Saturday 17 August 2013

Coffee Shop


Coffee Shop
Author                 : Oh EKRiRyeo
Title                     : Coffee Shop
Genre                   : Romance, sadness
Length                 : Oneshoot
Sudut Pandang   : orang pertama (ber-aku), 1 POV
Main Cast            :
*    Choi Jung Hong as Zelo
*    Zulfa Nabilah M as Lee Soon Ji
Other Cast           :
*    B.A.P (Yongguk, Himchan, Youngjae, Daehyun, Jongup)
*    Yoon Ka Young (Youngie)
Rating                  : T
“ Kedai kopi yang biasa kita kunjungi~ kedai kopi kita~ Aku sendirian di sini, dimana aku bisa mencium aromamu~” – Choi Jung Hong

            Cahaya mentari mulai memasuki celah-celah jendelaku yang masih tertutup rapat. Ditambah lagi, aku masih terpeluk hangat oleh selimut kesayanganku. Mataku juga masih tertempel rapat, tanpa mau diganggu sedikitpun.
            Aku masih ingin memasuki dunia mimpiku lagi. Menatap kapas-kapas putih yang terus bergumul berkejaran di langit yang biru cerah sana. Dan itu terasa tak ingin kuhentikan ketika kau datang dan menatap langit bersama. Saling bergenggaman tangan berdua, memberikan rasa cinta satu sama lainnya. Kutatap dua buah bola matanya, aku berharap tidak akan pernah keluar dari dalam mimpiku. Ingin sekali lagi, aku merasakan itu bersamamu. Kenapa cantik? Kenapa kau bisa melihatku dengan keadaan hati yang teriris dan tidak bisa diperbaiki lagi?
            Tanganku mulai bergerak-gerak mencari ponselku. Ponsel yang bisa kugunakan untuk mengalirkan seluruh rasa rindu di hatiku. Menyalurkan semua cerita yang sangat ingin kuceritakan, sudah pasti cerita-cerita itu tidak akan pernah bisa kupendam lama. Dulu, aku selalu melakukan ini bersamamu. Bercerita, menciummu, memelukmu, menatap kedua bola matamu. Waktu itu, waktu dimana aku tidak ingin waktu berputar. Sekarang aku berpikir aku perlu mesin waktu.
***
            Aku hanya menatap cangkir mochacinoku, aku tidak meminumnya sama sekali. Tanganku mulai mendekati tanganmu, tangan dengan jari-jari yang lentik bagiku. Sangat indah di mataku, tangan mungil yang tidak ingin aku lepaskan. Sedikitpun aku tidak ingin membiarkannya lepas dari genggaman tanganku. Aku mempererat genggaman tanganku, erat tapi hangat.
            “ Waeyo?” senyum simpulnya tersungging di bibir tipisnya.
            “ SoonJi-ahh, kau tahu aku sangat mencintaimu kan? aku tidak ingin kau pergi, tetap bersamaku ya? Jebal~” aku menatap kedua buah bola matanya yang sudah memberikan jawaban untukku. “ Ya, aku tahu. Aku bertanya yang aneh padamu kan? entahlah, aku merasa akan kehilanganmu~” lanjutku dengan senyuman yang terulas tiba-tiba.
            Kini, kita sama-sama terdiam. Terdiam menatap cangkir berisikan kopi ini. Bau cappucino kesukaannya menyeruak menyentuh hidungku. Aku akan mengingat benar aroma ini. Kalau aku benar-benar melupakan aroma ini, aku berjanji aku akan tetap mencintai SoonJi sepenuh hatiku. Walaupun aku benar-benar akan kehilangan SoonJi.
            “ Kau benar-benar menggunakan kemeja yang kubelikan?” SoonJi menatapku dari bawah sampai atas. “ Kau terlihat tampan, apa kau suka?” Ia menyentuh kerah bajuku.
            “ Tentu. Sangat bagus.” Aku menatap diriku sendiri.
            “ Hari sudah cukup malam, boleh kita pulang?” SoonJi menarik bibirnya untuk tersenyum hangat. Dari pertanyaannya itu, tanpa aba-aba aku langsung menganggukan kepalaku.
            Malam ini cukup dingin, padahal tadi sore cuacanya cukup hangat. Aku merangkul badannya yang sudah sangat kedinginan. Rangkulan yang kuberikan untuk menghangatkan badannya. Bagaimana kalau dia sakit? Aku tidak ingin melihatnya terbaring lemah di sana.
***
            Aku bergegas mengganti kemejaku. Sudah jelas tadi malam aku tidak mengganti kemejaku. Aku memakai kemeja baruku sekenanya, tanpa ada dandanan yang rapi. Tapi itu sudah menjadi gayaku. Berantakan tapi terlihat keren. Gaya andalanku yang bisa membuat SoonJi marah-marah menyuruhku merapikan kemejaku. Ya, walaupun ujung-jungnya pasti SoonJi akan merapikan kemejaku.
            Achim haessare nuneul tteugo~ Handeupon sigyereul bogo~ Eoji junbihan oseul ipgoseo~ Seodulleo jibeul naseojyo~~
            Sendiri aku berjalan menyusuri gedung-gedung ini. Mengenang saat-saat kita bersama. Saat-saat kita selalu berjalan, bernyanyi, dan menari bersama. Waktu itu, kau hanya menatapku menari, tanpa mengikutiku. Lalu tiba-tiba kau bergabung, dan semuanya menjadi terasa indahnya. Tanpa bisa kutahan lagi, air mataku mengalir begitu saja. Air mata rindu yang benar-benar sudah lama kutahan.
            “ Zelo-ahh!” teriak Jongup dan merangkulku.
            “ Wae?” Aku hanya berjalan tanpa membalas rangkulannya.
            “ Ingin ke kedai kopi lagi?” aku mengangguk sekilas. “ aku ikut ya! Lagipula, sekarang Youngie bekerja di kedai itu.” Jongup tersenyum tidak jelas.
            Dari dulu ia memang sangat menyukai Youngie. Entahlah, kapan perasaannya bisa terbalaskan. Tapi aku mulai menatap diriku sendiri. Jongup beruntung, ia masih berhak menyukai orang yang sangat dicintainya. Sedangkan aku? Mengingatnya sekalipun, seharusnya sudah tidak berhak lagi aku lakukan. Harusnya aku mulai menyadari itu.
            SoonJi, dia sudah bertunangan. Tiga hari yang lalu Youngie memberikan kabar itu kepadaku. Bagai bebatuan menimpaku di tengah padang pasir yang tandus, aku hanya menatap undangan tunangan itu. sebelum itu, dia tidak sedikitpun mengatakan hal ini. Tidak sepatah katapun.
            “ Ya~ Mianhae~ Kau masih merindukan SoonJi? Itu perasaan yang wajar kok.” Jongup tersenyum kecil di tengah perjalanan kami.
            Ingin sekali aku berkata, aku benar-benar merindukan SoonJi. Tapi rasanya sangat aneh, mulutku seperti terkunci sangat rapat. Jawabannya mengalir begitu saja dari air mataku yang terus bergulir.
            “ Zelo-ahh, menurutku kau harus belajar melupakannya.” Jongup mulai dengan kata-katanya yang sangat menggelikan.
            Entahlah, apapun yang dikatakan Jongup selalu saja membuatku ingin tertawa tanpa henti. Aku benar-benar tertawa ketika ia berkata seperti itu. Apa dia memikirkan dengan apa yang ia katakan? Mana mungkin aku bisa melupakan SoonJi begitu saja.
            “ Aku serius! Selalu saja, ketika aku menasihati orang aku selalu ditertawakan. Aish~” curhatnya yang membuatku sangat geli.
            “ ayo kita ke kedai~ jangan banyak bicara~” aku melangkah mendahului Jongup.
@Coffee Shop
            Aku menatap cappucino yang kupesan hambar. Sekali kutatap cappucino ini, bayanganmu hadir di dalam cangkir itu. tiba-tiba air mataku mengalir lagi dari mataku. Apa aku bodoh? Sebodoh inikah aku tidak bisa melupakan SoonJi? Kalau dipikir lebih panjang lagi, sebenarnya SoonJi sudah mengkhianatiku. Membiarkanku terluka melihatnya bahagia dengan yang lain. Bukankah itu sangat menyakitkan? Aku mencerna kata-kata yang Jongup katakan tadi. Mungkin, aku benar-benar harus melupakan SoonJi. Ya, itu cara terbaik yang harus kulakukan.
            “ Minum Cappucinomu! Atau kau ingin aku yang meminumnya?” Jongup hampir mengambil cangkirku.
            “ YA! Aku akan meminumnya!” Aku menjadi diriku yang seperti biasanya lagi. Ya walaupun sebenarnya aku masih merasa sangat sakit. Sakit luar biasa.
            SoonJi, aku akan membiarkanmu bahagia. Jadi, aku akan mulai melupakanmu dengan sebisa mungkin. Dan aku tahu, rasanya itu akan sangat menyakitkan. Kau tahu pisau? Ya pisau, hatiku rasanya seperti tertusuk pisau. Sangat tajam.
            “ Aku akan melupakan SoonJi~” ucapku lirih tapi terdengar oleh Jongup.
            “ Ne?” Jongup terkejut sendiri dengan ucapanku tadi.
            “ Aniyo~” aku tersenyum kecil.
***
>> Monday (Winter)<<
            Aku hanya menatap air yang jatuh di kaca-kaca kamar. Secara perlahan, aku mulai terbiasa hidup tanpa SoonJi. Minggu lalu, aku memutuskan untuk membuat sebuah novel. Novel yang menceritakan tentang kehidupanku, sebelum, ketika, dan setelah aku hidup bersama SoonJi.
            Waktu itu salju mulai turun membasahi bumi Korea Selatan ini. Waktu itu pula, aku mulai menyadari perasaanku mulai tumbuh kepadamu. Perasaanku yang tidak bisa kutahan sama sekali, sekarang perlahan mekar menjadi bunga cinta yang perlahan akan layu. Layu akan waktu yang terus bergulir hingga akhir nanti. Dan saat rasa itu semakin berkembang, aku mulai tidak menyadari waktu ini pasti berjalan. Sebesar apapun usahaku menghentikan waktu yang sedang berjalan ini, tetap saja aku terbawa dengan jalannya. Aku ikut berjalan bersama waktu.
            Hingga tanpa kuinginkan, cintaku itu bertumbuh semakin besar. Pohon cintaku sudah hampir mencapaimu. Dengan menyiapkan seluruh keberanian yang ada di dalam hatiku, aku merangkai kata-kata semanis gula. Kata-kata yang sampai akhir waktupun tidak akan berubah, akan tetap manis walau sudah terpisah jarak. Aku mengingat tatapan matamu, sehingga dari hatiku aku bisa menjadikan kata-kata itu menjadi buliran air yang keluar dari matamu. “ saat aku tatap matamu itu, kau tahu apa yang ingin kulakukan? Aku ingin menghentikan waktu. Kenapa? Karena aku tidak ingin tatapan itu menghilang, menghilang tanpa bisa kulupakan. Jika seandainya aku bisa menjadi payung merah yang biasanya kau pakai di saat hujan, aku akan melindungimu dari apapun itu. Entah hujan, panas, apapun itu.” saat senyumanmuu menyungging indah, aku mengumpulkan kata-kata yang aku simpan di otakku dengan cepat, “Bolehkah aku meminta sesuatu? Aku ingin kau menjadi jaketku. Jaket yang selalu memelukku hangat, melindungiku tanpa ada rasa pamrih. Bolehkah?”
            Aku sudah mendapatkan jawabanmu dari pelukan hangat yang kauberikan. Aku yakin, hingga waktu kita habis nanti, kita akan selalu rekat satu sama lainnya. Tidak ada perpisahan yang berujung luka. Tidak ada awan putih yang berujung mendung dengan hujan yang nantinya akan terjatuh.
            Tapi sayang, waktu itu aku tidak memikirkan ini. Sebagus apapun sebuah jaket, perlahan-lahan benang-benang itu akan terlepas pula. Akankah perasaanmu itu juga memudar seiring dengan terlepasnya benang-benang itu? kuharap tidak. Aku ingin kita menjadi sepasang merpati putih yang selalu bersama. Tiada akhir, tanpa perlu memedulikan waktu.
            Satu hal yang akan kuingat darimu. Tatapan matamu itu.
            Aku menatap ketikan novel baruku, ya sejauh ini novelku baru mencapai dua puluh lima halaman. Itu baru kuceritakan saat kami berkenalan, sampai kami menjadi sepasang kekasih.
            “ Apa yang kauketik? Eoh?” Yongguk dengan suara besarnya menatapku yang terus mengetikan cerita.
            “ hanya perjalanan hidupku.” Aku mulai membuka permainan yang ada di laptopku.
            “ Kudengar kau sudah mulai melupakan SoonJi, kau yakin dengan keputusanmu?” Sekarang Daehyun yang menatapku.
            “ Apa kau pikir aku lelaki yang tidak bisa melupakan seorang wanita? Aish?”
***
>> Tuesday (Winter)<<
            Mulai saat itu, tempat yang paling kami suka kunjungi adalah sebuah Kedai Kopi. Kedai kopi ini seperti saksi cintaku kepada SoonJi yang sangat besar. Saksi bisu yang bisa menceritakan seluruh perasaan kami yang saling menyatu di cappucino ini.
            Tapi pada saat itu juga, aku menyadari sebuah keganjalan. Tapi aku tidak pernah tahu keganjalan itu.
            Aku berhenti mengetik dahulu, ketika membaca tentang keganjalan itu. keganjalan yang sampai saat ini belum terjawabkan olehnya. Aku hanya menatap tulisan-tulisan itu. aku sudah tidak tahu apa yang akan kuketikan lagi.
            “ Ikut aku ke kedai. Ada yang harus diceritakan.” Tiba-tiba Jongup sudah muncul di kamarku dan langsung menarik tanganku.
>> Friday (Winter)<<
            Aku mencerna kata-kata Yougie. Semalaman aku tidak bisa tidur karena kata-kata itu terus terngiang di kupingku. Kenyataan yang sebenarnya dari SoonJi. Kenyataan pahit yang harus kudengar darinya. Apa aku terlalu jahat? Menganggapnya jahat kepadaku?
            Padahal, perlahan aku sudah melupakan SoonJi. Menghapus beberapa memori dari ingatanku. Tapi kini? Semua itu muncul kembali dalam ingatanku yang sempit ini. Perasaanku yang hampir pudar, tiba-tiba berkembang kembali. Ah, aku terjerat dalam cintanya iyu.
            “ Bagaimana keadaanmu?” Himchan memasuki kamarku dengan secangkir susu di tangannya.
            “ Maksudmu?” Aku menatap cangkir susu itu.
            “ Kau sakit~ Babo~” Himchan menatapku sinis.
            “ Hyung, haruskah aku menemui SoonJi? Haruskah aku meminta maaf padanya? Aku merasa sangat bersalah dengannya. Dan, aku masih sangat menyayanginya. Aku memang orang terbodoh di dunia ini kan? iya kan?” aku tidak bisa menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutku. Buliran air mata juga sudah keluar dengan jelas dari mataku ini.
            “ Arrasseo. Jangan salahkan dirimu sendiri.” Himchan langsung  merangkul badanku yang akan ambruk ini.
            “ Apa kami harus mengantarkanmu menemui SoonJi?” Tiba-tiba Daehyun, Jongup, Yongguk, dan Youngjae memasuki kamarku.
            Aku hanya menatap satu per satu mata mereka. Kepala mereka mengangguk agar aku menyetujui permintaan mereka. Kepalaku langsung menunduk. Dari tatapan mereka, mereka tampak kecewa kepadaku. Namun, kepalaku langsung kuangkat dan mengangguk mantap. Tatapa itu berubah menjadi lebih baik lagi.
            “ Kapan kau akan pergi?” Daehyun yang sekarang menatapku.
            “ Besok, paling lambat lusa.” Aku meneguk susu yang dibawakan Himchan tadi.
            “ Gurrae, besok kita berkumpul di sini. Aku akan membawa mobilku.” Yongguk menatap kami satu per satu. Dengan anggukanpun, sudah cukup menjawabnya.
***
>> Saturday (Winter)<<
            Aku tidak percaya, hari ini juga aku akan menemui SoonJi. Sudah cukup lama aku memimpikan hal ini. Bertemu dengan SoonJi, dan memeluk badannya. Kusalurkan seluruh rasa rinduku yang sudah sangat menggebu ini. Ah, jeongmal.
            “ YA! Kau mengajak Youngie?” Tiba-tiba Youngjae berteriak menatap Jongup datang berdua dengan Youngie.
            “ Apa tidak boleh?” Jongup mendengus kesal. Dengusannya membuat kami langsung tertawa terbahak-bahak tanpa henti.


            Aku menatap rumah kecil yang berada di antara dedaunan sana. Kata Youngie, itu tempat tinggal SoonJi sekarang. Kupikir, dia tidak akan betah berada di rumah itu. bagaimanapun juga, rumah itu terlalu kecil untuk ditinggali.
            “ Cepat temui dia.” Himchan menepuk-nepuk pundakku.
            “ Ne. Gomawo, Hyung.” Aku menunduk 90o dan langsung berlari.
            “ Ah, kita akan menunggumu di penginapan.” Himchan mengingatkanku.
            Tidak terlalu susah memang untuk sampai ke rumah itu. hanya dengan berjalan, rumah itu kini sudah di depan mata.
            Aku ketuk pintu sekali dua kali. Tapi tidak ada yang membalas ketukan pintu itu. sekali lagi kuketuk pintu itu, tetap sama. Jadi, dengan sangat terpaksa, aku memasuki rumah itu tanpa permisi. Lagipula, pintunya tidak terkunci.
            “ SoonJi~ Kaukah di situ?” aku menatap sebuah ruangan kecil yang terkenai sinar matahari itu.
            “ Choi Jung Hong?” Suaranya terdengar lirih di balik tirai sana.
            “ Lee Soon Ji?” Air mata itu mengallir begitu saja. Aku berlari memasuki ruangan itu, dan dengan gerakan cepat aku sudah mendekap badannya yang lemas.
            Badannya terlihat lebih kurus, pipinya juga tirus, wajahnya pucat, tatapannya berubah menjadi tatapan nanar. “ Apa kau sakit?” aku menggenggam tangannya erat.
            “ Mian. Aku tidak memberitahumu.” Ucapnya lirih.
            “ Wae? Kukira, aku benar-benar akan kehilanganmu.” Aku meneteskan air mata lagi.
            “ Aku hanya tidak ingin kau menangis karenaku. Jadi, kupikir lebih baik merahasiakannya.” Lagi-lagi air mataku ini mengalir.
            “ Kau tidak tahu betapa ambruknya aku? Betapa ambruknya aku ketika kudengar kau bertunangan.” Aku terisak. “ seharusnya kau memberi tahuku yang sebenarnya~ Aku pasti akan menjagamu!” aku masih menangis.
            “ Mianhada~” Dia mengelus pipiku yang penuh dengan air mata ini. “ Bisa kau ambilkan sebuah buku di laciku?” Dia menunjukan lacinya.
            “ Ne.” Aku berjalan mendekati laci itu.
            Kuambil buku yang dikatakannya itu. terlihat sudah lusuh tapi kuyakin penuh makna. Kuusap-usapkan buku itu di tanganku.
            “ Tolong bacakan itu~” SoonJi menatapku.
            “ Ini? Baiklah~” aku membuka lembaran pertama.
***
          Ku teringat ketika rangkaian kata indah itu keluar dari mulutmu. Waktu itu kau membuatku sangat tersanjung. Sebenarnya aku ingin mengatakan tidak kepadamu. Tapi tatapan matamu itu membuatku tidak sanggup untuk mengatakan tidak. Akhirnya aku mulai tersadar, bahwa aku juga sangat menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu.
          Kau ingin tahu mengapa aku ingin mengatakan tidak? Itu karena penyakitku. Sebenarnya sejak lama aku sudah mengidap penyakit ini. Tapi, aku berusaha agar kau tidak menyadarinya. Menyadari bahwa, dari waktu ke waktu penyakitku semakin parah. Aku selalu meminum obat terlebih dahulu sebelum menemuimu.
          Kau ingat? Aku selalu melarangmu untuk mendatangiku di rumah? Inilah beberapa alasannya :
1.      Aku tidak ingin kau tahu, kalau di rumah aku dan keluargaku tidak pernah akur. Apalagi Eomma dan Appaku yang selalu bertengkar. Tapi karena itu juga, Oppa dan aku menjadi bertengkar. Kami menyalahkan satu sama lain ketika Eomms harus dipukuli oleh Appa.
2.      Keluargaku tidak mengijinkanku untuk berpacaran denganmu. Jangankan berpacaran, mengenalimu saja aku tidak boleh. Sebenarnya mereka sudah menjodohkanku dengan seseorang. Kata mereka orang ini sangat dekat denganku dari kami masih sangat kecil.
3.      Apa kau suka bau alkohol? Aku takut kau tidak menyukai bau itu. di rumah, Appa dan Oppa selalu minum bersama. Aku sangat tidak menyukai bau itu. jadi, aku melarangmu menemuiku di rumah.
4.      Aku takut kau tahu bahwa aku sakit parah. Point inilah yang paling aku takuti. Jika kau tahu penyakitku, apa kau masih ingin mengenaliku? Atau kau malah pergi meninggalkanku? Jadi aku menutupi itu semua.

          Tapi, setelah kau selalu hadir di dalam hidupku, aku tahu... kau tulus menyayangiku. Tapi, tetap saja aku takut memberitahunya padamu.
          Aku ingin mengulang saat itu. saat kau menggendongku di pundakmu. Malam hari, dan itu sedang bersalju. Aku sangat kedinginan, bahkan mantelku tidak cukup menghangatkanku. Kau melepas mantelmu, dan membiarkanku memakainya. Tapi udara masih menusuk ke tulang rusukku. Tanpa bertanya, kau langsung menggendongku di belakangmu itu. padahal, kuyakin kau sangat kedinginan tanpa mantelmu, jadi aku membiarkan kita  memakai mantel bersama. Itu menjadi sangat hangat.
          Atau aku ingat, ketika kita bermain ke pantai bersama. Bukankah kau tahu aku tidak bisa berenang? Kenapa kau membiarkanku terjatuh dari kapal itu? aku tahu, kau hanya ingin menjahiliku. Dan kau kira di bawah sana sudah ada perahu karet, tetapi ternyata Jongup belum menyiapkan perahu karet itu. dan aku benar-benar terjatuh ke dalam air. Apa waktu itu kau panik? Aku yakin kau sangat panik. Kau langsung melompat ke dalam air dan meraih tanganku. Kukira aku tidak akan pernah selamat.
          Atau kau ingat, waktu kita bermain roller coaster? Itu sangat membuatku geli, bagaimana bisa kau sampai muntah karena permainan itu saja? Kau bukan lelaki jantan. Jadi aku mengajakmu bermain yang lebih memicu adrenalin lainnya. Apa sekarang kau sudah cukup berani untuk bermain itu? ayo kita bermain itu lagi! Itu sangat mengasyikan.
          Kau ingat telepon umum? Ah, itu hal yang sangat romantis. Aku ingin ke telepon itu lagi. Menelepon teman-temanmu, dan mengatakan kalau waktu mereka takkan lama. Kejahilanmu itu tidak akan pernah kulupakan. Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka masih takut akibat kejadian itu?
          Tapi, karena kejahilan kita, mereka membalasnya dengan menjadi hantu jadi-jadian. Seharusnya kau tahu, aku sangat tidak menyukai hantu di dalam hidupku. Walaupun aku mengenalnya, aku tidak akan pernah mau melihat mereka.
          Sebenarnya penyakit ini bisa menyebabkan kematian kalau tidak diantisipasi. Tapi, demi kau, aku bisa melupakan penyakitku sejenak. Aku ingin membuatmu selalu bahagia jika berada di sisiku. Dan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu ketika bersamaku.
          ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
***
            Aku terjatuh ke dalam lautan kenangan yang sangat indah ini. Air mataku mengalir begitu saja.
            “ SoonJi~ Kau sangat mengingat semua kenangan ini~ Aku senang jika selalu bersamamu~” lagi-lagi air mataku mengalir deras.
            Kutatap SoonJi yang sudah menutup matanya sangat rapat. “ SoonJi! Ireona!!” Aku berteriak sangat kencang. “ SoonJi, saranghaeyo. Jeongmal~”

            Siapa yang mengira akhir kisah dari cinta kita akan seperti ini? Alam surga sana akan lebih indah daripada tempat ini. Di tempat ini, aku berjanji akan menunggu malaikat cantik sepertimu untuk turun ke bumi menemuiku. Dan kau mengatakan kata cinta dengan jelas di telingaku.
            Bagaimanapun juga, kupu-kupu tidak akan bisa terbang apabila kehilangan sebelah sayapnya. Begitu juga kita. Engkau selalu melengkapi kupu-kupu itu agar bisa terbang. Terbang bersama. Tapi kini, kupu-kupu itu tidak mungkin bisa terbang karena kehilangan salah satu sayapnya.
~~THE END~~

First Sight, First Love, First Kiss


First Sight  First Love  First Kiss

Author                 : Oh EKRiRyeo
Title                     : First Sight! First Love! First Kiss!
Genre                   : Romance, happy ending
Length                 : Oneshoot
Main Cast            :
*   Bang Yong Guk
*   Kim Hye Jin
Other Cast           :
*   B.A.P
*   Yoon Ka Young
Rating                  : T

“ Tatapan mata itu, membuatku langsung jatuh cinta.” – Kim Hye Jin


Kim Hye Jin POV
            Aku berjalan menyelusuri lorong kecil ini. Mataku tetap mencari kelas yang harus kumasuki. Aku harus pindah ke sekolah baru lagi, karena Appa. Appa harus dipindah kerjakan. Ditambah, aku tidak pernah mendengar apapun tentang sekolah baruku yang sekarang. Apa bagus atau tidak. Apakah aku nyaman bersekolah di sini.
            Dari gerbang depan, sekolah ini terlihat tidak spesial. Hanya seperti sekolah-sekolah lainnya. Aku harap, aku langsung mendapatkan teman. Tidak perlu aku yang mengajaknya berkenalan.
            “ Kau telat masuk kelas?” tiba-tiba terdengar suara sangat bass terdengar di telingaku.
            “ Aniyo~ Kau tahu kelas 3-2?” aku bertanya padanya.
            Kutatap matanya sebentar. Tapi hanya menatapnya sebentar saja, jantungku sudah berdegup kencang. Tatapan matanya benar-benar aneh kepadaku. Belum pernah aku merasakan debaran yang sangat cepat ini. Aish, ada apa ini?
            “ YA! Ppalli!” Dia berteriak dengan suara bass khasnya.
            “ Ne?” aku terlepas dari lamunanku.
            “ Kau bilang kelas 3-2 kan? itu kelasku juga!” Ia menarikku untuk cepat. “ Kau murid baru yang sedang banyak dibicarakan itu ya?” ia menanyakannya sambil berlari.
            “ YA! Jangan berlari, aku capek!” aku terhenti. “ dan tolong lepaskan tanganku~”  aku menatap tangannya yang masih menggenggam tanganku.
            “ Kita sudah sampai!” Ia langsung mengintip dari jendela. “ Mr. Lee belum datang, jadi kita aman.” Ia langsung memasuki kelas lewat pintu belakang.
            Dengan sangat pelan, aku ikut berjalan di belakangnya. Bagaimanapun juga aku murid baru di sini, jadi aku tidak tahu apa yang akan terjadi di kelas baruku ini. Untung, waktuku masuk, sudah ada bangku kosong. Di paling belakang, dan dekat dengan namja tadi.
            “ Di sini~ di belakangku ada bangku kosong~” ucap seorang yeoja dengan rambut yang digerai cantik. Wajahnya hanya dipoles bedak tipis. Cukup cantik.
            “ Gomawo~” Aku merunduk 90o dan langsung duduk.
            “ Namaku Yoon Ka Young~ Panggil aku Youngie, karena aku selalu muda~” Ucapnya dengan percaya diri.
            “ YA! Kau paling tua diantara semua yeoja di kelas ini!” Ucap seorang namja yang duduk di samping Youngie.
            “ Tapi kau tetap suka padaku kan? Moon Jongup?” Youngie menatap orang yang dipanggilnya Jongup itu mengejek. “ Untuk apa kau memacariku kalau kau masih memasalahkan umurku.” Youngie mendengus kecil.
            Aku tertawa geli. Ini kali pertama aku melihat sepasang kekasih yang saling mengejek ini. Sudah lima menit kami menunggu, Mr. Lee itu untuk masuk kelas, tapi Mr. Lee tidak masuk ke dalam kelas juga. Tiba-tiba ada pesawat kertas di mejaku. Kubuka pesawat kertas itu, setelah kubaca perintah untuk membacanya. ‘ Tadi kita belum sempat berkenalan. Namaku Bang Yong Guk, senang bisa mengenalimu~’ aku tatap orang tadi.
            “ Namaku Kim Hye Jin, senang berkenalan denganmu juga.” Kutatap Yongguk yang sedang bermain dengan ponselnya.
            “ Eh~” Yongguk kebingungan dengan respectku.
            Tiba-tiba Mr. Lee memasuki kelas dengan terburu-buru. Di tangannya sudah ada kertas jawaban dan kertas soal. What? Aku baru saja masuk di kelas ini, sudah ada ujian di depan mata. Tapi Mr. Lee itu guru apa ya?
            “ Youngie, Mr. Lee itu guru apa?” Aku berbisik pelan.
            “ Dia guru bahasa Inggris... Hari ini kita akan ujian, jadi hwaighting!” Youngie mengepalkan tangannya.
            Aku menghela napas sebentar. Kalau ini pelajaran sejarah, aku siap mati di tempat. Untung pelajaran bahasa Inggris, pelajaran yang sangat kusukai.
***
            Waktu istirahatpun datang, semua murid di kelas langsung berhamburan. Aku hanya diam di kelas, aku sedang tidak berselera untuk makan. Jadi aku memilih berdiam di kelas. Lagipula, waktu di sekolah dulu juga aku jarang makan ketika istirahat.
            “ Tidak ke kantin?” Youngie duduk di atas mejaku.
            “ Aku sedang tidak ingin.” Aku membalasnya biasa saja.
            “ Namaku Zelo, senang ada kau di kelas kami~” sambut Zelo kepadaku.
            “ Aku Daehyun, dan ini teman-temanku. Ini Youngjae, ini Himchan.” Daehyun menunjuk kedua temannya itu.
            “ Hey, kita diajak main basket sekarang!” Yongguk tiba-tiba.
            “ Kelas apa?” Tanya Jongup pelan.
            “ 3-4!” Yongguk langsung menyambar keluar.
            Jongup, Daehyun, Zelo, Himchan, dan Youngjae langsung mengikuti Yongguk di belakangnya. Aku dan Youngie hanya menatap mereka dari bangkuku. Kurasa mereka anak basket yang hebat. Kurasa.
            “ Mereka itu anak klub basket. Ayo kita nonton!” Youngie menarik tanganku paksa. “ Aku tidak ingin ada yeoja lain yang meneriakan kata Jongup.” Ucapnya sinis.
            Aku hanya berlari mengikuti langkah cepatnya. Lagipula, aku juga ingin tahu bagaimana kalau mereka bermain. Dan aku juga ingin melihat Yongguk bermain. Sepertinya dia kapten basket dari kelas kami. Itu hebat.
            Aku masih mengingat tatapan Yongguk tadi. Tatapan bersahabat dari matanya. Tatapan itu, yang dari tadi bisa membuatku berdegup kencang. Mungkin aku jatuh ke dalam hatinya yang sangat dalam dan sangat susah untuk keluar. Aku terjerat di dalam api cintanya kepadaku. Sepertinya aku jatuh cinta kepadanya.
            Permainan basket hari inipun di mulai. Banyak orang yang awalnya hanya melewat saja, langsung menonton permainan ini. Bayangkan saja, dua klub yang menurutku sangat besar ini. Siapa yang tidak ingin meihat permainan ini?
            “ Lawan mereka itu, namanya Beast. Itu klub yang berada satu ranking di atas klub basket kelas kita.” Youngie menjelaskan ketika permainan sedang berlanjut.
            “ Beast? Buruk rupa?” Aku bertanya dengan polosnya. Dan itu membuat Youngie tertawa.
            “ itu nama genk mereka.” Youngie menjelaskan.
            Aku langsung terfokus dengan permainan basket mereka. Memang permainan mereka juga sangat teramat bagus. Sepertinya aku benar-benar menyukai Yongguk.
***
Bang Yong Guk POV
            Permainan hari ini cukup melelahkan. Dan hasil untuk permainan hari ini itu imbang. Jadi kami tidak membawa rasa malu ketika kami ke kelas. Entahlah, tadi aku merasa sangat bersemangat ketika bermain. Ketika aku melihat Hye Jin menonton permainanku di bangku penonton sana.
            Hye Jin berteriak-teriak bersama dengan Youngie. Senyumnya terulas begitu saja ketika sebuah bola masuk ke ring lawan. Wajahnya terlihat sangat cantik ketika tersenyum. Bahkan jantungku berdebar ketika menatapnya.
            “ Jongup-ahh, aku bawa minum untukmu~” Youngie berteriak dan langsung menggelantung di tangan kanan Jongup.
            “ Bagaimana dengan kita? Tega sekali kau.” Zelo mendengus kesal.
            Aku hanya tertawa melihat mereka seperti itu.
            “ Aku bawakan minum untuk kalian semua. Nih, ambil.” Sekarang Hye Jin yang membawa minuman.
            “ Youngie, kau harus mencontoh Hye Jin. Ambilkan minum untuk kami semua.” Sekarang Youngjae menyambar.
            Anak-anak langsung mengambil minuman yang dibawa Hye Jin. Aku mengambilnya paling terakhir. Kutatap mata Hye Jin, dan benar saja jantungku berdegup sangat kencang lagi. “ Gomawo.” Ucapku singkat sebelum aku mati di tempat.
            “ Ne~ It was cool. I like your style. Permainanmu tadi sangat hebat.” Tiba-tiba dia nyerocos (?) dengan sangat hebatnya tanpa menyadari kalau tangan kita saling menyentuh.
            Darahku berdesir dengan cepat ketika tangan itu terus menyentuh tanganku. Ingin sekali aku mengatakan jangan lepaskan tanganku. Matanya langsung menatap tangannya yang terus menggenggam tanganku.
            “ Mian.” Dia tertawa kecil.
***
~~ A Week Later ~~
            “ Adakah yang namanya Kim Hye Jin di sini?” tanya Mr. Lee langsung ketika masuk ke dalam kelas.
            Hye Jin langsung berdiri dan angkat tangan. Kalau Mr. Lee sudah memanggil seseorang hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Hye Jin akan dihukum. Kedua, Hye Jin akan menjadi murid kebangaan selanjutnya.
            “ Kau murid baru?” Mr. Lee menatap Hye Jin selidik.
            “ Yes, sir.” Tangan Hye Jin menggulung-gulung tidak jelas. Apa dia gugup?
            “ Awesome~ Kau murid baru, dan nilaimu langsung sempurna.” Mr. Lee tersenyum tidak jelas. “ Dan Jung Hong.” Mr. Lee menatap Zelo, “ Nilaimu terendah lagi. Lari lima keliling di lapang basket.” Aku yang mendengarnya langsung berdiri begitu saja.
            Jongup, Youngjae, Himchan, dan Daehyunpun menyusulku berdiri. Aku melihat Youngie ikut berdiri. Di belakang Youngie, Hye Jin ikut berdiri menyusul Youngie.
            “ Kami akan ikut Jung Hong ikut menjalani hukuman.” Ucapku lantang.
            Kulihat teman-teman yang lain ikut berdiri bersama kami. Kelas kami selalu begini, ketika seseorang harus dihukum, maka seluruh siswa yang ada di kelas harus merasakan hukuman itu. Lebih tepatnya, mereka mengikuti ketua kelasnya yaitu aku. Kita sudah berkomitmen kalau kita akan selalu merasakan ini bersama.
            “ Ah~” Mr. Lee langsung pergi begitu saja keluar kelas.
            Kami hanya tertegun menatap punggungnya yang semakin menghilang di balik pintu itu. Mr. Lee memang orang yang sangat emosional, bukan sebuah kemarahan yang ditunjukannya, tetapi ia selalu marah dalam diam.
            “ Zelo-ssi, bagian mana yang tidak kau kuasai?” Hye Jin menarik kursinya untuk menanyakan hal itu kepada Zelo. “ Biarkan aku mengajarimu, ne? Kita buktikan kepada orang itu, kalau kau mampu! Arraseo?” Hye Jin membulatkan matanya.
            Aku tersenyum kecil melihat Hye Jin yang pintar bahasa Inggris berusaha membantu Zelo. Seandainya aku tidak teringat dengan First Loveku itu, aku mungkin akan mengatakannya sekarang. Tapi itu juga terlalu cepat jika aku mengatakannya.
            Aku memang mempunyai cinta pertama. Waktu itu, aku jatuh cinta kepadanya karena senyum manisnya itu. semakin lama, perasaan itu semakin tumbuh, semakin besar, dan aku benar-benar tidak bisa melupakan senyumnya dari benakku. Aku menyadari akan keadaan ini. I’m falling in love, this is my first love~ sehingga suatu ketika, aku menyatakan perasaanku. Aku nampak bodoh di depannya, dan itu gila.
            Mian~ Yongguk-ssi, aku sudah memiliki namja lain yang aku cintai~ Mian~” Kata-kata itu terlontar dari mulutnya.
            Aku mengangguk kecil agar dia tahu, aku mengerti, tapi aku ingin kau biarkan aku terdiam sendiri di sini. Aku ingin mengatakan itu, tapi kenyataannya mulutku seperti terkunci rapat. Aku tidak bisa mengatakan itu sehingga ia meninggalkanku sendiri di tempat ini.
            “ Ketua kelas, tolong berikan buku ini kepada semua murid di kelas~” kepala sekolah mengusik lamunanku.
            “ Ye?” Mataku membulat karena aku tidak mendengar perkataan kepala sekolah.
            “ Tolong berikan buku-buku ini kepada semua murid di kelas. Ini berguna untuk ujian akhir kalian~” Kepala sekolah.
            “ Ye~” aku membungkukan badanku.
            Aku melihat Hye Jin yang sedang asyik dengan bukunya itu. entah apa yang ia tulis, tapi terlihat dari jauh ada namaku. Itu terlihat jelas dari sini, Bang Yong Guk. Mataku tidak salah kan? itu benar-benar namaku. Aku menyunggingkan senyumku tiba-tiba.
            Ketika kubagikan buku itu, aku melihat ia menutup bukunya. Bahkan pipinya langsung memerah, bibirnya langsung menyunggingkan senyum simpul yang terlihat manis di wajahnya.
            “ Kau melihatnya?” Hye Jin berusaha menutupi kesalah tingkahannya.
            “ Aku sudah melihatnya sejak tadi. Kau menulis namaku?” Aku menggodanya.
            “ Ah~” dia hanya tersenyum tidak jelas.
            “ Minggu nanti tunggu aku di depan sekolah.” Aku hanya berbicara singkat.        
            “ Maksudmu~~ Kita berkencan?” Hye Jin menanyakannya dengan ragu.
            “ Mungkin~” Aku menyunggingkan senyumku kecil.
***
Kim Hye Jin POV
            “ Mungkin~” Yongguk menyunggingkan senyum kecilnya yang menawan.
            BLUS~ pipiku langsung memanas. Mungkin sekarang sudah semerah sosis (?), ditambah aku sekarang semakin salah tingka dengannya. Jadi aku hanya bisa berusaha menutupinya sebisa mungkin.
***
~~ Sunday Morning ~~
            Aku sudah menggunakan baju yang sangat sesuai untukku. Celana jeans pendek, disertai dengan kaos merah panjang, ini adalah baju yang paling aku sukai. Dengan memakai baju ini, aku merasa sangat bebas. Aku tidak merasa kepanasan, dan aku merasa sangat cantik ketika memakai baju ini. Tidak mungkin aku lupa untuk membawa kamera kesayanganku ini.
            Aku langsung bergegas ke sekolah, aku belum pernah dikencani oleh satu orang pria sekalipun.
            “ Kau terlihat cantik~” Yongguk tiba-tiba sudah berjalan di belakangku.
            “ Gomawo~ bajumu terlihat sangat santai, aku sudah mengira~ kita akan pergi ke taman. Benar kan?” Aku berusaha menebak-nebak setelah melihat bajunya yang sangat santai.
            “ Aniyo. tebakanmu salah~” Yongguk tersenyum simpul. “ Apa kau memata-mataiku? Kenapa kau menggunakan kaos berwarna merah juga?” dengan perkataannya yang seperti itu, aku langsung menatapnya yang memang menggunakan kaos merah disertai jaket hitam di luarnya.
            “ Ah, aku tidak sengaja~” Lagi-lagi aku dibuat salah tingkah olehnya.
            “ Ppalliwa!” tangannya langsung menyentuh tanganku untuk bergegas mengikutinya.
            Aku hanya tertawa kecil ketika berlari mengejar bus bersama dengannya. Ketika di bus, aku diam-diam memotretnya dari samping. Tapi dia langsung menyadarinya. “ Ya! Apa aku terlihat tampan?” aku tertawa lagi dibuatnya.
            Tidak kusangka, ternyata ia mengajakku untuk berbelanja di sebuah mall. Sayang sekali, aku tidak suka untuk berbelanja di mall seperti ini.
              Kita akan berbelanja di tempat ini~” Yongguk menunjukan suatu ruko kecil.
            “ Eodiseo?” mataku mencari-cari tempat yang ia maksud.
>> SKIP <<
            “ kalung ini terlihat bagus jika kau pakai~” Yongguk memasangkan sebuah kalung berbentuk hati. Di dalamnya terdapat fotoku dan fotonya yang kita dapatkan dari photo box tadi. “ Kuncinya, ada di kalungku~ jadi kalau kau ingin melihat foto ini, harus bersamaku. Arraseo?” tambahnya lagi.
            “ Ne~ Apa dengan ini kau menyatakan perasaanmu kepadaku?” aku masih penasaran dengan perasaannya. “ Hmmm, Yongguk-ssi~ sebenarnya aku menyukaimu. Dari pertama kita berjumpa, aku langsung jatuh cinta kepadamu. Mungkin kamu juga cinta pertama bagiku.” Aku berkata tanpa aku menyadari kalau aku mengatakan hal itu.
            “ Mian.” Dengan perkataan singkatnya itu saja, aku sudah bisa mengetahui jawabannya. “ Mian, karena kau tidak bisa menjadi cinta pertamaku~ tapi apa yang kurasakanpun sama kepadamu. Aku jatuh cinta padamu di saat pertama kali kita berjumpa.” Lanjutnya yang membuatku hanya bisa terdiam membisu. “ Saranghaeyo~”
            “ Nado. Nado jeongmal saranghaeyo~” aku langsung berhambur ke dalam pelukannya.
            “ Hye Jin~~” Panggilnya yang membuatku langsung mendongak untu menjawab panggilannya.
            CHU~ sebuah ciuman mendarat di bibirku hangat. Tidak berlangsung lama, tapi ini akan menjadi First Kissku dengan seorang namja.
***
~~ A Year Later ~~
Bang Yong Guk POV
            Aku tertegun melihat surat yang ada di atas meja belajarku. Sebuah tawaran untuk bermain bersama sebuah tim basket terbaik di Korea ini. Kalau aku menerima ini, mungkin aku harus melupakan Hye Jin untuk beberapa saat. Tapi kalau tidak, mungkin mimpiku tidak akan tercapai.
            Aku menyentuh ponselku, dan kulempar lagi ponsel itu. begitu terus sampai sepuluh menit lebih. Aku bimbang antara menerimanya atau tidak. Tawaran yang sangat menggiurkan. Tiba-tiba ponselku bergetar, bertanda ada yang meneleponku.
            “ Yoboseyo~” Angkatku ragu.
            Yongguk, gwaenchana?” Jawabnya kecil.
            “ Aku baik saja~ Hye Jin, mian~ aku menerima sebuah surat. Dan aku ditawarkan untuk menjadi pemain basket. Impianku.” Aku menjelaskannya sedikit teruga-ege (?)
            Bukankah itu bagus? Ambil tawaran itu~ aku akan mendukungmu~” jawabnya lagi.
            “ tapi aku harus mengakhiri hubungan kita~ Mian~” Ucapku sambil merundukan kepala.
            Nan gwaenchana~ ne, gwaenchana~ Raihlah impianmu itu~” Ia langsung menutup sambungan.
            Aku terdiam dan membiarkan ponselku terus berada di telingaku. Walau kutahu, Hye Jin tidak akan bicara lagi dari seberang sana. Kuyakin, di seberang sana ia sudah menangis walau mengatakan tidak apa kepadaku. Itu sebuah jawaban palsu yang sering kudengar dari mulut Hye Jin.
~~ Tomorrow ~~
            Sebelum aku berangkat, aku ingin menghubungi Hye Jin untuk terakhir kalinya.
            Cepat katakan sesuatu setelah terdengar bunyi BEEP~” dengan terdengarnya suara itu, aku otomatis berbicara sendiri. “ Hye Jin, apa kau sedang menangis? Kuharap tidak. Jaga dirimu baik-baik, aku berjanji akan menemuimu lagi setelah aku sukses nanti. percayalah padaku. Kalau kau sudah meraih cita-citamu, hubungi aku ya? Aku ingin ikut bahagia bersamamu. Aku titipkan semua perasaan ini padamu ya~~ jangan kau buat perasaan ini rusak. Aku, aku sayang padamu. Cepat hubungiku! Jangan biarkanku menjadi lumut! Saranghae~~” aku langsung mengakhiri sambungan.
***
~~ 5 years later ~~
Author POV
            Sebuah acara stasiun televisi nasional sedang bersiap untuk dimulai. Hari ini, mereka mengundang pemain drama rookie yang sangat baik dalam perannya tersebut. Drama berjudul ‘ 1000 Years Later’ ini, pemain drama yeoja ini bermain sangat menghayati perannya itu. seakan-akan ia benar-benar mengalami hal tersebut.
            “ Okay, kita panggil~ Kim Hye Jin~ pemain drama rookie yang mendapat apresiasi sangat besat oleh para netizen ini!!” Panggil MC kepada Hye Jin.
            “ Annyeong~~” senyumnya terulas tipis.
            ~~~~
            “ Bagaimana anda bisa menghayati peran anda ini? Anda benar-benar memerankannya dengan sangat baik.” Tanya MC. “ Oh iya, di sini anda berperan sebagai seorang yeoja yang setia menunggu kekasihnya walau untuk seribu tahun sekalipun, dan berakhir dengan anda ditinggal kekasih anda untuk berpulang. Benar?” MC melanjut pertanyaannya.
            “ Ah, ne~ sebenarnya untuk memerankan ini, aku selalu mengingat seorang namja. Seorang namja yang sedang berusaha meraih cita-citanya. Bahkan sampai sekarang, aku sedang menunggu janjinya untuk menemuiku setelah kesuksesannya.” Hye Jin menjelaskannya masih dengan sebuah senyuman yang masih ada di wajahnya.
            “ Siapa namja yang anda sebut tadi?” tanya MC lagi.
            “ Dia adalah seorang pemain basket ternama di Korea ini. Ia berjanji, apabila dia sudah meraih keinginannya, dia akan menemuiku~” lanjut Hye Jin hampir menjatuhkan air matanya.
            “ Aku sudah menepati janjiku~” Tiba-tiba suara bass seorang namja terdengar di studio waktu itu.
            Hye Jin yang sangat mengenali suara itu, dan langsung menghadap kepada sumber suara itu. “ Yongguk?” Tanya Hye Jin berusaha mengontrol keinginannya.
            “ Inilah, namja yang sedari tadi disebut oleh Hye Jin~ Bang Yong Guk, pemain basket yang dikenal sebagai Bangbom!” Ucap MC menyapa Yongguk.     
            “ Boleh aku meminta waktu sebentar?” MC langsung mengangguk. “ Hye Jin, kenapa kau tidak pernah menghubungiku? Bahkan sampai sekarang bunga cintamu itu tidak akan pernah layu di hatiku. Kim Hye Jin, saranghaeyo~” seisi studio langsung menutup mulut mereka terharu.
            “ Bang Yong Guk~~” Hye Jin masih menutupi rasa rindunya.
            “ Will you marry me?” Yongguk mengeluarkan cincin dan melepas kalungnya.
            Hye Jin menutup matanya untuk mencari jawaban. Dan ia mengangguk kecil untuk jawabannya itu. Yongguk langsung memakai kalungnya itu untuk membuka kalung hati yang masih terpasang jelas di leher jenjang Hye Jin.

~~ THE END ~~