Coffee Shop
Author :
Oh EKRiRyeo
Title :
Coffee Shop
Genre :
Romance, sadness
Length :
Oneshoot
Sudut
Pandang : orang pertama (ber-aku), 1 POV
Main Cast :
Choi Jung Hong as Zelo
Zulfa Nabilah M as Lee Soon Ji
Other Cast :
B.A.P (Yongguk, Himchan, Youngjae, Daehyun,
Jongup)
Yoon Ka Young (Youngie)
Rating :
T
“ Kedai kopi yang biasa kita kunjungi~ kedai kopi kita~ Aku sendirian di sini,
dimana aku bisa mencium aromamu~” – Choi Jung Hong
Cahaya mentari mulai memasuki
celah-celah jendelaku yang masih tertutup rapat. Ditambah lagi, aku masih
terpeluk hangat oleh selimut kesayanganku. Mataku juga masih tertempel rapat,
tanpa mau diganggu sedikitpun.
Aku masih ingin memasuki dunia
mimpiku lagi. Menatap kapas-kapas putih yang terus bergumul berkejaran di
langit yang biru cerah sana. Dan itu terasa tak ingin kuhentikan ketika kau
datang dan menatap langit bersama. Saling bergenggaman tangan berdua,
memberikan rasa cinta satu sama lainnya. Kutatap dua buah bola matanya, aku
berharap tidak akan pernah keluar dari dalam mimpiku. Ingin sekali lagi, aku
merasakan itu bersamamu. Kenapa cantik? Kenapa kau bisa melihatku dengan
keadaan hati yang teriris dan tidak bisa diperbaiki lagi?
Tanganku mulai bergerak-gerak
mencari ponselku. Ponsel yang bisa kugunakan untuk mengalirkan seluruh rasa
rindu di hatiku. Menyalurkan semua cerita yang sangat ingin kuceritakan, sudah
pasti cerita-cerita itu tidak akan pernah bisa kupendam lama. Dulu, aku selalu
melakukan ini bersamamu. Bercerita, menciummu, memelukmu, menatap kedua bola
matamu. Waktu itu, waktu dimana aku tidak ingin waktu berputar. Sekarang aku
berpikir aku perlu mesin waktu.
***
Aku hanya menatap cangkir
mochacinoku, aku tidak meminumnya sama sekali. Tanganku mulai mendekati
tanganmu, tangan dengan jari-jari yang lentik bagiku. Sangat indah di mataku,
tangan mungil yang tidak ingin aku lepaskan. Sedikitpun aku tidak ingin
membiarkannya lepas dari genggaman tanganku. Aku mempererat genggaman tanganku,
erat tapi hangat.
“ Waeyo?” senyum simpulnya
tersungging di bibir tipisnya.
“ SoonJi-ahh, kau tahu aku sangat
mencintaimu kan? aku tidak ingin kau pergi, tetap bersamaku ya? Jebal~” aku
menatap kedua buah bola matanya yang sudah memberikan jawaban untukku. “ Ya,
aku tahu. Aku bertanya yang aneh padamu kan? entahlah, aku merasa akan
kehilanganmu~” lanjutku dengan senyuman yang terulas tiba-tiba.
Kini, kita sama-sama terdiam.
Terdiam menatap cangkir berisikan kopi ini. Bau cappucino kesukaannya menyeruak
menyentuh hidungku. Aku akan mengingat benar aroma ini. Kalau aku benar-benar
melupakan aroma ini, aku berjanji aku akan tetap mencintai SoonJi sepenuh
hatiku. Walaupun aku benar-benar akan kehilangan SoonJi.
“ Kau benar-benar menggunakan kemeja
yang kubelikan?” SoonJi menatapku dari bawah sampai atas. “ Kau terlihat
tampan, apa kau suka?” Ia menyentuh kerah bajuku.
“ Tentu. Sangat bagus.” Aku menatap
diriku sendiri.
“ Hari sudah cukup malam, boleh kita
pulang?” SoonJi menarik bibirnya untuk tersenyum hangat. Dari pertanyaannya
itu, tanpa aba-aba aku langsung menganggukan kepalaku.
Malam ini cukup dingin, padahal tadi
sore cuacanya cukup hangat. Aku merangkul badannya yang sudah sangat
kedinginan. Rangkulan yang kuberikan untuk menghangatkan badannya. Bagaimana
kalau dia sakit? Aku tidak ingin melihatnya terbaring lemah di sana.
***
Aku bergegas mengganti kemejaku.
Sudah jelas tadi malam aku tidak mengganti kemejaku. Aku memakai kemeja baruku
sekenanya, tanpa ada dandanan yang rapi. Tapi itu sudah menjadi gayaku.
Berantakan tapi terlihat keren. Gaya andalanku yang bisa membuat SoonJi
marah-marah menyuruhku merapikan kemejaku. Ya, walaupun ujung-jungnya pasti SoonJi
akan merapikan kemejaku.
Achim
haessare nuneul tteugo~ Handeupon sigyereul bogo~ Eoji junbihan oseul ipgoseo~
Seodulleo jibeul naseojyo~~
Sendiri aku berjalan menyusuri gedung-gedung ini.
Mengenang saat-saat kita bersama. Saat-saat kita selalu berjalan, bernyanyi,
dan menari bersama. Waktu itu, kau hanya menatapku menari, tanpa mengikutiku.
Lalu tiba-tiba kau bergabung, dan semuanya menjadi terasa indahnya. Tanpa bisa
kutahan lagi, air mataku mengalir begitu saja. Air mata rindu yang benar-benar
sudah lama kutahan.
“ Zelo-ahh!” teriak Jongup dan
merangkulku.
“ Wae?” Aku hanya berjalan tanpa
membalas rangkulannya.
“ Ingin ke kedai kopi lagi?” aku
mengangguk sekilas. “ aku ikut ya! Lagipula, sekarang Youngie bekerja di kedai
itu.” Jongup tersenyum tidak jelas.
Dari dulu ia memang sangat menyukai
Youngie. Entahlah, kapan perasaannya bisa terbalaskan. Tapi aku mulai menatap
diriku sendiri. Jongup beruntung, ia masih berhak menyukai orang yang sangat
dicintainya. Sedangkan aku? Mengingatnya sekalipun, seharusnya sudah tidak
berhak lagi aku lakukan. Harusnya aku mulai menyadari itu.
SoonJi, dia sudah bertunangan. Tiga
hari yang lalu Youngie memberikan kabar itu kepadaku. Bagai bebatuan menimpaku
di tengah padang pasir yang tandus, aku hanya menatap undangan tunangan itu.
sebelum itu, dia tidak sedikitpun mengatakan hal ini. Tidak sepatah katapun.
“ Ya~ Mianhae~ Kau masih merindukan SoonJi?
Itu perasaan yang wajar kok.” Jongup tersenyum kecil di tengah perjalanan kami.
Ingin sekali aku berkata, aku
benar-benar merindukan SoonJi. Tapi rasanya sangat aneh, mulutku seperti
terkunci sangat rapat. Jawabannya mengalir begitu saja dari air mataku yang
terus bergulir.
“ Zelo-ahh, menurutku kau harus
belajar melupakannya.” Jongup mulai dengan kata-katanya yang sangat
menggelikan.
Entahlah, apapun yang dikatakan
Jongup selalu saja membuatku ingin tertawa tanpa henti. Aku benar-benar tertawa
ketika ia berkata seperti itu. Apa dia memikirkan dengan apa yang ia katakan?
Mana mungkin aku bisa melupakan SoonJi begitu saja.
“ Aku serius! Selalu saja, ketika
aku menasihati orang aku selalu ditertawakan. Aish~” curhatnya yang membuatku
sangat geli.
“ ayo kita ke kedai~ jangan banyak
bicara~” aku melangkah mendahului Jongup.
@Coffee
Shop
Aku menatap cappucino yang kupesan
hambar. Sekali kutatap cappucino ini, bayanganmu hadir di dalam cangkir itu.
tiba-tiba air mataku mengalir lagi dari mataku. Apa aku bodoh? Sebodoh inikah
aku tidak bisa melupakan SoonJi? Kalau dipikir lebih panjang lagi, sebenarnya SoonJi
sudah mengkhianatiku. Membiarkanku terluka melihatnya bahagia dengan yang lain.
Bukankah itu sangat menyakitkan? Aku mencerna kata-kata yang Jongup katakan
tadi. Mungkin, aku benar-benar harus melupakan SoonJi. Ya, itu cara terbaik
yang harus kulakukan.
“ Minum Cappucinomu! Atau kau ingin
aku yang meminumnya?” Jongup hampir mengambil cangkirku.
“ YA! Aku akan meminumnya!” Aku
menjadi diriku yang seperti biasanya lagi. Ya walaupun sebenarnya aku masih
merasa sangat sakit. Sakit luar biasa.
SoonJi, aku akan membiarkanmu
bahagia. Jadi, aku akan mulai melupakanmu dengan sebisa mungkin. Dan aku tahu,
rasanya itu akan sangat menyakitkan. Kau tahu pisau? Ya pisau, hatiku rasanya
seperti tertusuk pisau. Sangat tajam.
“ Aku akan melupakan SoonJi~” ucapku
lirih tapi terdengar oleh Jongup.
“ Ne?” Jongup terkejut sendiri
dengan ucapanku tadi.
“ Aniyo~” aku tersenyum kecil.
***
>>
Monday (Winter)<<
Aku hanya menatap air yang jatuh di
kaca-kaca kamar. Secara perlahan, aku mulai terbiasa hidup tanpa SoonJi. Minggu
lalu, aku memutuskan untuk membuat sebuah novel. Novel yang menceritakan
tentang kehidupanku, sebelum, ketika, dan setelah aku hidup bersama SoonJi.
Waktu
itu salju mulai turun membasahi bumi Korea Selatan ini. Waktu itu pula, aku
mulai menyadari perasaanku mulai tumbuh kepadamu. Perasaanku yang tidak bisa
kutahan sama sekali, sekarang perlahan mekar menjadi bunga cinta yang perlahan
akan layu. Layu akan waktu yang terus bergulir hingga akhir nanti. Dan saat
rasa itu semakin berkembang, aku mulai tidak menyadari waktu ini pasti
berjalan. Sebesar apapun usahaku menghentikan waktu yang sedang berjalan ini,
tetap saja aku terbawa dengan jalannya. Aku ikut berjalan bersama waktu.
Hingga
tanpa kuinginkan, cintaku itu bertumbuh semakin besar. Pohon cintaku sudah
hampir mencapaimu. Dengan menyiapkan seluruh keberanian yang ada di dalam
hatiku, aku merangkai kata-kata semanis gula. Kata-kata yang sampai akhir waktupun
tidak akan berubah, akan tetap manis walau sudah terpisah jarak. Aku mengingat
tatapan matamu, sehingga dari hatiku aku bisa menjadikan kata-kata itu menjadi
buliran air yang keluar dari matamu. “ saat aku tatap matamu itu, kau tahu apa
yang ingin kulakukan? Aku ingin menghentikan waktu. Kenapa? Karena aku tidak
ingin tatapan itu menghilang, menghilang tanpa bisa kulupakan. Jika seandainya
aku bisa menjadi payung merah yang biasanya kau pakai di saat hujan, aku akan
melindungimu dari apapun itu. Entah hujan, panas, apapun itu.” saat senyumanmuu
menyungging indah, aku mengumpulkan kata-kata yang aku simpan di otakku dengan
cepat, “Bolehkah aku meminta sesuatu? Aku ingin kau menjadi jaketku. Jaket yang
selalu memelukku hangat, melindungiku tanpa ada rasa pamrih. Bolehkah?”
Aku
sudah mendapatkan jawabanmu dari pelukan hangat yang kauberikan. Aku yakin,
hingga waktu kita habis nanti, kita akan selalu rekat satu sama lainnya. Tidak
ada perpisahan yang berujung luka. Tidak ada awan putih yang berujung mendung
dengan hujan yang nantinya akan terjatuh.
Tapi
sayang, waktu itu aku tidak memikirkan ini. Sebagus apapun sebuah jaket,
perlahan-lahan benang-benang itu akan terlepas pula. Akankah perasaanmu itu
juga memudar seiring dengan terlepasnya benang-benang itu? kuharap tidak. Aku
ingin kita menjadi sepasang merpati putih yang selalu bersama. Tiada akhir,
tanpa perlu memedulikan waktu.
Satu hal
yang akan kuingat darimu. Tatapan matamu itu.
Aku menatap ketikan novel baruku, ya
sejauh ini novelku baru mencapai dua puluh lima halaman. Itu baru kuceritakan
saat kami berkenalan, sampai kami menjadi sepasang kekasih.
“ Apa yang kauketik? Eoh?” Yongguk
dengan suara besarnya menatapku yang terus mengetikan cerita.
“ hanya perjalanan hidupku.” Aku
mulai membuka permainan yang ada di laptopku.
“ Kudengar kau sudah mulai melupakan
SoonJi, kau yakin dengan keputusanmu?” Sekarang Daehyun yang menatapku.
“ Apa kau pikir aku lelaki yang
tidak bisa melupakan seorang wanita? Aish?”
***
>>
Tuesday (Winter)<<
Mulai
saat itu, tempat yang paling kami suka kunjungi adalah sebuah Kedai Kopi. Kedai
kopi ini seperti saksi cintaku kepada SoonJi yang sangat besar. Saksi bisu yang
bisa menceritakan seluruh perasaan kami yang saling menyatu di cappucino ini.
Tapi
pada saat itu juga, aku menyadari sebuah keganjalan. Tapi aku tidak pernah tahu
keganjalan itu.
Aku berhenti mengetik dahulu, ketika
membaca tentang keganjalan itu. keganjalan yang sampai saat ini belum
terjawabkan olehnya. Aku hanya menatap tulisan-tulisan itu. aku sudah tidak
tahu apa yang akan kuketikan lagi.
“ Ikut aku ke kedai. Ada yang harus
diceritakan.” Tiba-tiba Jongup sudah muncul di kamarku dan langsung menarik
tanganku.
>>
Friday (Winter)<<
Aku mencerna kata-kata Yougie.
Semalaman aku tidak bisa tidur karena kata-kata itu terus terngiang di
kupingku. Kenyataan yang sebenarnya dari SoonJi. Kenyataan pahit yang harus
kudengar darinya. Apa aku terlalu jahat? Menganggapnya jahat kepadaku?
Padahal, perlahan aku sudah
melupakan SoonJi. Menghapus beberapa memori dari ingatanku. Tapi kini? Semua
itu muncul kembali dalam ingatanku yang sempit ini. Perasaanku yang hampir
pudar, tiba-tiba berkembang kembali. Ah, aku terjerat dalam cintanya iyu.
“ Bagaimana keadaanmu?” Himchan
memasuki kamarku dengan secangkir susu di tangannya.
“ Maksudmu?” Aku menatap cangkir
susu itu.
“ Kau sakit~ Babo~” Himchan
menatapku sinis.
“ Hyung, haruskah aku menemui SoonJi?
Haruskah aku meminta maaf padanya? Aku merasa sangat bersalah dengannya. Dan,
aku masih sangat menyayanginya. Aku memang orang terbodoh di dunia ini kan? iya
kan?” aku tidak bisa menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutku. Buliran
air mata juga sudah keluar dengan jelas dari mataku ini.
“ Arrasseo. Jangan salahkan dirimu
sendiri.” Himchan langsung merangkul
badanku yang akan ambruk ini.
“ Apa kami harus mengantarkanmu
menemui SoonJi?” Tiba-tiba Daehyun, Jongup, Yongguk, dan Youngjae memasuki
kamarku.
Aku hanya menatap satu per satu mata
mereka. Kepala mereka mengangguk agar aku menyetujui permintaan mereka.
Kepalaku langsung menunduk. Dari tatapan mereka, mereka tampak kecewa kepadaku.
Namun, kepalaku langsung kuangkat dan mengangguk mantap. Tatapa itu berubah
menjadi lebih baik lagi.
“ Kapan kau akan pergi?” Daehyun
yang sekarang menatapku.
“ Besok, paling lambat lusa.” Aku
meneguk susu yang dibawakan Himchan tadi.
“ Gurrae, besok kita berkumpul di
sini. Aku akan membawa mobilku.” Yongguk menatap kami satu per satu. Dengan
anggukanpun, sudah cukup menjawabnya.
***
>>
Saturday (Winter)<<
Aku tidak percaya, hari ini juga aku
akan menemui SoonJi. Sudah cukup lama aku memimpikan hal ini. Bertemu dengan SoonJi,
dan memeluk badannya. Kusalurkan seluruh rasa rinduku yang sudah sangat
menggebu ini. Ah, jeongmal.
“ YA! Kau mengajak Youngie?”
Tiba-tiba Youngjae berteriak menatap Jongup datang berdua dengan Youngie.
“ Apa tidak boleh?” Jongup mendengus
kesal. Dengusannya membuat kami langsung tertawa terbahak-bahak tanpa henti.
Aku menatap rumah kecil yang berada
di antara dedaunan sana. Kata Youngie, itu tempat tinggal SoonJi sekarang.
Kupikir, dia tidak akan betah berada di rumah itu. bagaimanapun juga, rumah itu
terlalu kecil untuk ditinggali.
“ Cepat temui dia.” Himchan
menepuk-nepuk pundakku.
“ Ne. Gomawo, Hyung.” Aku menunduk
90o dan langsung berlari.
“ Ah, kita akan menunggumu di
penginapan.” Himchan mengingatkanku.
Tidak terlalu susah memang untuk
sampai ke rumah itu. hanya dengan berjalan, rumah itu kini sudah di depan mata.
Aku ketuk pintu sekali dua kali.
Tapi tidak ada yang membalas ketukan pintu itu. sekali lagi kuketuk pintu itu,
tetap sama. Jadi, dengan sangat terpaksa, aku memasuki rumah itu tanpa permisi.
Lagipula, pintunya tidak terkunci.
“ SoonJi~ Kaukah di situ?” aku
menatap sebuah ruangan kecil yang terkenai sinar matahari itu.
“ Choi Jung Hong?” Suaranya
terdengar lirih di balik tirai sana.
“ Lee Soon Ji?” Air mata itu mengallir
begitu saja. Aku berlari memasuki ruangan itu, dan dengan gerakan cepat aku
sudah mendekap badannya yang lemas.
Badannya terlihat lebih kurus,
pipinya juga tirus, wajahnya pucat, tatapannya berubah menjadi tatapan nanar. “
Apa kau sakit?” aku menggenggam tangannya erat.
“ Mian. Aku tidak memberitahumu.”
Ucapnya lirih.
“ Wae? Kukira, aku benar-benar akan
kehilanganmu.” Aku meneteskan air mata lagi.
“ Aku hanya tidak ingin kau menangis
karenaku. Jadi, kupikir lebih baik merahasiakannya.” Lagi-lagi air mataku ini
mengalir.
“ Kau tidak tahu betapa ambruknya
aku? Betapa ambruknya aku ketika kudengar kau bertunangan.” Aku terisak. “
seharusnya kau memberi tahuku yang sebenarnya~ Aku pasti akan menjagamu!” aku
masih menangis.
“ Mianhada~” Dia mengelus pipiku
yang penuh dengan air mata ini. “ Bisa kau ambilkan sebuah buku di laciku?” Dia
menunjukan lacinya.
“ Ne.” Aku berjalan mendekati laci
itu.
Kuambil buku yang dikatakannya itu.
terlihat sudah lusuh tapi kuyakin penuh makna. Kuusap-usapkan buku itu di
tanganku.
“ Tolong bacakan itu~” SoonJi
menatapku.
“ Ini? Baiklah~” aku membuka
lembaran pertama.
***
Ku teringat ketika rangkaian kata
indah itu keluar dari mulutmu. Waktu itu kau membuatku sangat tersanjung.
Sebenarnya aku ingin mengatakan tidak kepadamu. Tapi tatapan matamu itu
membuatku tidak sanggup untuk mengatakan tidak. Akhirnya aku mulai tersadar,
bahwa aku juga sangat menyukaimu. Tidak, aku mencintaimu.
Kau ingin tahu mengapa aku ingin
mengatakan tidak? Itu karena penyakitku. Sebenarnya sejak lama aku sudah
mengidap penyakit ini. Tapi, aku berusaha agar kau tidak menyadarinya.
Menyadari bahwa, dari waktu ke waktu penyakitku semakin parah. Aku selalu
meminum obat terlebih dahulu sebelum menemuimu.
Kau ingat? Aku selalu melarangmu untuk
mendatangiku di rumah? Inilah beberapa alasannya :
1. Aku tidak ingin kau tahu, kalau di rumah aku dan keluargaku tidak pernah
akur. Apalagi Eomma dan Appaku yang selalu bertengkar. Tapi karena itu juga,
Oppa dan aku menjadi bertengkar. Kami menyalahkan satu sama lain ketika Eomms
harus dipukuli oleh Appa.
2. Keluargaku tidak mengijinkanku untuk berpacaran denganmu. Jangankan
berpacaran, mengenalimu saja aku tidak boleh. Sebenarnya mereka sudah
menjodohkanku dengan seseorang. Kata mereka orang ini sangat dekat denganku
dari kami masih sangat kecil.
3. Apa kau suka bau alkohol? Aku takut kau tidak menyukai bau itu. di rumah,
Appa dan Oppa selalu minum bersama. Aku sangat tidak menyukai bau itu. jadi,
aku melarangmu menemuiku di rumah.
4. Aku takut kau tahu bahwa aku sakit parah. Point inilah yang paling aku
takuti. Jika kau tahu penyakitku, apa kau masih ingin mengenaliku? Atau kau
malah pergi meninggalkanku? Jadi aku menutupi itu semua.
Tapi, setelah kau selalu hadir di
dalam hidupku, aku tahu... kau tulus menyayangiku. Tapi, tetap saja aku takut
memberitahunya padamu.
Aku ingin mengulang saat itu. saat kau
menggendongku di pundakmu. Malam hari, dan itu sedang bersalju. Aku sangat
kedinginan, bahkan mantelku tidak cukup menghangatkanku. Kau melepas mantelmu,
dan membiarkanku memakainya. Tapi udara masih menusuk ke tulang rusukku. Tanpa
bertanya, kau langsung menggendongku di belakangmu itu. padahal, kuyakin kau
sangat kedinginan tanpa mantelmu, jadi aku membiarkan kita memakai mantel bersama. Itu menjadi sangat
hangat.
Atau aku ingat, ketika kita bermain ke
pantai bersama. Bukankah kau tahu aku tidak bisa berenang? Kenapa kau
membiarkanku terjatuh dari kapal itu? aku tahu, kau hanya ingin menjahiliku.
Dan kau kira di bawah sana sudah ada perahu karet, tetapi ternyata Jongup belum
menyiapkan perahu karet itu. dan aku benar-benar terjatuh ke dalam air. Apa
waktu itu kau panik? Aku yakin kau sangat panik. Kau langsung melompat ke dalam
air dan meraih tanganku. Kukira aku tidak akan pernah selamat.
Atau kau ingat, waktu kita bermain
roller coaster? Itu sangat membuatku geli, bagaimana bisa kau sampai muntah
karena permainan itu saja? Kau bukan lelaki jantan. Jadi aku mengajakmu bermain
yang lebih memicu adrenalin lainnya. Apa sekarang kau sudah cukup berani untuk
bermain itu? ayo kita bermain itu lagi! Itu sangat mengasyikan.
Kau ingat telepon umum? Ah, itu hal
yang sangat romantis. Aku ingin ke telepon itu lagi. Menelepon teman-temanmu,
dan mengatakan kalau waktu mereka takkan lama. Kejahilanmu itu tidak akan
pernah kulupakan. Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka masih takut akibat
kejadian itu?
Tapi, karena kejahilan kita, mereka
membalasnya dengan menjadi hantu jadi-jadian. Seharusnya kau tahu, aku sangat
tidak menyukai hantu di dalam hidupku. Walaupun aku mengenalnya, aku tidak akan
pernah mau melihat mereka.
Sebenarnya penyakit ini bisa menyebabkan
kematian kalau tidak diantisipasi. Tapi, demi kau, aku bisa melupakan
penyakitku sejenak. Aku ingin membuatmu selalu bahagia jika berada di sisiku.
Dan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu ketika bersamaku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
***
Aku terjatuh ke dalam lautan
kenangan yang sangat indah ini. Air mataku mengalir begitu saja.
“ SoonJi~ Kau sangat mengingat semua
kenangan ini~ Aku senang jika selalu bersamamu~” lagi-lagi air mataku mengalir
deras.
Kutatap SoonJi yang sudah menutup matanya
sangat rapat. “ SoonJi! Ireona!!” Aku berteriak sangat kencang. “ SoonJi,
saranghaeyo. Jeongmal~”
Siapa
yang mengira akhir kisah dari cinta kita akan seperti ini? Alam surga sana akan
lebih indah daripada tempat ini. Di tempat ini, aku berjanji akan menunggu
malaikat cantik sepertimu untuk turun ke bumi menemuiku. Dan kau mengatakan
kata cinta dengan jelas di telingaku.
Bagaimanapun
juga, kupu-kupu tidak akan bisa terbang apabila kehilangan sebelah sayapnya.
Begitu juga kita. Engkau selalu melengkapi kupu-kupu itu agar bisa terbang.
Terbang bersama. Tapi kini, kupu-kupu itu tidak mungkin bisa terbang karena
kehilangan salah satu sayapnya.
~~THE END~~