Between Us
Author : JongYi Hope Angel
Title : Between Us
Genre : Romance, sad,
friendship
Length : Oneshoot
Main Cast :
Park Ah Rin aka Airin
Wu Yi Fan aka Kris
Kim Jong Dae aka Chen
Other Cast : Find it by yourself!^^
Rating : T
Disclaimer : This is my
fanfiction~ Wanna copy paste? Take it out with full credit. ah, Inspiration
isn’t come easily. Kris and Chen are God’s. But Kris is my future husband!-___-
Happy reading~~
“ I Love You. I’m sorry I
can’t.”
-
Wu Yi Fan
Author POV
Kris
berjalan santai dengan tas yang ia rangkul di tangannya. Senyumnya tidak ia
pasang sama sekali. Badannya tegap tapi tidak terlihat gagah. Wajahnya dingin
tapi tidak sombong. Lagi-lagi hari ini ia malas untuk menatap sekolah, lebih
tepatnya kedua sahabatnya.
Dari arah
lain, tampak Chen dan Airin yang sedang berjalan sambil bercanda. Keduanya
saling merangkul, senyuman terpasang diantara keduanya. Kris yang menatap itu
langsung berjalan menjauhi mereka. Tapi kedua buah bola matanya tidak disengaja
menatap tatapan dari Chen yang melihatnya tajam.
“ YA!
Kemana saja kau tiga hari ini?” Airin bertanya ketika Kris masih berpapasan di
samping Chen.
“ Tidak
kemana-mana.” Kris membalas seadanya.
“ Cepat
taruh tasmu, kita ke lapangan sekarang. Eoh?” Tambah Airin sambil tertawa
kecil.
Kris
melanjutkan langkahnya setelah ia membalas senyum Airin, akan tetapi ia tidak
memasang senyum sedikitpun kepada Chen. Wajahnya kembali dingin di sepanjang
perjalanan.
“ Anak ini.
Aigoo~” Airin menatap Chen yang spontan mengeluarkan kata-kata itu ketika Kris
menatapnya seperti itu. “ Mwoya? Kenapa kau menatapku seperti itu?” Lanjut Chen
tampak aneh dengan tatapan Airin yang meminta penjelasannya.
Wu Yi Fan POV
Aku
berjalan ke dalam kelas. Meskipun Airin menyuruhku untuk menyimpan tasku, tapi
aku takkan menurutinya. Lebih baik aku berdiam diri di dalam kelas dan tertidur
di bangkuku.
Aku duduk
di bangku paling belakang tepat di belakang Chen dan Airin. Jadi ini agaknya
sedikit menggangguku. Lupakan itu Kris. Bagaimanapun aku berusaha melupakannya,
tetap saja aku tidak bisa.
Mataku
menatap sesuatu yang mencuri perhatianku. Album foto di bawah meja Chen.
Bukankah itu foto ketika aku menginap di rumahnya? Aku mengambil album foto
itu, lalu membuka lembar demi lembar album itu. Apa aku sangat narsis? Kenapa
di sini banyak sekali fotoku bersama dengannya? Apa kami sedekat ini?
Aku
mengingat ulang kejadian demi kejadian dari foto-foto itu. foto ketika kami
makan ramen bersama, ketika kami menyanyi di atas panggung bersama, ketika kami
menginap di rumahnya, ketika kami bermain skate board bersama, ah bahkan itu
foto papan skate board yang kurusak karena cara bermain yang salah.
Ini foto
yang terakhir kali kami bertemu, ketika kami bermain basket bersama.
## Flashback On ##
Chen
melemparkan bola ke dalam ring. Lalu berlanjut denganku memasukan bola. Hari
ini Airin tidak bisa ikut karena les bahasa Inggrisnya. Biasanya dia akan duduk
di samping lapangan sambil berteriak layaknya seorang pelatih, padahal
mempassing bola saja dia tidak bisa.
“ Kris-ahh,
aku ingin bertanya sesuatu.” Ucap Chen sambil memberikan bolanya kepadaku.
“ Wae?”
Jawabku sambil mengoper bola kepadanya lagi.
“ Apa kau
merasakan ini? rasa sayang kepada Airin, namun bukan rasa sayang kita seperti
biasanya. Mungkin bisa dikatakan cinta.” Tanya Chen sangat panjang sambil
memegang bolanya tanpa memainkannya sama sekali.
“ Kau
bertanya atau cerita?” Candaku menatapnya sambil berjalan ke pinggir lapangan.
“ Mungkin
keduanya.” Lanjut Chen masih terkesan serius.
Aku terdiam
sejenak. Aku duduk di bangku tempat kami menaruh tas, diikuti dengan Chen yang
duduk sambil mengambil kameranya. “ satu foto.” Pintanya sambil memutar
kameranya ke arah kami.
“ Chen-ahh,
kalau kau bertanya, aku merasakan hal yang kau katakan tadi. Kalau kau cerita,
aku akan menjauhi kalian berdua.” Jawabku sambil tersenyum. “ maksudku, aku
akan membiarkan kalian berdua bersama tanpa orang ketiga sepertiku.” Lanjutku
ketika ia menatapku untuk meminta penjelasan selanjutnya.
“ Aniyo. kau
tidak harus melakukannya. Kita bisa bersaing dengan sehat tanpa harus merusak
persahabatan kita.” Jelas Chen sambil memukul kecil punggungku.
“ Kurasa
itu tidak perlu.” Lanjutku masih menahan emosiku.
“ Ayolah,
kita masih bisa bertiga seperti biasanya. Hanya saja kita bersaing untuk
mendapatkan hatinya.” Chen masih terus memaksaku.
“ YA! Aku
tidak ingin! Aku tidak bisa!” kataku setengah membentak. “ Aku tahu, kalau kau
bisa tidak cemburu! Tapi aku? Aku seorang pencemburu! Ambil dia selagi aku
melepasnya! Jangan memaksaku! Arraseo?” Aku melanjut dengan nada suara yang
semakin tinggi.
“ Arraseo.
Kalau begitu, aku yang akan melepasnya untukmu. Jadi kita tetap bisa bersama.”
Chen tetap kuat pada pendiriannya.
“ Aku tidak
bisa. Aku tidak bisa melihatmu merasa sakit. Aku pulang.” Ucapku sambil
berjalan santai meninggalkan dia yang melihatku penasaran.
“ Jangan
lupa, nanti malam kita harus belajar bersama.” Ucap Chen sambil melempar pelan
botol pelastik yang ada di tangannya sehingga mengenai kepalaku.
Tiga hari
berlalu, tapi aku tidak beranjak dari kamarku. Sepertinya ini kali pertama aku
absen dari kelas karena sakit. Tapi di rumahpun aku hanya memikirkan perasaanku
yang sebenarnya kepada Airin. Apa aku benar-benar bisa melepasnya kepada Chen?
Ah, ini gila.
##Flashback Off##
Aku
terhenti di foto terakhir ini. apa aku orang yang jahat? Meninggalkan
sahabatnya bersama orang yang dicintainya tanpa alasan yang tepat? Apa kami
bisa kembali seperti dulu? Selalu bertiga? Tapi ini masalah perasaan. Aku
terlalu sakit jika melihatnya terus bahagia bersama Chen. Aku benar, ini benar,
ini adalah cara yang terbaik. Aku harus menjauh dari mereka sebisa mungkin.
“
Kris-ahh?” Chen bertanya pelan ketika melihatku yang agaknya sedikit rapuh
melihat foto itu. “ Ah, kau melihatnya. Tadinya aku akan memberikannya di hari
ulang tahunmu.” Lanjutnya sambil tersenyum.
“ Lupakan
saja.” Aku pergi meninggalkan kelas, padahal aku tahu hari ini akan diadakan
ujian matematika. Biarkan sajalah, aku akan datang di jam yang kedua saja.
“ Kris-ahh!
Kau mau kemana?” tanya Airin dengan suara lantangnya. “ YA! Kau ketua kelas!
Lalu siapa yang akan memberi hormat kepada guru? Eoh?” lanjut Airin menekan
kata ketua kelas.
“ Xiu-ya,
kau saja yang menggantikan aku.” Perintahku sambil meninggalkan kelas.
Kim Jong Dae
POV
Ada apa
dengannya hari ini? apa dia benar-benar melakukan apa yang dikatakannya
beberapa hari lalu? Ini tidak bisa dipercayai. Hubungan persahabatan kita
hancur begitu saja mendekati hari ulang tahunnya.
Aku harus
bicara padanya mengenai masalah ini. setelah pelajaran matematika selesai aku
akan langsung menemuinya.
***
Aku dan
Kris sudah berada di atap gedung tempat biasa kami mengobrol bertiga ketika
sedang membolos. Sebenarnya ini tempat yang mengandung banyak kenangan diantara
kami bertiga.
“ Kau
benar-benar serius dengan perkataanmu?” Aku bertanya dengan senyuman yang
kupaksa.
“ Sekarang
kau bisa mendekatinya untuk memilikinya. Nan gwaenchana.” Balasnya sambil
tersenyum yang sama dipaksanya denganku juga.
Ingin
sekali aku mengatakan, cintaku pada Airin tidak sebanding dengan kedekatanku
bersama Kris. Kalau disuruh memilih, persahabatan ini lebih berarti dibanding
apapun. Tapi aku tidak bisa terlihat lemah sebagai lelaki.
“ Tapi aku
apa-apa, babo! Apa arti persahabatan kita selama sepuluh tahun ini?! Apa ini
tidak berarti?! Apa egomu lebih berarti dibanding ini semua?!” aku sedikit
berteriak namun suaraku bergetar karena menahan tangisku.
Kris
menarik kerahku dengan air matanya yang siap keluar dari matanya. Tangannya sudah
siap untuk memukulku. Tapi aku tetap diam dan membiarkannya untuk memukulku.
Apalah arti pukulan ini? tidak ada artinya.
“ Ppalli!
Pukul aku! Aku tidak apa-apa selama kau tetap menjadi sahabatku. Ayo pukul
aku!” aku menekan nada suaraku, namun air mata tak bisa aku tahan.
“ Hentikan
tangismu, bodoh!” Ucapnya masih dengan air mata yang berlinang dari matanya. “
Dengar, aku tidak bisa menjadi sahabatmu lagi. Aku ingin kau bahagia bersama
Airin. Arra?” Lanjutnya dengan tatapan serius lalu berlalu pergi.
Aku ambruk.
Ini gila, aku harus mengorbankan sahabat yang bahkan sudah kuanggap kakakku
sendiri.
***
Airin dan
aku sudah duduk di bangku panjang di atap gedung ini. bagaimanapun juga,
bayang-bayang kejadian kemarin masih terus membayang di sini.
Aku memainkan
gitarku dengan nada yang asal. Tatapanku datar menatap sesuatu di depanku.
Kris, jika ini permintaanmu, aku akan menyatakan perasaanku sekarang. Ah tidak,
ini terlalu terburu-buru.
Aku ingat,
kalau album foto itu sudah kutaruh di atas meja Kris. Tapi aku yakin sekali dia
tidak akan menerimanya. Jadi aku yakin sekali, aku harus membuangnya. Album itu
sudah tidak ada artinya lagi.
“
Airin-ahh, aku harus ke kelas.” Aku berlalu meninggalkannya setelah menyerahkan
gitarku kepadanya.
“ Wae? Ada
masalah?” Tanyanya.
“
Gwaenchana.” Balasku masih berlari.
Aku berlari
ke dalam kelas. Untung saja, Kris sedang tidak di kelas. Kemana dia? Apa ia ke
kantin? Masa bodoh, aku harus cepat-cepat membuang album foto itu sebelum Kris
melihatnya.
Aku
membuang album foto itu dengan berat. Aku tidak bisa membuangnya, tapi aku
harus. Bagaimanapun juga.
Wu Yi Fan POV
Aku
berjalan santai ke dalam kelas setelah dari toilet. Seperti biasa, aku selalu
masuk melalui pintu belakang. Dari balik jendela aku melihat sosok Chen yang
mengambil sesuatu dari mejaku. Lalu ia berjalan dan terdiam sebentar di dekat
tempat sampah di dekat loker. Tapi sepertinya dia membuang sesuatu.
Chen
berlari keluar kelas. Aku yakin dia akan pergi ke atap gedung, jadi aku tidak
akan ke atap gedung hari ini. tapi apa yang dibuangnya tadi? Aku menatap tempat
sampah, tampaknya itu album foto yang kemarin aku lihat. Aku mengambilnya. Ada
secarik kertas di halaman paling belakang.
Saengil Chukkae hamnida, Kris-ahh. Saengil
Chukkae. Tadinya aku ingin merayakan ulang tahunmu di atap gedung bersama
dengan Airin. Sudahlah, aku tahu kau tidak akan mau. Jadi aku memberikan album
beserta VCD ini saja. Tontonlah VCD itu, aku sudah memasukan rekaman ulang
tahunmu. Itupun yang dua tahun lalu. Saengil Chukkaeyo.
Aku menatap bangkunya.
Lagi-lagi aku rapuh. Pintar sekali dia membuatku menjadi serapuh ini. aku
menyimpan album itu di lokerku.
Kim Jong Dae
POV
Aku terkejut ketika aku melihat Airin sudah tak sadarkan
diri di dekat pintu. Pil-pil obat sudah terjatuh berantakan di sampingnya. aku
menatap wajah Airin yang sangat pucat, aku langsung panik. Tanpa pikir panjang
aku menggendongnya dan membawanya ke ruang kesehatan. Tapi sialan, Jung
sonsaengnim sedang tidak ada. Dengan terpaksa aku menaiki lift untuk guru. Aku
membawanya ke rumah sakit di dekat sekolah ini.
Aku panik.
Aku takut. Aku langsung menelepon Jung Soo Hyung agar dia ke rumah sakit. Aku
ceritakan keadaan yang sebenarnya kepada Jung Soo Hyung.
Tanpa
menunggu panjang, Jung Soo Hyung sudah berdiri di sampingku. Dia sama paniknya
denganku menunggu dokter keluar dari ruangan Airin. Akhirnya dokter keluar dari
ruangan dan menjelaskan mengenai penyakit lemah jantung Airin yang semakin
parah. Bahkan, Airin hanya tinggal menunggu waktu saja.
“ Kenapa
dia menceritakan ini sedikitpun kepadaku?” Aku bertanya pada diriku sendiri
namun terdengar oleh Jung Soo Hyung.
“ Dia tidak
ingin menambah masalah untukmu. Dia tahu keadaanmu dengan Kris sekarang. Waktu
itu dia bercerita padaku bahwa dia mendengar perdebatan kalian berdua di atap
gedung.” Jung Soo Hyung menjelaskan sambil tersenyum.
“
Setidaknya dia harus memberitahuku agar aku bisa melindunginya.” Aku terduduk
lemah.
“
Sebenarnya Airin sedih dengan keadaan ini. dalam keadaan ini, dia tahu kalau
dia harus memilih salah satu diantara kalian. Tapi dia tidak bisa, dia
mencintai kalian berdua.” Jung Soo Hyung menjelaskan sedikit lebih tenang
sekarang.
“ Airin
tidak harus memilih. Airin hanya harus menyatukan kami kembali. Itu saja.” Aku
membalas senyumnya.
“ Kembalilah
ke sekolah. Aku akan memberitahumu tentang keadaannya nanti.” Jung Soo Hyung
memasuki ruangan Airin.
Aku
berjalan gontai ke sekolah. aku tidak ingin kehilangan Airin. Perkataan dokter
tadi cukup menusuk jantungku. Airin hanya harus menunggu waktu. Bagaimana kalau
aku kehilangannya?
Wu Yi Fan POV
Aku melihat
Chen yang berjalan gontai dari dalam kelas. Biasanya kami berjalan bersama dari
gerbang itu. tidak, lupakan saja.
Chen
memasuki kelas lalu langsung membereskan bangku Airin. Dia mengambil tas Airin,
dan dia bergegas pergi lagi.
“ Ada apa
dengan Airin?” Tanyaku menatap Chen yang masih gontai. “ YA! Jawab aku!” aku
berteriak menghentikan langkahnya.
“ Kau tidak
perlu tahu, itu karenaku. Tenang saja.” Balasnya tanpa memberi keterangan
sedikitpun.
“ Aku
menanyakan keadaannya, brengsek! Wae?” Aku memojokan Chen dengan tangan
kananku.
“ Sudah
kubilang ini karenaku.” Lagi-lagi dia hanya mengatakan itu.
Aku
menonjok wajahnya kesal. “ Apa yang terjadi pada Airin?” aku menyentaknya lagi.
“ Dia di
rumah sakit. Dia lemah jantung. Kau puas? Aku bisa pergi sekarang?” Chen
menatapku dengan senyuman sinis di bibirnya.
Aku
menatapnya bingung. Aku meminta penjelasan kepadanya. Perlahan air mata keluar
dari mataku. Sesuatu menghantam pipiku dengan sangat kencang. “ Jangan
menangis, bodoh! Kau itu lelaki!!” Sentaknya. “ Aku harus pergi.” Lanjutnya.
“ Aku ikut
denganmu.” Pintaku sambil mengejar langkahnya.
***
Park Ah Rin
POV
Aku membuka
mataku. Ini bau rumah sakit. Dasar penyakit sialan, bagaimana bisa aku terbunuh
oleh penyakit ini saja? Aku harus bertahan, setidaknya setelah Chen dan Kris
bersahabat lagi.
“
Yeodongsaeng, kau sudah sadar?” Jung Soo Oppa menatapku senang.
“ Oppa,
bagaimana kau bisa ada di sini?” Tanyaku heran menatapnya.
“ Jong Dae meneleponku.
Dia juga yang membawamu ke sini.” ucap Jung Soo Oppa menunjukan ke arah sofa.
Kutatap
Chen dan Kris sedang tertidur di sofa itu. “ Kris?” tanyaku lagi.
“ Dia baru
datang.” Jung Soo menjelaskan.
Kutatap
mereka baik-baik. Dua namja dengan kepribbadian berbeda yang memperebutkan
hatiku. apa yang keren dariku? Aku tidak terkenal, tidak juga cantik, bahkan
aku tidak bisa bersifat manis. Apa yang membuat mereka menyukaiku? Bahkan
sampai rela persahabatannya hancur?
“ Kris-ahh,
Chen-ahh.” Panggilku dengan suara yang lemah. “ Wu Yi Fan~ Kim Jong Dae~”
lagi-lagi aku memanggil mereka dengan suara yang semakin hilang.
“ Aku akan
membangunkan mereka.” Jung Soo Oppa langsung menggoyangkan badannya.
“
Airin-ahh?” Panggil keduanya bersamaan.
“ Kemarilah~
genggam tanganku.” Aku tersenyum sambil mengangkat kedua tanganku lemas.
“ Wae? Kau
merasakan sakit?” Tanya Chen menggenggam tanganku erat.
“ Kau
merindukanku? Eoh?” Tanya Kris menggenggam tanganku yang lain sama eratnya.
“ Aku tidak
apa-apa.” Aku menjawab pertanyaan Chen. “ Aku merindukanmu. Tapi sepertinya ada
yang lebih merindukanmu.” Jawabku kepada Kris sambil menatap Chen yang menangis
lagi.
“ Untuk
membalas kesalahanku kepadamu, adakah yang bisa aku lakukan untukmu?” Kris
bertanya sambil memasang senyum. Diapun menangis seperti Chen.
“ Kalian
berdua, kembalilah seperti dulu. Bersama. Kalau kalian berjalan sendiri
sendiri, kalian tampak begitu berbeda.” Aku berusaha bangun. Ya, aku masih
dibantu bangun oleh Kris dan Chen.
“ Baiklah.”
Jawab Chen sangat cepat sambil tersenyum.
“ Maafkan
aku, aku tidak bisa~” Kris menatapku sambil tersenyum kecil.
“ Kalian
terlihat lemah ketika tidak bersama. Bagaimana kalian akan melindungi aku jika
kalian lemah? Aku mohon~” Pintaku sekali lagi.
“
Airin-ahh~” Kris memanggilku sedikit kesal.
“ Aku tidak
memaksa. Tapi aku meminta.” Jawabku sambil tersenyum lalu tertidur karena aku
merasa mataku sangat berat. Mungkin pengaruh obatku.
“ Aku
keluar dulu.” Kris mengatakannya.
Wu Yi Fan POV
“ Apa kau
masih mempertahankan egomu?” tanya Chen yang ternyata mengikutiku.
“ Ani. Aku
hanya tidak bisa.” Jawabku menatap Chen.
“ Kalau
begitu, kita bisa memiliki Airin berdua. aku kasian kepadanya.” Lanjut Chen
ketika dia sudah berdiri di sampingku. “ Dia tidak bisa memilih siapapun
diantara kita. Dia hanya bisa mencintai kita.” Chen tersenyum getir.
Aku terus
melangkah, bahkan sampai kami keluar dari gedung rumah sakit.“ Maafkan aku.
Walaupun kita bersama lagi, rasanya aku agak canggung.” Jawabku setelah sekitar
lima belas menit setelah itu.
“ Ne? Hanya
karena itu saja?” Chen bertanya sambil mengencangkan suaranya. “ YA! Babo! Aku
membencimu! Eoh?” lanjutku sambil memukuli kepalanya.
“ YA! Kau
menghancurkan rambutku!” Aku membalas sambil tertawa. “ Gomawoyo.” Lanjutku
ingat akan sesuatu.
“ Untuk?”
tanyanya singkat.
“ Hadiah
yang kau berikan. Aku menyimpannya.” Aku tersenyum.
Dia
mengembangkan senyum bangga sebentar, tanpa hitungan dia memukuli badanku
sambil berteriak “ SAENGIL CHUKKAE! SAENGIL CHUKKAE!” aku hanya bisa tertawa
atas tingkahnya.
***
Aku berdiri
di belakang Airin sambil mengendap-endap. Chen yang berada di depan memberi
aba-aba. “ Aman. Kajja!” dia langsung berlari. Disusul dengan Airin, dan aku di
belakangnya.
Kami
bertiga berlari untuk kabur dari rumah sakit lalu bermain ke taman bermain
tempat kita biasa bermain bersama.
“ Yayayaya!
Kris, ingin melawanku?” ajak Chen sambil menunjukan permainan untuk dance.
“ Kau
menantangku?” Aku menatap Chen sambil sedikit mendengus.
Kamipun
asyik dengan permainan kami. Ditambah dengan suara tawa Airin yang sangat lepas
ketika menatap kami. Sudah lama kami tidak seperti ini.
“ YA! Lihat
ini, aku akan mengambilkan boneka itu untukmu, Airin.” Tunjuk Chen pada
permainan yang kadang membuatku setres karena tidak mendapatkannya.
“ Kau
yakin?” Aku meremehkan kemampuan Chen.
Chen tidak
bergeming. Dia sudah fokus pada tongkatnya. Airin menunjuk-nunjuk ke arah
boneka yang ia inginkan. Aku masuk ke dalam suasana karena tawa Chen dan Airin
yang begitu lepas.
Di sini,
aku menjadi berpikir kembali. Bodoh sekali jika aku benar-benar mengambil
tindakan meninggalkan persahabatan ini. Kupikir persahabatan kami tidak
tergantikan. Tidak akan bisa.
“ Chen-ahh,
Chen-ahh~ Kau hampir mendapatkannya! YA!” Airin berteriak senang menatap
tongkat yang semakin dekat dengan bonekanya. “ Yeah!” dia semakin berteriak
ketika bonekanya sudah didapatkan.
“ Kau masih
akan meragukanku?” Chen menatapku dengan sombongnya.
“ Aigoo~
Kau hanya sedang beruntung saja.” Aku mengelak.
“ Kris-ahh,
Chen-ahh, photo box!” Teriak Airin dengan senangnya.
Airin
berlari kecil menuju photo box. Disusul denganku dan Chen di belakangnya. Ini
kali pertama kami berfoto bertiga. Biasanya kami hanya berfoto berdua, aku
dengan Chen, aku dengan Airin, atau Chen dengan Airin.
“ Pendekan
badanmu, babo!” Chen memukul kepalaku lagi.
“ Aish, aku
lebih tua darimu!” Aku memegang kepalaku.
“ Siap,
siap, siap~” Ucap Airin ketika sudah menekan tombol di depannya.
Kami cair
dalam canda lagi. Hari ini, kami melewati hari yang sangat panjang. bahkan, aku
yakin hari ini tidak akan bisa dilupakan sama sekali.
Kami
berjalan pulang, terlihat jelas wajah Airin sangat pucat. Ini salah kami,
membiarkannya terlalu lelah. Melihat Airin yang sudah sangat lelah berjalan,
aku langsung menggendongnya di pundakku. Chen berjalan di sampingku sambil
mengobrol santai.
“
Airin-ahh, beberapa hari ke depan aku tidak akan menemanimu~ Aku harus belajar
serius, demi ujianku~ Mian.” Chen mengulas senyum kecilnya.
“
Gwaenchana.” Airin membalas dengan suara yang sangat pelan.
“
Airin-ahh, aku juga harus belajar. Mian~ tapi kami janji, kami akan menemanimu
dalam ujian susulan. Eoh?” Aku tersenyum.
“ Tidak
usah. Aku tidak yakin bisa mengikuti ujian susulan.” Airin tersenyum miris. “
Kalau aku pergi, apa yang akan kalian lakukan?” Airin menambah sambil menatap
kami berdua.
“ Kau tidak
akan pergi.” Jawab kami bersamaan.
“ Jika aku
pergi, tolong jaga diri kalian~ jangan bertengkar lagi, lulus ujianlah
untukku.” Airin tersenyum lalu perlahan menutup kedua buah matanya.
Aku dan
Chen saling menatap. Harus diakui, aku mempunyai perasaan yang tidak enak. Chen
menatapku bingung.
“ Dia hanya
kelelahan.” Ujarnya sambil mengusap rambut Airin.
***
Ujian
terakhir malah menjadi neraka untukku. Ini sangat susah, ini gila. Bagaimana
bisa Chen menyelesaikan ini lebih awal? Chen sudah pergi meninggalkan kelas,
dan aku yakin dia sudah di rumah sakit sekarang.
Kim Jong Dae
POV
Aku memasuki ruangan Airin dengan membawa salad kesukaan
Airin. Tapi aku bingung ketika menatap Jung Soo Hyung yang duduk di sofa dengan
air mata yang terus mengalir dari matanya. Semua peralatan di badan Airinpun
sudah dilepas oleh suster.
Dokter
terlihat sudah menyerah dengan keringat yang sudah mengalir deras dari dahinya.
Ada apa ini?
“ Hyung?”
Tanyaku membuyarkan lamunan Jung Soo hyung yang masih menangis.
“ Kau
datang.” Jung Soo memaksakan senyumnya. “ Dia pergi.” Lanjutnya sambil berjalan
mendekati Airin.
Dia pergi. Aku langsung terdiam sejenak.
Aku mencerna kata-kata itu. itu tidak mungkin. Dia masih di sini, dia bersama
kami, dia tidak pergi. Tidak.
“ Aku harus
pergi.” Ucapku pelan.
“
Eoddiega?” Jung Soo hyung menatapku sebentar.
“ Menemui
Kris.” Lanjutku lalu berlalu.
***
“ Kau
berbohong!” Kris menghantam tembok yang ada di sampingnya.
“ Dia
pergi.” Aku menundukan kepalaku takut.
“ YA! Dia
tidak pergi!” Kris menarik kerah bajuku.
“ Dia
pergi.” Aku masih terus mengulang kalimat itu.
Kris
mengeluarkan air matanya lagi. Dia langsung berlari sangat kencang ke rumah sakit.
Aku melihat teman-teman di kelas yang menatap kami bingung. Aku menyusul Kris
berlari ke rumah sakit.
Di rumah
sakit, Jung Soo hyung sedang menenangkan kedua orang tuanya. Yang aku tahu,
kedua orang tua Airin tidak tinggal bersamanya karena bisnis. Pantas saja kalau
mereka sesedih ini.
“ Airin,
ini aku.” Ucap Kris menggenggam tangan Airin.
“ Dia sudah
pergi.” Aku berdiri di samping Kris.
“ Airin,
tunggu aku di surga. Aku pasti datang menemuimu. Janji.” Kris tersenyum dengan
tangis yang masih mengalir.
Tanpa
kusadari, air mataku ikut mengalir bersama tangis Kris. Dari balik bantal
Airin, aku melihat sebuah kertas berwarna merah muda lengkap dengan sesuatu di
situ.
“
Kris-ahh.” Ujarku menunjukan kertas itu.
Kris
mengambil itu. lalu menatapku sebentar, dan membuka lembaran kertas itu.
Dear my lovely boys,
Kris and Chen
Bagaimana ujian kalian? Jangan
khawatirkan aku, aku hanya pergi. Tetapi percayalah padaku, ada aku di hati
kalian. Jalanilah hari-hari kalian seperti biasa bersama. Tanpaku, kalian tetap
kalian. YA! Kalian ini namja! Bagaimana bisa kalian menangis di depan wanita?
Aku tidak untuk ditangisi, aku harus dicintai. Jangan membuat masalah lagi,
jangan membolos lagi, jangan cengeng lagi, jangan bertengkar lagi, pokonya
jauhi hal negatif! Oya, jangan merokok. Atau kalian akan kuhantui. Jaga diri
kalian. Annyeong, Oppa~
NB : Ini kali
pertamaku memanggil kalian Oppa^^
Aku tidak
sanggup menahan tangisku. Begitu juga Kris, bahkan dia lebih parah.
“ Airin,
kami akan selalu bersama. Janji.” Kris merangkulku yang membuat air mataku
pecah begitu saja.
“Jaga
dirimu di sana. Aku cinta padamu.” Itu hanya sepatah kalimat terakhir yang bisa
kukatakan.
~~ FINISH~~
No comments:
Post a Comment