah~” aku membuka lembaran pertama.
***
          Ku teringat ketika rangkaian kata indah itu keluar dari mulutmu. Waktu itu kau membuatku sangat tersanjung. Sebenarnya aku ingin mengatakan tidak kepadamu. Tapi tatapan matamu itu membuatku tidak sanggup untuk mengatakan tidak. Akhirnya aku mulai tersadar, bahwa aku juga sangat menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu.
          Kau ingin tahu mengapa aku ingin mengatakan tidak? Itu karena penyakitku. Sebenarnya sejak lama aku sudah mengidap penyakit ini. Tapi, aku berusaha agar kau tidak menyadarinya. Menyadari bahwa, dari waktu ke waktu penyakitku semakin parah. Aku selalu meminum obat terlebih dahulu sebelum menemuimu.
          Kau ingat? Aku selalu melarangmu untuk mendatangiku di rumah? Inilah beberapa alasannya :
1.      Aku tidak ingin kau tahu, kalau di rumah aku dan keluargaku tidak pernah akur. Apalagi Eomma dan Appaku yang selalu bertengkar. Tapi karena itu juga, Oppa dan aku menjadi bertengkar. Kami menyalahkan satu sama lain ketika Eomms harus dipukuli oleh Appa.
2.      Keluargaku tidak mengijinkanku untuk berpacaran denganmu. Jangankan berpacaran, mengenalimu saja aku tidak boleh. Sebenarnya mereka sudah menjodohkanku dengan seseorang. Kata mereka orang ini sangat dekat denganku dari kami masih sangat kecil.
3.      Apa kau suka bau alkohol? Aku takut kau tidak menyukai bau itu. di rumah, Appa dan Oppa selalu minum bersama. Aku sangat tidak menyukai bau itu. jadi, aku melarangmu menemuiku di rumah.
4.      Aku takut kau tahu bahwa aku sakit parah. Point inilah yang paling aku takuti. Jika kau tahu penyakitku, apa kau masih ingin mengenaliku? Atau kau malah pergi meninggalkanku? Jadi aku menutupi itu semua.

          Tapi, setelah kau selalu hadir di dalam hidupku, aku tahu... kau tulus menyayangiku. Tapi, tetap saja aku takut memberitahunya padamu.
          Aku ingin mengulang saat itu. saat kau menggendongku di pundakmu. Malam hari, dan itu sedang bersalju. Aku sangat kedinginan, bahkan mantelku tidak cukup menghangatkanku. Kau melepas mantelmu, dan membiarkanku memakainya. Tapi udara masih menusuk ke tulang rusukku. Tanpa bertanya, kau langsung menggendongku di belakangmu itu. padahal, kuyakin kau sangat kedinginan tanpa mantelmu, jadi aku membiarkan kita  memakai mantel bersama. Itu menjadi sangat hangat.
          Atau aku ingat, ketika kita bermain ke pantai bersama. Bukankah kau tahu aku tidak bisa berenang? Kenapa kau membiarkanku terjatuh dari kapal itu? aku tahu, kau hanya ingin menjahiliku. Dan kau kira di bawah sana sudah ada perahu karet, tetapi ternyata Jongup belum menyiapkan perahu karet itu. dan aku benar-benar terjatuh ke dalam air. Apa waktu itu kau panik? Aku yakin kau sangat panik. Kau langsung melompat ke dalam air dan meraih tanganku. Kukira aku tidak akan pernah selamat.
          Atau kau ingat, waktu kita bermain roller coaster? Itu sangat membuatku geli, bagaimana bisa kau sampai muntah karena permainan itu saja? Kau bukan lelaki jantan. Jadi aku mengajakmu bermain yang lebih memicu adrenalin lainnya. Apa sekarang kau sudah cukup berani untuk bermain itu? ayo kita bermain itu lagi! Itu sangat mengasyikan.
          Kau ingat telepon umum? Ah, itu hal yang sangat romantis. Aku ingin ke telepon itu lagi. Menelepon teman-temanmu, dan mengatakan kalau waktu mereka takkan lama. Kejahilanmu itu tidak akan pernah kulupakan. Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka masih takut akibat kejadian itu?
          Tapi, karena kejahilan kita, mereka membalasnya dengan menjadi hantu jadi-jadian. Seharusnya kau tahu, aku sangat tidak menyukai hantu di dalam hidupku. Walaupun aku mengenalnya, aku tidak akan pernah mau melihat mereka.
          Sebenarnya penyakit ini bisa menyebabkan kematian kalau tidak diantisipasi. Tapi, demi kau, aku bisa melupakan penyakitku sejenak. Aku ingin membuatmu selalu bahagia jika berada di sisiku. Dan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu ketika bersamaku.
          ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
***
            Aku terjatuh ke dalam lautan kenangan yang sangat indah ini. Air mataku mengalir begitu saja.
            “ SoonJi~ Kau sangat mengingat semua kenangan ini~ Aku senang jika selalu bersamamu~” lagi-lagi air mataku mengalir deras.
            Kutatap SoonJi yang sudah menutup matanya sangat rapat. “ SoonJi! Ireona!!” Aku berteriak sangat kencang. “ SoonJi, saranghaeyo. Jeongmal~”

            Siapa yang mengira akhir kisah dari cinta kita akan seperti ini? Alam surga sana akan lebih indah daripada tempat ini. Di tempat ini, aku berjanji akan menunggu malaikat cantik sepertimu untuk turun ke bumi menemuiku. Dan kau mengatakan kata cinta dengan jelas di telingaku.
            Bagaimanapun juga, kupu-kupu tidak akan bisa terbang apabila kehilangan sebelah sayapnya. Begitu juga kita. Engkau selalu melengkapi kupu-kupu itu agar bisa terbang. Terbang bersama. Tapi kini, kupu-kupu itu tidak mungkin bisa terbang karena kehilangan salah satu sayapnya.
~~THE END~~