I Cant let you go
Author : JongYi Hope Angel (I.)
Title : I Can’t Let You Go
Genre : Romance, sad
Length : Oneshoot
Main Cast :
Park Ah Rin aka
Airin
Wu Yi Fan aka
Kris
Other Cast : Find it with yourself^^
Disclaimer : Don’t copast if you take it without any credit! Inspiration
isn’t come easily! Happy reading, sista!
“ You are the
one who can make me can’t breath.” – Wu Yi Fan
Park Ah Rin POV
Aku terus melangkahkan kakiku dengan
malas. Entah kenapa aku sangat malas untuk datang ke sekolah akhir-akhir ini.
Aku tidak tahu apa yang membuatku sangat malas melihat lelaki itu di sekolahku.
Mungkin karena aku menyukainya jadi aku sangat membencinya.
Dia selalu menjadi orang pertama
yang datang kepadaku ketika aku sedang bersedih. Dia selalu duduk di sampingku
dengan wajah dinginnya untuk mendengar cerita-ceritaku yang tidak penting sama
sekali. Dialah satu-satunya lelaki yang dengan berani melindungiku dari segala
bahaya. Tetapi aku membencinya.
Entah apa yang membuatku membenci
orang yang sangat kusayangi itu. Entah kenapa aku malah membencinya, padahal
kesalahan ini bukanlah kesalahannya sama sekali. Tapi aku harus membencinya dan
melupakannya.
“ Berjalan sendiri? Tidak takut?”
Tiba-tiba suara itu terdengar lagi di telingaku.
Tanpa membalasnya sama sekali, aku
langsung melangkah pergi meninggalkan dirinya yang sepertinya ingin akrab lagi
denganku. Aku menatap jalanan sambil mendengus dan menendang segala apapun yang
ada di depanku. Kenapa harus aku yang
merasakan hal seperti ini? Aku terus mengucapkan kata itu sampai gedung
besar tempatku menuntut ilmu terlihat.
Aku berjalan memasuki lorong kecil.
Kelas pertama, kelas kedua, dan kelas ketiga. Di kelas ketiga mataku menangkap
lelaki yang ternyata sudah berada di kelas sebelum aku. Aku terus melangkah
sampai kelas keenam tempat kelasku berada.
Dari belakang terdengar suara
langkah kaki pelan. Mungkin dia Suho – ketua kelas – yang selalu datang pagi
untuk melihat keadaan kelas. Tetapi perkiraanku salah. Baru aku menaruh tasku
di bangkuku, sebuah tangan yang lebih besar dari tanganku itu langsung
menarikku. Langkahnya terkesan sangat tergesa-gesa, wajahnya sangat dingin
sehingga membuatku takut sendiri.
Rambutku yang terurai tertabrak oleh
angin, wajah terkejut yang dari tadi kututup-tutupi terpancar begitu saja. “
Lepaskan aku.” Pintaku dengan suara yang tegas.
“ Ikuti aku.” Ucapnya lebih tegas
dariku.
Air mataku mengalir begitu saja
karena rasa takutku yang lebih besar. “ Kris Oppa, jebal.” Ucapku tiba-tiba
sambil menghentikan langkahku sendiri.
“ Kau menangis?” Ia memegangi pipiku
yang sudah penuh dengan air mataku. “ Tanganmu sakit?” Ia menggenggam tanganku
lembut.
“ Lepaskan.” Aku menarik tanganku
dari tangan besarnya.
Aku melangkah pergi dengan air mata
yang terus mengalir dari mataku. Aku tidak tahu untuk apa aku menangis, yang
jelas aku sangat ingin menangis sekarang. “ Airin wae? Neo nae yeojachingu! Kenapa
kau selalu menghindariku?” teriaknya yang membuatku menghentikan langkah
kakiku.
Aku sangat ingin menjawab
pertanyaannya yang sangat mengganjal hatiku. Tapi aku sudah terlanjur menangis
sehingga aku tidak bisa melepaskan suaraku sama sekali. “ Apa kau sudah tidak
menyayangiku?” Tanyanya sambil memegang tanganku dari belakang.
Tiba-tiba ia memelukku dari
belakang. “ Oppa, hentikan!” teriakku. “ Aku menbencimu! Aku sangat membencimu!
Kenapa aku tidak bisa menyayangimu dengan sesungguhnya sebagai kekasihku, bukan
Oppaku? Wae?” Aku benar-benar menangis setelah bisa melepaskan pelukannya.
“ Airin~ Ini bukan kemauanku.” Kris
mengatakan dengan suara lemahnya.
Aku langsung berlari pergi,
teman-teman kami yang dari tadi menatap kami memasang wajah mereka yang
seolah-olah akan menerkamku. Aku ketakutan, semua isi hatiku yang selama ini
kutahan dalam hatiku keluar dengan kasarnya.
Wu Yi Fan POV
“ Airin~ Ini bukan kemauanku.” Ucapku
sedikit lirih ketika aku mengingat kejadian beberapa malam lalu.
Aku
berjalan lunglai sambil terus mengingat kejadian itu. Wajah Airin yang ditekuk
waktu itu, masih bisa terlihat olehku kalau ia menangis. Berkali-kali juga aku
meminta Appa untuk menghentikan keinginannya, Appa anak kecil yang kau bilang akan menjadi adikku itu kekasihku.
Tetapi berkali-kali juga ia menghiraukan pembicaraanku dan langsung mengalihkan
pembicaraannya.
Aku
duduk di bangkuku lalu mengambil ponsel yyang tadi kutaruh di bawah mejaku. Aku
menatap lekat yeoja yang menjadi wallpaper ponselku itu dalam. Bagaimanapun
juga aku tidak bisa membiarkan dia membenciku karena menyayangiku. Aku masih
menatap ponselku, kali ini aku mengirimkan pesan untuk Airin yang bisa kuyakini
sedang menangis sekarang. ‘Uljjimma, aku
terlalu menyayangimu, jangan perintahkan aku untuk membencimu. Aku akan
memperjuangan perasaanku~” ketikku sambil tersenyum tidak jelas.
Selama
pelajaran hari ini, aku tidak bisa konsentrasi sama sekali. Wajah Airin
tercetak jelas di pikiranku. Senyum yang dulu selalu terpasang untukku, tawa
yang selalu keluar ketika ia menatap wajahku, pipinya yang sedikit chubby
dengan sedikit rona merah terus membuatku tidak bisa belajar sama sekali.
Di
rumahpun, aku terus menatap bingkai-bingkai foto yang dipenuhi dengan foto
Airin. Appa baru pulang dari kantornya dan menyiapkan kopinya sendiri di dapur.
“ Appa, bisakah aku bicara padamu sebentar?” aku menatap Appa dengan kemejanya
yang berantakan.
“
ceritakan saja.” Balasnya setelah menaruh cangkir putih kecilnya di meja
depanku.
“
Appa, apa kau menyayangi aku?” tanyaku dengan suara sedikit bergetar.
“
Kau anakku satu-satunya.” Jawabnya singkat.
“
Bisakah kau membiarkan aku merasakan cinta dari yeoja yang aku sayangi?”
Tanyaku lagi sambil memegangi tanganku sendiri yang sangat dingin.
“
Tentu kau boleh. Tidak ada yang melarangmu.” Dia masih membalasku dengan
jawaban yang sangat singkat.
“
Appa, aku masih menyayangi Eomma, jangan mencari Eomma baru untukku.” Aku menahan
air mataku yang hamper keluar.
“
Tapi Appa sangat mencintai Eomma barumu.” Dia menjawab dengan tatapan serius
sekarang.
“
Kau sudah tidak mencintai Eomma?” Aku menangis setelahnya. “ calon adikku
adalah orang yang sangat kucintai, Appa.” Aku masih menangis.
“
Tentu saja aku sangat menyayanginya. Itu suatu hal yang bagus, sehingga ketika
kami sudah menikah nanti, kalian sudah sangat akur.” Dia menjawab sambil
meminum kopi yang dibuatnya tadi.
“
Justru karena perasaan kami, dia tidak bisa menerimaku sebagai Oppanya. Appa,
kumohon.” Aku menangis dan langsung berlalu ke kamarku.
Aku
melepas kaos yang kupakai ke sembarang tempat. Aku menatap diriku yang terlihat
lemah di cermin sambil tertawa tidak jelas.
Park Ah Rin POV
Aku
memotong bawang Bombay asal, mungkin masakan yang kubuat sekarang tidak akan
terasa enak. Tanganku tersisik sedikit, perih namun tidak kurasa sama sekali. “
Airin, gwaenchana?” Eomma memegang tanganku dan meniup lukaku.
Eomma
membawaku ke ruang makan dan mengambil obat di kotak P3K. “ Teriak jika itu
membuatmu merasa sakit.” Eomma memakaikan hansaplast berwarna merah jambu
dengan gambar-gambar hewan. Aku menatap Eomma, tetapi aku malah mengingat wajah
Kris ketika aku mengingat kejadian malam itu.
“
Eomma, kau tahu Kris Oppa?” Tanyaku sambil menggenggam tangan Eomma.
“
Calon kakakmu? Dia sangat tampan bukan?” Eomma menatapku yang justru membuatku
ingin menangis sekencang-kencangnya.
“
Sangat tampan.” Jawabku dengan nada sedikit ketus. “ Dan dia namjachinguku.”
Lanjutku dan langsung berlalu pergi ke kamarku sendiri.
Aku
menatap setiap sudut kamarku yang penuh dengan coretan tangan Kris. Saranghaeyo. Tunggu lima tahun lagi, kami
pasti berdiri di atas altar sana~^^ aku menatap lekat tulisan yag kubaca
paling terakhir tadi. Untuk menunggu lima tahunpun itu rasanya tidak mungkin,
bahkan yang berdiri di altar sana adalah orang tua kami. Aku menangis sambil
memegangi dadaku. Aku melempar badanku ke spring bed yang dibalut dengan bed
cover berwarna merah jambu.
Tanganku
mengambil album foto yang kutaruh di atas meja berwarna putih di samping spring
bedku. Aku menatap foto-foto di dalamnya dan aku menangis lagi. Aku memeluk
erat album itu Karena aku tidak ingin kehilangan Kris. Aku tidak bisa melepas
Kris begitu saja, mungkin jika aku meninggalkan dunia ini aku baru bisa
melepasnya. Aku terlelap dengan album yang masih kupeluk ini.
***
Aku
terbangun dengan air mata yang sudah menggenangi bantalku. Aku baru menyadari
kalau di keningku terdapat kompres dengan air dingin. Eomma terlihat masih terlelap
di sampingku dengan album foto Kris denganku yang terbuka lebar menjadi
bantalnya. Aku melihat jam di dinding berwarna putih itu, baru jam tujuh. Aku
langsung bergegas mandi dan mengambil seragamku.
Tiga
puluh menit aku mandi. Aku menutuppi wajah pucatku dengan bedak berwarna coklat
kulit agar orang-orang tidak menyadari kalau aku habis menangis. Aku langsung
pergi ke sekolah tanpa memberitahu Eomma, aku hanya memasang memo di kulkas
agar ia tidak terlalu khawatir.
Aku
menaiki bus. Di bus aku menatap pasangan nenek dan kakek di depan kedai kopi
yang sedang bercengkerama berdua. Pikiranku semakin mengawang jauh. Aku
membayangkan Kris sedang duduk di sampingku sekarang, dia sedang menaruh
lengannya di atas pundakku, dia sedang menggunakan headset berwarna putih
pemberianku. “ Kris Oppa, jeongmal saranghaeyo.” Aku mengeluarkan kata-kata itu
begitu saja.
“
Nado.” Jawab orang yang duduk di sampingku dengan suara bassnya.
Aku
menangis, aku takut, aku sedih, aku kecewa. Kenapa suara itu terus terdengar di
telingaku? Apa aku hanya bermimpi? Tiba-tiba tangan orang itu menyentuh
tanganku hangat. Aku masih menangis. Dia memberikan earphone sebelah kanannya
dan memasangkannya di telinga kiriku. Suara itu, lagu yang selalu kita
nyanyikan berdua. “Saranghaeyo.”
Ucapku dan Kris ketika lagu sudah sampai lirik terakhir.
Aku
tidak bisa menahan diriku sendiri. Aku melepas earphone itu, aku langsung
memeluk lelaki di sampingku. “ Kris Oppa~” Aku menangis di pelukannya.
Dia
membelas pelukanku dan memelukku erat. Mataku tidak bisa berhenti mengeluarkan
air mata karena aku benar-benar mencintainya. Jika saja tidak ada alasan untuk
melepasnya, aku tidak akan pernah melepasnya.
Wu Yi Fan POV
Aku
terus memeluknya seolah-olah sudah berabad-abad tidak bertemu. Aku tidak bisa
melepasnya walaupun aku mempunyai berjuta alasanpun. Air mataku keluar, tapi
aku langsung menahannya. Aku lelaki, tidak seharusnya aku menangis di hadapan
seorang wanita seperti ini.
“ I
love you so.” Ucapku dan semakin mempererat pelukanku.
Badannya
melemas di pelukanku. Aku melepas pelukanku, kudapati Airin sudah tak sadarkan
diri. Aku langsung menekan tombol berhenti di bus. Ketika bus berhenti, aku
menggendong tubuh Airin dan membawanya ke rumah sakit dengan taksi.
***
Appa
dan Eomma Airin datang untuk melihat keadaan Airin yang masih tak sadarkan
diri. Aku menatap keduanya dan menunduk hormat kepada keduanya. Aku langsung
pergi keluar ruangan, aku berjalan menuju kafe rumah sakit. Ternyata Appa ikut
berjalan di belakangku.
“
Appa akan membayarkan makananmu.” Appa duduk di depanku dengan membawa kopi
kesukaannya.
“
Gomawo, Appa.” Aku merunduk lagi.
“
Kau menyayangi Airin? Kau mencintainya?” Tanya Appa dengan tatapan seriusnya.
Aku langsung mengangguk tanpa berpikir sama sekali. “ Sayangi dia sebagai
adikmu. Appa sangat menyayangi Eomma Airin.” Ia menjawab lagi dan langsung
pergi meninggalkanku.
Aku
terdiam di bangkuku. Aku terus bertanya-tanya sendiri di pikiranku, apakah aku
yang egois atau Appa yang egois? Tidak bisakah aku mencintai Airin dengan
sepenuh hatiku? Tetapi aku tahu, Appa memikirkan segalanya yang terbaik untuk
kami, walaupun itu sedikit menyakitkan.
Aku
berjalan lunglai menuju halte bus, aku ingin duduk dan menceritakan segala
masalahku kepada Eomma di pemakaman. Aku ingin menangis di depan Eomma agar
iapun tahu kalau aku sedang bersedih karena seorang wanita.
Di
pemakaman aku benar-benar menangis, aku menumpahkan seluruh perasaan yang ingin
kukeluarkan sejak lama. Aku menangis sejadinya tidak peduli dengan orang-orang
yang menatapku bingung. “ Eomma, apakah surga itu indah?” Aku bertanya asal. “
Bolehkah aku kesana? Aku ingin bertemu denganmu, dan mungkin aku bisa melepas
Airin di sana. Bolehkah?” Aku melanjutkan perkataanku sambil mengeluarkan air
mata lagi.
Aku
kembali ke rumah sakit dengan mata sangat sembab. Aku memasuki ruangan Airin,
Appa dan Eomma Airin masih duduk berdua. Eomma Airin tampak masih terus
menangis, apa yang terjadi dengan Airin?
“
Appa, wae?” Aku menatap Appa meminta penjelasan.
“
Kanker yang sudah lama bersarang di otaknya bertambah parah.” Appa menjelaskan
sambil memeluk Eomma Airin.
Aku
menatap Airin yang masih tertidur, aku menghampirinya. Aku membelai rambutnya
lembut, aku mencium ujung keningnya. Aku menangis ketika aku menciumnya. Aku memeluknya
erat. Aku menangis ketika memeluknya.
Tiba-tiba
dadaku terasa sangat sakit. Aku memegangi dadaku yang sakit, aku menahan sesak
di dadaku agar Appa tidak menyadarinya. Tetapi aku tidak bisa berbohong, “
Appa, napasku begitu menyakitkan.” Ucapku dengan napas terengah-engah.
“
Kris-ahh, asmamu kambuh?” Appa langsung menahan badanku yang sedikit lemas.
Eomma
Airin memelukku dan membuat badanku tertidur di sampingnya. Appa pergi keluar
sepertinya ia akan mengambilkan alat bantu napasku. Pelukan Eomma Airin begitu
lembut, “ Eomma~” Mulutku mengeluarkan kata-kata tanpa aku perintah sama
sekali.
Eomma
Airin merapikan poni yang menghalangi mataku. Dia memelukku hangat seperti
Eomma memelukku dulu. Appa datang dan langsung memasangkan alat bantu napasku.
Napasku terasa lebih nyaman lagi sekarang.
***
Hari
ini aku datang ke rumah sakit untuk menemani Airin yang sudah sadarkan diri.
Aku menghabiskan waktu bersamanya. Pertama, ia mengajakku untuk bercengkerama
di taman rumah sakit. Kami membicarakan banyak hal, dari hal penting sampai
tidak penting.
Esoknya
aku datang ke rumah sakit lagi. Aku membawakan kue ulang tahun dengan warna
merah jambu kesukaannya. Hari ini ia berulang tahun tepat di umur ketujuh
belas. Ia tampak gembira, begitu juga Appa dan Eomma.
Hari
ketiga kami kabur dari rumah sakit dengan bantuan Appa dan Eomma. Kami pergi ke
tempat biasanya kami pergi. Ia tertawa lepas meskipun wajahnya sangat pucat.
Aku ikut tertawa bersamanya.
Hari
ketujuh, Airin mengajakku untuk mengobrol berdua. Sepertinya suatu hal yang
sangat penting. “ Oppa, sepertinya aku bisa menerimamu sebagai Oppaku. Biarkan
mereka berdua bahagia.” Airin menggandeng tanganku. “ Jika aku pergi, kau harus
melepasku agar kau tidak menangis. Arraseo?” lanjutnya mempererat gandengannya.
Hari
kedelapan aku tidak ke rumah sakit. Aku harus berlatih untuk pentas di sekolah
nanti. Tetapi Airin, Appa, dan Eomma menontonku latihan.
Minggu
keempat aku pentas di sekolah. Airin, Appa, dan Eomma menyaksikan penampilanku.
Meskipun rambut Airin sudah habis karena kemotherapy, ia tetap menyemangatiku
dengan suara lembutnya. Di mataku ia tetap yeoja tercantik yang pernah aku
kenal.
Ketika
kami hendak pulang dari sekolah, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan dua
yeoja dengan sedikit berbisik. “ Bukankah Kris Oppa sangat tampan? Kenapa ia
begitu mencintai Airin? Lihatlah dia, mengkhawatirkan.” Aku menarik lengan
yeoja yang tadi menghina Airin.
“
memang aku tampan. Kenapa aku begitu mencintai Airin? Karena dia adikku!”
Ucapku kencang.
Airin
langsung menarikku. Di mobil, Airin menatapku dengan puppy eyes yang dibuat semanis mungkin olehnya. “ Mwoya?” Aku
merasa terusik dengan tatapannya itu.
“
Kris-ahh, kau terlihat sangat tampan tadi.” Eomma menatapku sambil tersenyum
bahagia.
“
Gomawo, Eomma.” Balasku sambil merangkul Airin agar ia menghentikan puppy eyesnya.
“
Seperti Appanya bukan?” Appa mengeluarkan suara.
“
Airin, apa yang kau mau? Eoh?” Aku masih terusik dengan tatapannya.
“
Ucapkan yang kau katakan pada Hyemi tadi sekali lagi.” Airin merangkulku dengan
tatapan meminta.
Aku
menarik napas untuk mengulang setiap perkataan yang kuucapkan tadi, “ Aku
mencintai Airin karena ia adikku. Kau puas?” Aku menghentikan perkataanku dan
menggunakan earphoneku.
***
Tiba-tiba
keadaan Airin melemah. Tetapi tangannya masih menggenggam tanganku erat. Eomma
langsung memanggil dokter. Aku masih duduk dan menatap Airin dalam. Airin
terlihat sangat cantik sekarang, senyumnya masih memancar walaupun ia
kesakitan, air matanya terus mengalir menahan rasa sakit yang ia rasakan.
Aku,
Appa, dan Eomma dipaksa keluar ruangan. Dokter akan segera mengambil tindakan
kepada Airin. Di luar ruangan aku tidak bisa duduk tenang. Aku mengintip Airin
dari balik jendela. Mataku menangkap monitor yang menunjukan kalau sudah tidak
ada kehidupan pada raga Airin. Aku semakin ketakutan, aku kembali duduk di
samping Eomma. Tapi aku tidak bisa berdiam diri, aku menatap Airin dari jendela
lagi. Appa memegang tanganku dan menyuruhku untuk duduk dengan tenang. Aku
duduk dengan pikiran yang sangat kacau.
Dokter
keluar dengan wajah yang bisa menggambarkan suatu kesedihan. Aku langsung masuk
ke dalam ruangan. “ Airin sudah pergi, Kris-ahh.” Appa menepuk pundakku agar
aku sadar dari lamunanku.
Aku
menggenggam tangan kecil Airin. Seorang yeoja yang dulu aku cintai sebagai
kekasihku, dan kini aku menyayanginya sebagai adikku benar-benar pergi dari
kehidupanku. Aku menahan tangisku dengan menggigit bibirku, tapi aku tidak bisa
menahannya sama sekali. Aku menangis dengan sangat kencang.
“
Kris-ahh, kau harus baca ini.” Appa menyerahkan sepucuk kertas berwarna merah
jambu dari tangannya.
###
Kris Oppa, uljjimma~ Aku benar-benar
mencintaimu. Semua orang pasti akan pergi ke dunia lain pada waktunya. Dan
sekarang adalah waktunya aku untuk pergi. Semoga aku bisa pergi ke surga dan
menemui Eommamu. Aku akan mengatakan pada Eommamu bahwa aku sudah bertemu
dengan malaikat kecilnya yang berwajah sangat tampan. Dan aku akan
memberitahunya, kalau Appamu sangat mencintainya.
Kris Oppa, kau di sana? Hentikan
tangismu karena aku mencintaimu. Berjanjilah padaku kau akan melepasku. Aku
tahu kau sangat mencintaiku. Karena itu, agar aku bahagia kau harus bahagia
juga. Oppa, aku sudah mencintaimu seumur hidupku. Entah sebagai kekasihku atau
sebagai Oppaku. Oppa, kau tidak boleh lemah hanya karena aku. Aku lemah bukan
karenamu kan? Atau aku harus menghubungi temanku Tao, agar kau bisa wushu?
Oppa, jangan lemah.
Kris Oppa, apakah kau benar-benar
mencintaiku? Kalau begitu, biarkan Eomma dan Appa mengikat janji suci di atas
altar sana. Eomma orang yang baik, jadi kau bisa menganggap Eommaku sebagai
Eommamu juga. Katakan pada Appamu, kalau aku sangat menyayanginya! Appa orang
yang sangat baik, dia sangat mirip denganmu. Aku mencintai kalian~
Kau ingat, aku mempunyai anjing
kecil dengan pita berwarna merah jambu di rumah? Itu pemberianmu kan? Jagalah
dia, aku mohon. Aku mencintainya juga. Katakan pada teman-teman di sekolah,
kalau aku ini adikmu. Aku mohon~^^
Oppa, uljjimma. Jeongmal
saranghaeyo.
###
Aku
menangis lalu menatap Appa dan Eomma yang berada di belakangku. Eomma sedang
menangis dengan kencangnya melepas kepergian anaknya. Aku tidak tahan melihat
tangis Eomma, aku langsung memeluk Eomma agar ia tidak menangis lagi. “ Eomma,
saranghae~” Aku membisikan kata-kata itu di telinganya.
***
Dua
pasangan dengan tuxedo dan gaun berwarna putih itu menaiki altar dengan
senyuman yang sangat bahagia. Aku menatap keduanya bahagia juga dari tempatku
duduk. Appa dan Eomma akan mengikat cinta mereka hari ini dengan janji sehidup
semati.
Aku
menatap piano putih, yang kuingat alat musik kesukaan Airin. Entah ini adalah
khayalanku atau bukan, aku melihat sosok Airin sedang memainkan piano dengan
sangat gembira. Aku tersenyum, ia juga tersenyum. Airin, aku mencintaimu
walaupun aku berat melepasmu.
~~ FINISH ~~