Author :
Oh EKRiRyeo (EKRi Hope Angel)
Title :
Breathing
Genre :
Romance
Length :
Oneshoot
Main Cast :
Do Kyung Soo
Kim Min Soo (OC)
Rating : T
“ Saengil Chukkae hamnida~ Apa kau bisa mendengarku?
Saengil Chukkaeyo~~”
-
Do
Kyung Soo
Do Kyung Soo POV
Aku tatap wajah cantiknya lekat yang sedang berbaring di
kamar ini. Dua tahun sudah ia hanya bisa menutup matanya di tempat ini. Selama
itu pula aku menunggunya untuk terbangun dan menatap kedua bola mataku.
Harapanku itu tidak akan pupus selama jantungku masih berdetak mengikuti waktu
yang terus berganti setiap saatnya.
Malaikat manis, cantik, dan wajahnya
yang pucat sering kali membuatku mengingat setiap detik yang kulewati
bersamanya. Semua cerita yang dulu kita urai bersama berdua. Yang tidak ada
bosannya, kami hanya duduk di taman, bercengkerama dan bercerita basa-basi.
Waktu itu juga, diantara kita tidak ada yang tahu caranya bersikap manis. Sikap
dingin, itu kesan yang terlihat ketika kita bercengkerama berdua. Tapi aku akan
selalu merindukan itu.
Perlahan, satu per satu air mata
bergulir keluar tidak bisa kukendalikan. Ini sudah yang kesekian juta, mata ini
mengeluarkan air mata ini. Dua tahun ini, selama aku menunggumu aku hanya bisa
menderai tangis. Tanpa ada yang bisa menghentikan air mata ini, aku selalu
menatapmu yang masih terbaring lemah.
Sekali lagi kumelihat alat
pernapasan yang terpasang di wajahnya, lagi-lagi aku menyalahkan diriku
sendiri. Aku berdiri di pojok ruangan dan aku terus memukulkan tanganku ke
tembok putih itu. masa bodoh tanganku sakit, mungkin ini cara terbaik agar dia
bisa terbangun. Terbangun dan mengetahui, aku selalu berusaha membayar
kesalahanku.
Dua tahun lalu sebelum ia terbaring
lemah di ruangan ini, aku mengajaknya untuk merayakan ulang tahunnya yang
kelima belas. Kami hanya berjalan berdua mengelilingi namsan tower, bergenggaman
tangan berdua tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kita. Bibir kita
seolah tergembok sangat kencang, jadi semua usaha kita untuk membukanya, gagal
begitu saja.
Setelah kita asyik berkeliling, kita
berakhir di sebuah kedai kopi di pinggir jalan. Tapi bodohnya aku, aku
meninggalkan hadiah yang kusiapkan untuknya di dalam mobil. Mungkin kau waktu
itu ingin mendatangiku yang sudah membawa bunga mawar putih yang kau sukai, kau
langsung melangkahkan kakimu tanpa melihat lampu penyebrangan. Saat itu pula,
bus datang dari samping kirimu. Dan kecelakaanpun tak bisa terhindarkan, dan
akhirnya kaupun terbaring lemah di sini.
Kupukulkan tanganku ke tembok lagi.
Sakit memang, tapi aku seolah mati rasa. Aku masih saja memukulkan tanganku
hingga tangan ini memerah. Pintu kamar itu terbuka oleh tangan dokter Han.
Dokter yang menangani Min Soo – malaikatku -
itu menatapku aneh. Sekarang ia menatap tanganku yang sudah memerah, karena
tatapannya itu aku menyembunyikan tanganku di balik badanku.
“ YA! Do Kyung Soo, apa yang kau
lakukan dengan tanganmu?” Dokter Han malah berteriak ketika aku gagal menutupi
tanganku.
“ Aniyo~ aku, aku, aku hanya...” aku
kikuk karena dia yang terus menatapku memintaku memperlihatkan tangan merah
ini.
Dia menggenggam tanganku dan
memberikan obat pereda sakit. Ya, itu yang selalu ia lakukan ketika aku sudah
memukul-mukulkan tanganku. Dokter Han, teman terbaikku yang selalu membantuku.
Walaupun dia wanita, dia tidak akan pernah serapuh aku. Dokter Han sudah
kehilangan suaminya beberapa bulan yang lalu. Tapi ia tidak pernah merasa
kehilangan, karena baginya suaminya itu masih ada di sisinya.
“ Kyung Soo-ya, apa dengan seperti
ini Min Soo bisa bangun? Bisa menatapmu lagi? Apa dia senang jika kau rapuh?
Eoh?” Dokter Han menatapku segenap. “ Janganlah seperti ini~” ia melanjutkan
dan melangkahkan kakinya untuk memeriksa keadaan Min Soo.
Wajah dokter Han tampak bingung.
Berulang kali ia menyimpan stetoskop itu di dada Min Soo, berulang kali pula ia
menatap monitor yang masih menunjukan detak jantungnya yang masih berdetak.
Dokter Han berjalan keluar kamar
dengan tergesa-gesa. akupun ikut bingung menatap dokter Han yang sangat panik
itu. Aku menatap Min Soo, jari-jari tangannya sudah kaku dan sedikit membiru.
Aku hampir menumpahkan air mataku lagi, kugenggam erat tangan Min Soo dan terus
berdo’a yang terbaik untuknya. Tangannya dingin, membuat air mataku terus
menerus bergulir.
Dokter Han membawa pasukan dokter yang
siap menangani Min Soo. Aku malah menangis semakin parah karena melihatnya. Aku
makin menggenggam erat tangan Min Soo, aku, aku terlalu takut kehilangan Min
Soo.
“ Kyung Soo-ya, keluarlah dulu~ kami
akan menanganinya sebaik mungkin~” Dokter Han menarikku keluar.
“ Han Min Zy, jangan biarkan aku
sendiri tanpa Min Soo~” Aku terduduk lemah.
“ Arraseo~” Dokter Han memasuki
ruangan lagi.
Aku menatap tembok tak berarti. Aku
tidak bisa membayangkan hidupku nanti, Min Soo tidak mungkin meninggalkanku.
Tidak, dia tidak boleh pergi. Tidak! Dia harus selalu bersamaku.
>> 3
Hours Later <<
Dokter Han dan dokter-dokter lainnya
keluar ruangan dengan tatapan kecewa. Aku sudah bisa menduga apa yang terjadi.
Mereka gagal menangani Min Soo. Aku menangis sejadinya, aku benar-benar
mengeluarkan air mata.
“ Kyung Soo-ya! YA! Tenangkan
dirimu~ dengarkan penjelasan kami~” Dokter Han menatapku khawatir. “ Min Soo,
dia tidak mungkin bisa merasakan dunia lagi. Detak jantugnya berdetak, maksudku
monitor detak jantung itu sebenarnya membaca detak jantungmu~” Dokter Han
menghembuskan napasnya lagi.
Aku hanya menatap manik matanya, dan
aku benar-benar menangis lagi. Min Soo tidak akan pernah meninggalkanku. “ Han
Min Zy, biarkan dia di sini sampai pukul dua belas malam nanti~ Kita harus
merayakan ulang tahunnya~ Jebal~” Aku menangis.
“ ne~” Dokter Han tersenyum kecil
menatapku.
>> 00.00
KST <<
Aku menggenggam tangan Min Soo yang
sangat dingin. Aku mengusap-usap pelan rambut Min Soo. Pucat, seluruh wajahnya
pucat.
“ Saengil Chukkae Hamnida~ Apa kau
bisa mendengarku? Saengil Chukkaeyo~” Aku berbisik pelan di telinganya.
Aku malah mengeluarkan air mata lagi
setelah mengucapkannya, aku semakin tidak bisa melepaskannya. Air mataku
terjatuh di dadanya yang sudah tidak bergerak lagi.
Tiba-tiba jemari tangannya bergerak
perlahan. Sekarang tangannya sudah menggenggam tanganku yang menatapnya penuh
harap.
“ Oppa~ Gomawo~~” Ucapnya sangat
pelan. “ Terima kasih, karena bantuanmu aku bisa keluar dari belenggu yang
sangat kuat itu~ Gomawo~” aku sudah tidak bisa menahan rasa senangku, jadi aku
langsung berhambur memeluknya.
~~> FIN <~~
No comments:
Post a Comment